NovelToon NovelToon
ISTRI KANDUNG

ISTRI KANDUNG

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cinta Terlarang / Keluarga / Angst / Romansa / Dark Romance
Popularitas:46.9k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi_Gusriyeni

Penolakan Aster Zila Altair terhadap perjodohan antara dirinya dengan Leander membuat kedua pihak keluarga kaget. Pasalnya semua orang terutama di dunia bisnis mereka sudah tahu kalau keluarga Altair dan Ganendra akan menjalin ikatan pernikahan.

Untuk menghindari pandangan buruk dan rasa malu, Jedan Altair memaksa anak bungsunya untuk menggantikan sang kakak.

Liona Belrose terpaksa menyerahkan diri pada Leander Ganendra sebagai pengantin pengganti.

"Saya tidak menginginkan pernikahan ini, begitu juga dengan kamu, Liona. Jadi, jaga batasan kita dan saya mengharamkan cinta dalam pernikahan ini."_Leander Arsalan Ganendra.

"Saya tidak meminta hal ini, tapi saya tidak pernah memiliki kesempatan untuk memilih sepanjang hidup saya."_Liona Belrose Altair.

_ISTRI KANDUNG_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23 : Kapsul Besi

Aster dan Narel dibawa duduk ke ruangan tempat ketiga pria itu diikat, ruangan tersebut sangat besar dan begitu banyak alat penyiksaan yang Aster atau pun Narel tidak tahu kegunaannya.

Aster dan Narel duduk dengan satu pengawal di belakang mereka, jika mereka mencoba kabur, maka pengawal itu tidak akan segan menebas kepala mereka berdua.

Leander berjalan ke salah seorang pria yang dia gantung, semuanya terlihat habis dipukuli.

Leander melepaskan satu pria dan saat itu juga si pria bersujud di kakinya. Leander berjongkok dan memegang dagu korbannya itu.

“Aku akan mengakhiri penderitaanmu,” katanya pelan tanpa ekspresi apapun.

Leander mengambil satu jerigen besar dan menumpahkan isinya ke tubuh pria tersebut. Aster dan Narel sampai keringat dingin menyaksikan hal itu, aroma bensin juga sangat menusuk ke hidung mereka.

“Apa yang kau lakukan?” tanya Aster dengan tubuh yang mulai gemetar.

Leander menarik rambut korbannya sehingga kepala pria itu mendongak ke arah Aster. Wajah si korban juga sudah bonyok dan bengkak.

“Dia sudah mempermalukan saya saat pertemuan bisnis.” Leander lalu mendorong kepala pria itu hingga terbentur ke lantai.

“Hanya karena itu? Kau membunuh dia?” Leander terdengar berdecak kesal lalu berjalan mendekati Aster yang kini terlihat tegang.

“Aku benci ketika harga diriku disentuh dan dijatuhkan.” Tatapan Leander menajam hingga menusuk ke netra Aster.

“Kapan aku menjatuhkan harga dirimu?”

“Dengan menghina dan mengatai istriku, sama saja dengan kau menginjak harga diriku.”

“Aku... Aku...”

“Sshtt. Jangan bersuara lagi, tujuanku mengajakmu ke sini untuk melihat hukuman apa yang pantas bagi seseorang yang telah berani menyentuhnya.” Aster menggeleng kuat dan menangis sesegukan setelah Leander kembali pada korbannya.

Pria itu berjongkok dan menyalakan satu batang korek api di depan wajah sang korban.

“Berdoalah agar angin tidak membawa api ini menyentuh kulitmu,” ujar Leander dengan nada dingin lalu teriakan korbannya langsung menggema ketika angin benar meniup api tersebut hingga menyentuh kulitnya.

Api dengan cepat membesar dan melahap tubuhnya. Leander mundur beberapa langkah, menaruh pantatnya di atas meja dekat sudut ruangan dengan kedua tangan terlipat di dada.

Aster semakin mengungu, dia benar-benar tidak sanggup melihat pria terikat itu menggelinjang kepanasan. Aster menutup matanya dan kedua telinganya, tapi teriakan serta jeritan itu masih bisa dia dengar.

Leander terlihat santai bahkan dia mengambil cerutu dan membakarnya. Menikmati pemandangan yang begitu indah di matanya.

Beberapa menit berlalu dan pria itu sudah mati terbakar oleh api. Bau daging yang dibakar seketika memenuhi ruangan tersebut. Ruangan yang sengaja dirancang oleh Leander untuk melakukan berbagai macam penyiksaan.

“Selesai. Aster, silakan anda pilih siapa yang harus saya eksekusi lagi. Kesempatan emas untuk anda.” Aster membuka matanya yang sudah bengkak.

“Aku tidak tau,” lirihnya.

“Kalau anda tidak memilih, maka anda yang akan saya jadikan korban selanjutnya.” Jelas mata Aster langsung membulat mendengar hal itu, dia tidak ingin mati sia-sia di tempat ini.

“Baik, saya akan pilih.” Leander kembali tenang dan melihat ke arah telunjuk Aster.

Jari itu terangkat dan menunjuk satu pria yang babak belur. Leander menghampirinya dan melepas ikatan itu, pria tersebut sudah begitu lemah dengan rantai di kaki yang masih terpasang.

Leander memasukkan si pria ke dalam besi yang berbentuk kapsul lalu menguncinya. Menekan tuas yang berada tak jauh dari kapsul itu hingga kapsul terangkat dan satu tungku besar mencuat dari balik lantai bekas kapsul itu berada tadi.

“Kali ini jangan pejamkan mata lagi, Aster. Anda harus menyaksikan pilihan anda tadi. Karena kalau tidak—”

“Baik, saya akan menyaksikannya.” Laeander tersenyum semar lalu menjauh dari kapsul itu.

