Nyatanya, menikah dengan pria yang dicintai tak selamanya membuat Naomi bahagia. Baru beberapa bulan Naomi merasakan kebahagiaan menjalani biduk pernikahan dengan Gilang, badai besar datang menerpa rumah tangga mereka.
Melvina, adik ipar Naomi yang berstatus sebagai adik angkat Gilang, ternyata juga mencintai Gilang dan berusaha melakukan berbagai macam cara untuk memisahkan Naomi dan Gilang.
“Maaf, aku terpaksa harus menikahi Melvina menjadi istri keduaku untuk menyembuhkan rasa trauma di dalam hati Melvina.” Pernyataan Gilang malam itu berhasil membuat hati Naomi hancur berkeping-keping.
“Lebih baik aku pergi dari pada harus di madu dan merasakan sakit hati seumur hidup.” ~Naomi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IPRT 32 - Tamparan Papa Niko
“Naomi?” Wajah Mama Jelita kelihatan kaget saat melihat Naomi datang ke rumahnya sambil membawa sebuah koper besar di tangannya. Papa Niko yang juga melihatnya ikut kaget. Dia berjalan lebih dulu mendekati Naomi kemudian ikut bertanya seperti Mama Jelita.
“Ada apa ini, Naomi. Kenapa kamu datang bawa koper begini?” Tanya Papa Niko. Perasaannya terasa tidak tenang saat ini. Papa Niko merasa jika hal buruk sudah terjadi pada putrinya.
Naomi tertunduk sambil menahan tangis. Membuat Mama Jelita melewati tubuh Papa Niko dan langsung memeluk tubuh putrinya. “Tenanglah. Ayo kita duduk dulu.” Ajak Mama Jelita. Dia merasa akan lebih baik kalau Naomi menenangkan diri lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan mereka.
Naomi mengiyakannya. Kini, dia sudah duduk di atas sofa. Mama Jelita pun langsung memberikan minum untuk Naomi agar bisa lebih tenang.
“Jadi, ada apa ini, Naomi. Kenapa kamu pulang sambil membawa koper seperti ini. Apa yang sebenarnya terjadi sama kamu, nak?” Tanya Mama Jelita.
“Aku memutuskan untuk berpisah dari Mas Gilang, Ma, Pa. Aku merasa kalau kami hanya berjodoh sampai di sini.” Meski berat, tapi Naomi terpaksa jujur mengatakannya.
Mama Jelita dan Papa Niko kembali dibuat kaget. Terutama Mama Jelita. Tadinya Mama Jelita memang menyuruh Naomi berpisah dari Gilang jika Gilang hanya bisa menyakiti Naomi saja. Namun, di saat Naomi mengatakan sendiri jika dia ingin berpisah dari Gilang, Mama Jelita merasa tidak rela.
“Kenapa, nak? Bukannya tadi kamu dan Gilang udah menyelesaikan masalah di antara kalian?” Tanya Mama Jelita sambil menahan tangis. Ibu mana yang tidak bersedih mendengar nasib pernikahan putrinya berada di ujung tanduk. Apa lagi Naomi dan Gilang baru menikah beberapa bulan.
Naomi akhirnya menceritakan apa yang sudah terjadi. Mendengar cerita Naomi, membuat Mama Jelita jadi naik darah. Pun dengan Papa Niko. Wajahnya kelihatan sudah sangat memerah menahan amarah yang sudah memuncak di dalam hatinya.
“Keterlaluan. Bisa-bisanya Gilang dan keluarganya menuduh kamu sebagai penjahat. Gilang bahkan dengan bodohnya mau menikahi adik angkatnya itu demi menyembuhkan rasa traumanya tanpa memikirkan perasaan kamu!” Geram Papa Niko. Jika sebelumnya Papa Niko masih bisa mengontrol emosinya setelah mengetahui permasalahan Naomi dan Gilang. Namun, sekarang sudah tidak lagi. Papa Niko merasa naik darah dan merasa tidak terima.
