NovelToon NovelToon
Mahar Untuk Nyawa Ibu

Mahar Untuk Nyawa Ibu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Beda Usia / Romansa
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Asmabila

Raina tak pernah membayangkan bahwa mahar pernikahannya adalah uang operasi untuk menyelamatkan ibunya.

Begitupun dengan Aditya pun tak pernah bermimpi akan menikahi anak pembantu demi memenuhi keinginan nenek kesayangannya yang sudah tua dan mulai sakit-sakitan.

Dua orang asing di di paksa terikat janji suci karena keadaan.


Tapi mungkinkah cinta tumbuh dari luka, bukan dari rasa????

Tak ada cinta.Tak ada restu. Hanya diam dan luka yang menyatukan. Hingga mereka sadar, kadang yang tak kita pilih adalah takdir terbaik yang di siapkan semesta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asmabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter Pasar malam

Angin malam terasa lembut saat mobil hitam elegan yang membawa Aditya dan Raina keluar dari basement kantor. Di balik kaca jendela, lampu-lampu kota mulai menyala satu per satu, menyinari jalanan yang tampak hidup meski malam semakin larut.

Raina duduk di samping suaminya, Ia tidak banyak bertanya ketika Aditya tiba-tiba mengajaknya pergi. Tapi dalam hatinya, ia tahu—malam ini akan istimewa.

Aditya menarik napas pelan. Ia memandangi jalan, lalu sesekali melirik ke arah istrinya, yang tampak tenang. Terlalu tenang, hingga membuatnya semakin ragu untuk bicara.

“Delacroix & Co.,” katanya akhirnya, membuka topik. Suaranya berat. “Perusahaan fashion kelas dunia dari Los Angeles. Kita bekerjasama dan kolaborasi dengan mereka.”

Raina menoleh, mengangguk kecil. “Yang tentang peluncuran tas edisi terbatas itu?”

Aditya mengangguk. "Iya. Kontraknya sebenarnya sudah diteken sejak satu tahun lalu. Semuanya bergerak cepat sekarang, dan... ini bisa jadi kolaborasi besar yang mengguncang industri, terutama di pasar Eropa dan Duncan."

Raina mendengarkan dengan tenang. Matanya memandangi suaminya dengan penuh perhatian, seperti biasa. Tapi ia merasakan ada sesuatu yang masih disembunyikan.

Aditya menggenggam tangan Raina lebih erat. Helaan napasnya berat.

"Hanya saja..." katanya, menggantungkan ucapan.

Raina menoleh, alisnya terangkat sedikit. “Hanya apa, Mas?”

Aditya menoleh perlahan, menatap wajah istrinya dalam-dalam.

Aditya menghela napas, kemudian berkata, “Model internasional yang mereka pilih… ternyata Larasati.”

Ia mengatakannya sambil menatap sekilas ke arah Raina, mencoba membaca reaksi istrinya—apakah ada ketegangan? Kecewa? Marah?

Namun Raina hanya menoleh pelan, wajahnya tetap kalem.

“Lalu?” tanyanya, tanpa nada curiga, tanpa nada terluka. Hanya ingin tahu.

“Mas takut kamu keberatan.” Aditya menatapnya lebih lama kali ini. “Please... jangan marah. Mas minta pendapat kamu. Kalaupun kamu merasa berat, mas masih punya waktu untuk membatalkannya."

Ada keheningan sejenak. Yang terdengar hanya deru lembut AC mobil dan suara jalanan jauh di luar kaca.

Raina kemudian menghela napas pelan, lalu tersenyum. Ia meraih tangan Aditya yang menggenggam setir, memindahkannya ke pangkuannya dan menggenggamnya hangat.

“Mas, aku tahu Larasati adalah bagian dari masa lalu kamu. Tapi yang sedang duduk di sini sekarang, di mobil ini, yang kamu ajak bicara, itu aku. Istrimu. Aku percaya sama kamu.”

Aditya menatapnya, perlahan, seperti tidak percaya pada ketenangan Raina.

Raina mengusap punggung tangan suaminya lembut. “Aku percaya kamu punya batas. Punya prinsip. Dan yang kamu pertimbangkan bukan cuma perasaan—tapi nasib karyawan, reputasi perusahaan, dan tanggung jawab besar. Kalau kamu percaya kerja sama itu penting, aku ikut mendukung.”

Aditya menunduk sejenak. Matanya mulai hangat. Rasa sesak yang sejak tadi mengganjal di dadanya, seolah pecah begitu saja.

“Terima kasih…” ucapnya, nyaris berbisik. Ia mencium tangan Raina pelan, lalu mencondongkan tubuh dan mengecup pipi istrinya, dalam namun lembut, penuh rasa lega.

“Terima kasih sudah percaya.”

Raina tersenyum, lalu menjawab dengan tenang, “Kepercayaan itu bukan karena aku nggak pernah cemburu… tapi karena aku tahu, hatimu tahu ke mana harus pulang.”Keduanya akhirnya menemukan kedamaian dalam hati yang saling terbuka.

