Kalila Maizah, seorang gadis yang bercita-cita ingin menikah dengan seorang bule. Saat bermain Instagram, diberanda nya lewat unggahan seorang pengusaha bersama rekannya. Maizah yang pada dasarnya pecinta cowok ganteng langsung gercep mencari Instagram si bule ganteng yang ada di dalam unggahan itu.
Maizah tidak nyangka bahwa dia diikuti balik oleh bule itu! Bahkan dia minta untuk ditampar oleh temannya saking tidak percayanya.
Bagaimanakah kisah Maizah selanjutnya? Bagaimana dia bisa mendapatkan cita bule itu? Mampukah dia mewujudkan impian untuk menikah dengan bule?
Saksikan kisah nya dengan membaca cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mawar Jk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 26
Empat hari telah berlalu sejak Arvid berangkat ke London, dan kesunyian itu terasa begitu nyata bagi Maizah. Kehadiran Arvid, yang biasanya mengisi hari-harinya dengan tawa dan canda, kini hanya tinggal kenangan.
Bukan hanya Maizah yang merasakan perbedaan ini; Arvid pun mengalaminya, bahkan mungkin lebih parah. Tidurnya terganggu, hanya mampu memejamkan mata selama tiga jam setiap hari, dan itu memengaruhi kesehatannya. Pagi ini, ia bangun dengan sakit kepala yang cukup hebat, membuatnya sulit berkonsentrasi di kantor.
Meskipun pusing, Arvid tetap memaksakan diri bekerja. Namun, sakit kepalanya semakin menjadi, hingga ia tak mampu lagi menatap berkas-berkas di mejanya. Dengan suara lelah, ia bertanya pada Elio, asistennya,
"Are there no more meetings today?"
[Apakah tidak ada pertemuan lagi hari ini?] Tanya Arvid pada Elio.
"Yes, sir. There are no more meetings with clients today."
[Iya, pak. Untuk hari ini sudah tidak ada lagi pertemuan dengan klien] Jawab Elio setelah melihat tab nya, memeriksa jadwal.
Arvid mengusap pelipisnya, wajahnya tampak pucat. "I want to go home, my head feels like it's going to explode."
[Aku ingin pulang, kepalaku terasa seperti akan meledak]
Arvid melonggarkan dasinya, berdiri dari duduknya lalu berjalan keluar. "Send via email that I haven't checked yet, get ready to come to Indonesia tomorrow."
[Kirim lewat email yang belum saya periksa, bersiap-siap lah ikut ke Indonesia besok]
"Yes, ser!"
Dengan langkah tegas Arvid berjalan keluar dari bangunan tinggi itu. Supirnya sudah menunggu di depan sana.
"Straight to the house,"
[Langsung ke rumah," Ujar Arvid memasuki mobil. Menyandar di kursi dengan tangan yg berada di kening, memijat pelan berharap rasa sakit itu hilang.
Sampai di rumah Arvid masuk setelah mengucapkan salam. Tampak Elizabeth menyambutnya. Selama ini Arvid memang tinggal di rumah orang tuanya, itupun sedikit paksaan dari Elizabeth.
Meskipun rumah anaknya tetap berada di depan rumahnya, tentu saja dia tidak akan membiarkan putranya tinggal di rumahnya yang besar itu sendirian.
Arvid mencium punggung tangan Elizabeth. "what's wrong with you?"
[Ada apa denganmu?] Tanya Elizabeth melihat wajah pucat Arvid.
"A little dizzy, mam."
[Sedikit pusing mam] Jawab Arvid.
Elizabeth mengikuti Arvid hingga masuk ke kamar. Sedikit khawatir melihat wajah pucat putranya. "Mommy, get me some medicine, okay?"
[Mommy ambilkan obat ya?] Tawar Elizabeth.
"No need mom, Arvid just wants to sleep. When you wake up, he will definitely be better."
[Tidak perlu mom, Arvid ingin tidur saja. Bangun nanti pasti akan baikan] Ujar Arvid dengan pelan berbaring di kasur, dan dengan sigap Elizabeth membantu putranya hingga menaikkan selimut.
"Okay, you just go to sleep. But if you're still pale and dizzy, we'll go straight to the hospital."
[Baiklah, kamu tidur saja. Tapi kalau nanti kamu masih pucat dan pusing kita langsung ke rumah sakit] Ujar Elizabeth di balas anggukan kecil.
Elizabeth mengusap rambut putranya dengan sayang sebelum keluar dari sana.
Karena tak kunjung tidur Arvid membuka hpnya, melihat jam untuk memastikan kegiatan istrinya. Arvid langsung tersenyum melihat jam, di Indonesia masih pukul delapan malam, itu berarti ia dapat menghubungi istrinya.
Berdering....
Terhubung~
"Halo by?" Suara Maizah dari sana membuat Arvid semakin melebarkan senyumnya.