Naomi hanya menangis dengan kepala tertunduk. Dia semakin bersedih karena sudah membuat kedua orang tuanya ikut bersedih karena permasalahannya dan Gilang.
“Naomi, Papa gak rela kalau kamu dimadu oleh Gilang. Lebih baik kamu berpisah saja dengannya dari pada kamu hidup menderita selamanya bersama dengannya!” Sambung Papa Niko. Habis sudah pemikiran baiknya pada Gilang. Rasa kecewa Papa Niko yang begitu besar saat ini membuatnya tak bisa memaafkan kesalahan Gilang begitu saja.
“Tapi, Naomi. Kamu lagi hamil. Kamu gak boleh berpisah dengan Gilang. Setidaknya kamu harus menunggu sampai anak kamu lahir.” Kata Mama Jelita yang masih bisa berpikiran jernih.
Naomi menggeleng. Air matanya semakin luruh membasahi kedua pipinya. “Aku akan tetap meminta pisah sama Mas Gilang, Ma. Aku gak mau menunggu lama sampai anakku lahir nantinya. Aku gak sanggup harus menahan sakit karena Mas Gilang selama mengandung. Aku juga gak mau membuat anakku jadi kenapa-napa karena permasalahan yang aku hadapi selama mengandung.”
Mama Jelita merasa gundah. Dia bingung harus bagaimana. “Tapi Gilang pasti gak akan mau menceraikan kamu, Naomi. Apa lagi dia tahu kalau kamu lagi hamil!”
“Mama tenang saja. Aku belum memberitahu Mas Gilang masalah kehamilanku. Aku harap Mama dan keluarga kita yang lain akan menutupinya dari Mas Gilang atau siapapun itu tentang kehamilanku.”
Meski berat, Mama Jelita mengiyakannya. Mungkin keputusan Naomi berpisah dengan Gilang benar adalah keputusan terbaik. Mama Jelita dan Papa Niko hanya bisa berharap jika putri mereka akan bahagia setelah ini.
**
Malam itu, Gilang memilih tidur di apartemen miliknya yang sudah jarang ia datangi semenjak menikah dan pindah rumah dengan Naomi. Sepanjang malam, Gilang tak bisa tertidur. Dia terus memikirkan permasalahan rumit yang terjadi pada dirinya dan Naomi.
“Aku harus bagaimana?” Baru kali ini Gilang dibuat sangat gundah. Di satu sisi dia tak ingin kehilangan Naomi, namun di sisi lain dia juga tak ingin Naomi masuk penjara bila tak menuruti keinginan mamanya untuk menikahi Melvina.
Selama mengalami masalah di keluarganya, baru kali ini Gilang merasa kalau permasalahannya cukup rumit. Gilang bahkan dibuat bingung harus bagaimana.
“Naomi, kenapa kamu mudah sekali meminta pisah kepadaku.” Lirih Gilang. Semakin sakit saja hatinya jika mengingat permintaan Naomi tadi untuk berpisah dengannya.
Pukul enam pagi, Gilang terjaga dari tidurnya. Meski matanya masih mengantuk karena baru tertidur pukul empat pagi, tapi Gilang memaksa diri untuk tetap bangkit. Rencananya, dia ingin bertemu Naomi kembali pagi itu. Berharap bisa mencari solusi yang lebih baik atas permasalahan yang sudah terjadi pada mereka saat ini.
Setibanya di rumah, Gilang tak melihat tanda-tanda keberadaan Naomi dalam rumah. Penasaran dimana keberadaan Naomi, Gilang segera masuk ke dalam kamarnya. Jantung Gilang berdetak kencang saat tak melihat keberadaan Naomi di dalam kamar. Bahkan, saat Gilang membuka lemari, sudah tak ada lagi baju-baju Naomi di sana.