Begitu mobil mereka tiba di taman kota, Raina terkesiap. Lampu warna-warni menggantung di setiap sudut pohon, wahana permainan seperti komidi putar dan bianglala berdiri megah, anak-anak berlarian tertawa, dan aroma jajanan khas malam—popcorn, jagung bakar, sate, dan es krim—menyambut dari segala arah.

“Mas… ini?” tanya Raina nyaris tak percaya.

Aditya hanya mengangguk. “Dibuat untuk umum, tapi... sengaja untuk kamu.”

UMKM lokal membuka lapak di sisi-sisi jalan setapak taman, wajah-wajah mereka cerah, bahagia.

Pasar malam lebih terlihat hidup dengan lampu karakter yang merambat ke setiap sudut taman. Kerumunan orang lalu lalang, tawa anak-anak terdengar di antara suara peluit penjual mainan, dan musik dari panggung kecil mengisi udara malam.

Aditya baru saja memarkir mobil dan turun bersama Raina. Ia menyangka mereka akan berjalan pelan-pelan menikmati suasana, mungkin duduk sebentar di bangku taman. Tapi belum satu menit berdiri, tangan Raina langsung menariknya dengan semangat.

"Mas, ke sana yuk!" serunya, menunjuk deretan stand makanan Jepang yang berjejer dengan dekorasi lampion merah.

Aditya terkesiap, tapi tertawa kecil. “Sayang, pelan-pelan—”

Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, Raina sudah menyodorkan takoyaki hangat ke mulutnya.

“Mas, cobain ini! Enak banget, sumpah.”

Aditya menatap bola-bola gurita itu dengan curiga. “Ini... gurita, ya?”

“Iya, coba aja dulu, baru komentar,” Raina tertawa, lalu menyuapkannya langsung.

Aditya menggigit, mengunyah pelan. Ekspresinya berubah. “Hmmm… ini enak juga, ya.”

“Kan?!” seru Raina bangga. “Ayo, lanjut!”

Mereka berpindah ke wahana permainan. Raina menunjuk bianglala.

“Mas, naik itu yuk!”

Aditya mengangkat alis. “Kita? Naik itu?”

“Iya dong. Katanya biar romantis. Mas kan seringnya naik jet pribadi, sekali-sekali nyobain naik bianglala di pasar malam. Tantangan, lho.”

Aditya tertawa. “Baiklah, Ibu CEO.”

Mereka terus berjalan. Raina menyeret suaminya dari satu tempat ke tempat lain.

"Mas, cobain es serut Jepang ini, dingin banget!"

"Mas, yang itu sushi pake torch, lucu deh masaknya langsung!"

"Mas, naik kuda-kudaan itu juga, ya? Cuma sebentar kok!"

Aditya yang biasanya kaku dan penuh perhitungan, malam itu jadi seperti remaja yang baru pertama kali kencan. Celananya sedikit kotor karena terkena saus takoyaki, rambutnya sedikit berantakan karena angin bianglala, dan tangannya penuh dengan kantong plastik berisi camilan yang dibeli Raina. Tapi matanya... berbinar.

Di antara tawa dan lelah kecil karena jalan kaki, Aditya menatap Raina yang kini sedang tertawa lepas setelah gagal menangkap boneka di mesin capit.

“Sayang,” panggilnya pelan.

Raina menoleh. “Hah?”

Aditya hanya tersenyum dan menggeleng kecil. “Nggak apa-apa. Mas cuma nggak nyangka… malam ini bisa seindah ini.”

Raina menggenggam tangannya erat, menyandarkan kepala di pundaknya sejenak.

“Kadang, kita cuma butuh berhenti sebentar dari dunia kita… untuk sadar, kalau bahagia itu nggak selalu rumit.”

Dan di antara tumpukan tisu, tumpahan saus, serta kaki yang pegal, malam itu menjadi malam yang tak akan pernah mereka lupakan.

Dan malam tanpa terasa semakin larut. Jam di tangan sudah menunjukkan pukul 11:59.

Dan tepat saat jarum jam menyentuh angka dua belas, langit Patriot mendadak menyala.

Dentuman pertama kembang api meluncur ke angkasa—disusul ledakan warna-warni yang menyibak gelapnya malam.

Orang-orang menoleh ke langit. Anak-anak bersorak. Pedagang dan pengunjung saling tersenyum. Tapi semua mata akhirnya terarah pada satu ledakan terakhir, yang muncul lebih tinggi dan lebih terang:

"I ♥ You Raina"

Kembang api itu mekar besar, menggantung di langit malam. Semua bersorak.

Raina menutup mulutnya dengan tangan, matanya berkaca-kaca. Ia menoleh ke arah Aditya, tak sanggup berkata apa-apa.

Aditya hanya berkata pelan, namun mantap:

“Kalau dunia harus tahu siapa yang membuatku bertahan sejauh ini... itu kamu, Rain.”

1
☠⏤͟͟͞R𝕸y💞𒈒⃟ʟʙᴄHIAT🙏
suamimu mulai jth cnt raina
Asma Salsabila: Terimakasih sudah mau mampir di karya receh saya, jangan lupa tinggalkan Like, comen& vote yah 🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!