"Hi honey, apakah kamu mengerjakan tugas kuliah?" Tanyanya.
"Tidak, aku free hari ini. Aku baru selesai cuci muka."
"Kalau begitu kita video Call,"
Dengan segera Arvid mengubah panggilannya.
Maizah heran melihat Arvid yang berada di kasur, melirik jam. Bukannya di sana masih siang ya?
"Kamu tidak ke kantor hubby?" Tanyanya.
"Baru pulang, hanya setengah hari saja." Maizah mengangguk mengerti. Namun, wanita itu kembali mengerutkan keningnya saat melihat wajah suaminya yang tidak seperti biasanya.
"Kamu sakit by? Pucat banget loh, sudah minum obat belum?" Tanya Maizah beruntun.
"Hanya sedikit pusing, mau di bawa tidur biar bangun nanti bisa segar tapi enggak bisa tidur. " Jawab Arvid jujur.
Kebiasaannya saat tidur memeluk Maizah, kadang juga Maizah memberikan elusan lembut yang membuatnya semakin nyaman untuk tidur. Jadi, saat berjauhan seperti ini dia tidak bisa tidur dengan nyenyak.
kasihan banget suami aku, besok kamu berangkat ka by? Enggak lama lagi kita ketemu. Nanti kalau sudah di sini aku peluk dan elus-elus lagi." Ujar Maizah yang tentu saja mengetahui kebiasaan suaminya.
"Hm,"
Mereka kembali berbicara hingga Maizah menyanyikan lagu pengantar tidur untuk Arvid. Ajaib banget hingga membuat Arvid perlahan memasuki dunia mimpi.
Elizabeth tersebut melihat putranya yang sudah bergantungan dengan Maizah. Wanita itu hendak mengecek Arvid, tapi di tahan saat mengetahui putranya berbicara dengan Maizah.
Dengan pelan, Elizabeth menutup pintu kamar agar tidak menimbulkan suara dan membangunkan Arvid yang sudah mengarungi mimpi.
.
.
.
Di hari berikutnya
Sabtu pagi yang cerah, Melati tampak menyapu halaman depan, pagi-pagi begitu memang enaknya berkegiatan di luar rumah, udara yang sejuk membuat siapa saja merasa nyaman.
Belum selesai menyapu, sebuah mobil yang mengangkut motor berhenti di depan rumah. Melihat itu mata Melati langsung berbinar. Akhirnya motornya yang sudah ia beli datang juga.
"Dengan ibu Melati?" Tanya pria yang mengantar motor itu.
"Iya, dengan saya sendiri." Jawab Melati dengan wajah yang berseri-seri.
"Silahkan tanda tangan di sini ya bu, sebagai tanda terima."
"Oh, baik!"
"Pa! Papa!" Teriak Melati memanggil Akhdan.
Akhdan keluar dari rumah dengan memakai tas punggung siap berangkat bekerja. "Ada apa ma?" Tanyanya.
"Bantu turunin motor pa, motor yang kita beli sudah sampai."
Dengan segera Akhdan ke sana membatu menurunkan motor itu hingga terparkir dengan cantik di depan rumah.
"Terima kasih pak,"
Mobil itu pergi meninggalkan Melati yang berbinar-binar melihat motor barunya.
"Di jaga loh ma, pakai dengan baik." Ucap Akhdan memperingati. Istrinya tiba-tiba ingin beli motor baru setelah mendapat kiriman dari menantunya Arvid.
Awalnya Akhdan tidak memberikan izin sebab amanah Arvid memberikan uang bukan untuk membeli motor. Tapi mendengar Melati mengeluh kesusahan saat hendak pergi pergi seperti ke pasar, ataupun kondangan dan lainnya, membuat Akhdan luluh.
Tapi sebelum itu dia meminta izin Maizah dan Arvid, tak tanggung-tanggung Arvid langsung mengirimkan uang sebesar 25 juta. Pria itu menyarankan untuk membeli yang bagus-bagus.
Melari sangat bahagia dan bersyukur. Siapa yang enggak bahagia coba? Memang beruntung sekali dia mendapatkan menantu sebaik dan se-loyal Arvid.
"Wahh motor ya Melati?" Tanya Daia yang hendak membuang sampah.
"Iya, alhamdulillah."
Romlah menyaksikan semua itu, saat hendak ke warung membeli kecap, dia berhenti saat melihat mobil itu berhenti di rumah Malati.
"Cih, suka banget pamer-pamer. Moto doang kayak gitu di bangga-banggakan." Gumam Romlah melihat sinis Melati.
Tbc.
...Jangan lupa like dan komen agar author semakin semangat mengetiknya...
^^^Mawar Jk^^^
semangat di tunggu
bahagia banget loh bacanya, walaupun cuman imajinasi,tapii di dunia nyata itu susah,jarang di jumpai🤣 yg ada hal sepele di iri dengki kn
google mh ngawuur😫
🥰