“Naomi, kemana dia?” Gilang segera keluar dari dalam kamar. Sembari melangkah keluar dari dalam kamar, dia mencoba menghubungi Naomi. Berniat ingin mempertanyakan dimana keberadaan wanita itu. Jika kemarin Naomi yang begitu sangat mengharapkan kabar dari Gilang, kini justru sebaliknya. Gilang yang sangat mengharapkan kabar dari Naomi.
“Kenapa dia pergi dari rumah di saat masalah kami belum menemukan titik tengahnya?” Lirih Gilang. Rasanya dia makin frustrasi dengan masalah yang terjadi pada dirinya saat ini.
Tak mendapatkan respon dari Naomi, Gilang memutuskan untuk pergi ke rumah orang tua Naomi. Dia yakin tidak ada tempat lain yang bakal Naomi datangi selain rumah orang tuanya sendiri.
Setibanya di depan rumah mertuanya, Gilang melihat mobil Naomi terparkir di sana. Perasaan Gilang sedikit tenang karena dugaannya benar jika Naomi pulang ke rumah orang tuanya.
Dengan rasa tak sabar, Gilang melangkah ke arah pintu masuk rumah. Menekan bel secara berulang dan mengetuk pintu juga supaya seseorang di dalam sana segera membukakan pintu untuk dirinya.
Cukup lama menunggu, Gilang merasa lega karena ada pergerakan dari dalam rumah yang hendak membukakan pintu untuk dirinya. Namun, saat melihat siapakah orang yang membukakan pintu untuknya, Gilang dibuat kaget karena yang membuka pintu adalah Papa Niko, ayah mertuanya.
“Pa—“ baru saja Gilang hendak menyapa mertuanya, tangan Papa Niko sudah melayang ke arah pipinya dan menampar pipinya dengan sangat keras.
Plak! Plak!
Bukan hanya sekali, Papa Niko menampar wajah Gilang dua kali dengan cukup keras hingga membuat tubuh Gilang terjerambab di atas lantai.
***
Jika teman-teman suka dengan cerita Naomi dan Gilang, tinggalkan komentar dan klik tombol suka sebelum meninggalkan halaman ini. Satu lagi, jangan lupa kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ seperti biasanya.
Untuk seputar info karya, teman-teman bisa follos akun instaggram @shy1210 yaaa
Terima kasih🌺
biasanya kmau bisa bilang kalo ini semua dia lakukna buat ulet keket sembuh....
ayolah ngomong gitu kaya kamu ngomong di depan Naomi...
kamu ngomong sama semua untuk ngertiin posisi fia sekarang yang mencoba untuk menyembuhkan traumnanya ulet keket...ko g abisa jawab sih....cuma berani jawab fo depan Naomi ya....
keliatan bnaget y ulet keket lagi kegatelan...
udaj liat gitu ko kamu g abisa mikir sih lang...kalo apa yang di omongin Naomi kalo ulet keket itu cinta sama kamu sebagai perempuan dewasa ke lelaki dewasa bukan cinta sebagai adik ke kakakanya....
percuma jadi bos beaar kalo hal sepele gini kamu ga peka...
itu bibit pelakor...
tapi ya sudahlah kan itu yang kamu pilih...
lebih memilih menjadi obat traumanya ulet keket dn menjadi anak yang berbakti dengan mengikuti kemaunnya ibu tersayang kamu
Derdy sangat curiga melvina itu hanya sandiwara hanya tuk menarik perhatian mama ruby dan gilang dasar ular berbisa...
Gilang merasa tidak nyaman dekat-dekat sm melvina, tidak menjawab pertanyaan ingin menikahi melvina hanya diam aja....
Gilang makanya jd pria hrs tegas dan punya pendirian jgn mau hidupmu disetir mamamu itu yg egois bingit memaksakan kehendaknya....
Derby sangak muak skl sm melvina sok jaim dan kalem pdhal asli ular berbisa sangat jahat dan licik sampai tega menghancurkan rumahtangga noami dan gilang...
Ayo Debby n papa Rega cari bukti u/ membuka kebusukan ulet bulu