Dia memegang satu benda kecil berbentuk remote dan menekan tombolnya hingga kapsul tersebut berputar dan api langsung menyambar. Pria yang di dalam kapsul itu terpanggang seperti seekor ayam yang masuk ke pemanggangan.

Aster kembali menangis menyaksikan kekejaman Leander. Korban tersebut berteriak dan memukul dinding kapsul itu, namun sia-sia, tak akan ada yang menyelamatkan.

Tubuh pria itu langsung melepuh, rambutnya bergelung hingga menyatu di kulit kepala, perlahan kulit itu matang karena efek panasnya kapsul besi itu.

Aster bisa menyaksikan perubahan korban Leander karena bagian pintu kapsul terbuat dari kaca anti panas dan tembus pandang.

Kapsul itu bergerak semakin cepat dengan gerakan memutar, siapa pun yang ada di dalam akan pusing. Sementara di bawahnya api menyala sangat besar, korban Leander sudah seperti daging guling kali ini.

Leander kembali menghisap cerutunya dan menikmati pemandangan yang sangat indah itu.

“Bagaimana? Anda menyukainya?” tanya Leander dengan tenang dan lembut pada Aster.

Tentu saja tidak! Memang Leander sengaja mempermainkan emosi dan ketakutan Aster kali ini.

Narel yang sedari tadi diam hanya bisa menutup mata. Dia sendiri tidak tega menyaksikan kekejaman tersebut, bahkan anak buah Leander tertawa meledek Narel.

Leander melanjutkan aksi kejamnya di depan Aster. Satu pria lagi dia lepaskan dan kali ini dia ikat di sebuah tiang putar dengan rantai yang melilit tangan serta kakinya.

Aster dengan terpaksa melihat semua itu karena Leander mengancam akan membunuhnya jika dia tidak menyaksikan.

Setelah korban di ikat dan tiang mulai berputar perlahan. Leander menjauh lalu tiga dinding besi mulai mengapit korban dan dinding itu mengeluarkan hawa panas karena api yang terdapat di sana.

Lakban di mulut korban dibuka hingga jeritan mereka bisa membuat Leander puas dan Aster semakin takut.

"Lihatlah, Aster. Bagaimana sakitnya seseorang ketika disiksa secara fisik tapi mereka lupa bahwa disakiti secara batin jauh lebih menyiksa. Benar, kan?" seloroh Leander yang hanya bisa dibalas anggukan kecil oleh Aster.

Dia begitu takut pada pria di dekatnya saat ini dan ingin sekali menjauh.

Jeritan dan teriakan karena panasnya api dari besi itu membuat kulit para korban melepuh perlahan dan mengeluarkan minyak. Bau daging panggang juga menguar ke udara, tercium oleh Aster.

Leander mengambil pedang tajam lalu mengiris bagian kulit yang telah matang itu, seperti mengiris daging kebab. Leander menikmatinya sementara Aster tidak.

Besi terus berputar dan Leander terus mengiris bagian daging yang matang, hingga korbannya mati perlahan dengan sisa tulang saja. Bayangkan saja, daging dibakar lalu diiris dan korban masih hidup.

Aster yang tidak kuat menyaksikan itu langsung memuntahkan isi perutnya. Begitu juga dengan Narel yang kini sangat pusing dengan kelakuan Leander.

Leander dengan santai melirik Aster lalu mendekatinya dengan tangan yang masih memegang pedang.

Ujung pedang panas itu dia tempelkan ke dagu Aster.

"Panas," jerit Aster lalu menyingkirkan pedang tersebut.

"Bagaimana? Anda mau tetap di sini atau pulang ke rumah?" tanya Leander dengan tenang.

"A-aku mau pulang, tolong, lepaskan aku." Leander mengangguk dan menaruh pedangnya kembali dan menatap Narel.

“Kau bagaimana Narel? Apa pertunjukan tadi seru?” Narel menggeleng dengan takut tanpa suara.

Keberaniannya tadi langsung hilang menyaksikan kejamnya Leander.

“Katanya mau duel? Kita duel di mana?” tanya Leander. Aster melihat pria itu mencuci tangan.

“Ma-maaf, Leander. Aku salah,” aku Narel sambil menunduk hormat.

1
Refa Dabil
Kecupannya mana/Chuckle/
Refa Dabil
Haha gak pedas lagi/Joyful/
Dewa Gotam
Siapkan kapsul besi mu
Dewa Gotam
Nyari gara2 aja ini org
Reni Irine
Syarat yg luar biasa dan penuh aura dominan si Lean/Chuckle/
Reni Irine
Yakin kalau dia bakalan lebih protek lagi sama Liona ini
Lolly Prameswari
Segitunya Lean ya/Cry//Cry/ aku terharu
Lolly Prameswari
Makanan skrg di kontrol lagi
Rihafa Syamil
Lio, suami kamu gak tidur semalaman karna gak kuat liat kamu sakit
Rihafa Syamil
Dia bukan hanya menjaga fisik, tapi juga hati dan pikiran Liona
Maita Loma
Kalau gue jdi lu sih malu ya
Maita Loma
Ni org gak tau aja kalau Leander marah gmna ya
Helga Lana
Kasian ya Liona, sulit pasti menghilangkan bayangan siksaan dlu
Helga Lana
Diare doang dia udah secemas ini
Humairah
Nurut aja biar dia seneng
Humairah
Kalau suami spek Lean begini, aku mah rela di posesif in tiap hari/Chuckle/
Tambuan
Pria penuh perhatian
Tambuan
Uuhh dia mulai emosi saking khawatirnya, apalagi sejak mengigau semalam
Siti Hanifa
Bosan hidup ya?
Siti Hanifa
Dia kasih perhatian tanpa menghilangkan sisi dominannya 🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!