bercerita tentang seorang gadis buruk rupa bernama Nadia, ia seorang mahasiswi semester 4 berusia 20 tahun yang terlibat cinta satu malam dengan dosennya sendiri bernama Jonathan adhitama yang merupakan kekasih dari sang sahabat, karna kejadian itu Nadia dan Jonathan pun terpaksa melakukan pernikahan rahasia di karenakan Nadia yang tengah berbadan dua, bagaimana kelanjutan hidup Nadia, apakah ia akan berbahagia dengan pernikahan rahasia itu atau justru hidupnya akan semakin menderita,,??? jangan lupa membaca 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qwan in, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
Jonathan melangkah cepat menyusuri lorong yang sepi. Meski langkahnya tenang, pikirannya berkecamuk. Pikirannya berputar antara Nadia, ancaman yang terus mengintai, dan rekaman CCTV yang dikirim Alex. Ia tiba di ruang kendali pengawasan, tempat Alex tengah duduk menatap layar monitor besar dengan ekspresi serius.
"Ini rekamannya," kata Alex tanpa menoleh, lalu memutar ulang video pada layar utama.
Jam menunjukkan pukul 02.17. Sosok berpakaian gelap muncul di ujung lorong timur. Tak ada suara langkah, seolah bayangan itu melayang. Wajahnya tertutup hoodie, dan gerakannya tenang. terlalu tenang. Yang lebih mencurigakan, pintu otomatis tidak bereaksi, menandakan tak ada biometrik yang terdeteksi.
"Ini bukan orang biasa," ujar Jonathan pelan. "Dia tahu semua celah dalam sistem kita."
Alex mengangguk.
"Aku sudah periksa akses manual dan log digital. Tidak ada jejak. Seolah-olah dia hantu."
Ting...
Notifikasi pesan masuk dari ponsel Jonathan.
Joni
( “Lokasi pengirim pesan: tidak bisa dilacak. Sinyalnya memantul melalui beberapa server anonim.")
" SIAL." Maki Jonathan saat membaca pesan dari Joni.
" Mereka benar-benar mempermainkan ku, tunggu saja, saat aku menemukan mu, aku akan membuatmu hancur, sehancur hancur nya," ucap Jonathan mulai geram.
" Tuan. Bagaimana dengan pria misterius yang kita bawa ke markas kemarin," tanya Alex
" Dia melakukan serangan bunuh diri, dari hasil otopsi, dia mati karena racun, racun yang ia sembunyikan di balik mulutnya. Untuk berjaga-jaga jika menghadapi situasi terburuk. Dan ada agar informasi yang ia punya tidak jatuh ke tangan musuh" Jawab Jonathan
Alex terdiam sejenak, mencerna jawaban itu dengan rahang mengeras.
"Jadi dia tahu dari awal dia tak akan keluar hidup-hidup," gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri.
Jonathan mengangguk pelan, sorot matanya dingin.
"Ya. Dan itu artinya, mereka sudah mempersiapkan ini jauh sebelum kita sadar sedang diawasi," ucap Jonathan dingin, nada suaranya berubah menjadi lebih tajam dan berat.
...
Jonathan berjalan kembali menuju kamar Nadia dengan langkah berat. Suasana lorong yang sunyi kini terasa lebih mencekam, seolah dinding-dinding di sekitarnya ikut menyimpan rahasia masa lalu yang selama ini ia kubur dalam-dalam.
" Apa yang terjadi, hingga kau nekat melakukan hal mengerikan itu, Sintia? Dan kini seseorang ingin membalaskan dendam mu padaku," gumamnya dalam hati.
Tangannya sempat berhenti di depan gagang pintu. Ia menunduk, mencoba mengatur napas, namun dadanya terasa sesak. Seperti ada batu besar yang menghimpit dada. bernama penyesalan dan rasa bersalah.
Akhirnya ia mendorong pintu perlahan.
Nadia masih di tempat tidur, tertidur namun tidak tenang. Wajahnya pucat, sesekali tubuhnya bergidik pelan dalam mimpi buruk yang entah seperti apa. Selimut sedikit terlepas dari bahunya.
Jonathan menghampiri, membetulkan selimut itu dengan hati-hati, seolah sentuhannya bisa mengusir mimpi buruk yang membayangi gadis itu.
Ia lalu duduk di kursi di samping tempat tidur, memandangi wajah Nadia dalam diam. Tapi kali ini, tatapannya jauh lebih berat. Ada luka di dalam dirinya yang kembali terbuka,
"Aku bersumpah… aku tak akan biarkan hal yang sama terjadi lagi," bisiknya lirih, nyaris tak terdengar.
“Kau tidak akan berakhir seperti dia. Aku tidak akan gagal lagi…”
Tangannya mengepal. Rahangnya mengeras.
Namun di balik tekad itu, sebutir air mata jatuh pelan dari sudut matanya. tanpa suara, tanpa isak.
Nadia terbangun dengan napas tersengal. Jantungnya berdetak tak karuan, keringat dingin membasahi pelipis. Sekilas, ia tak tahu apakah itu hanya mimpi buruk atau bayangan masa lalu yang datang mengusik.
Ia duduk perlahan, mengusap perutnya yang sedikit membuncit. Keheningan kamar membuat pikirannya melayang. Tentang mimpi yang baru saja ia alami.
" Ada apa," ucap Jonathan yang masih setia duduk di samping ranjang Nadia sembari menyerahkan air yang berada di atas meja untuk Nadia.
" Aku bermimpi, ada seseorang yang ingin membunuhku," ucapnya lemah.
" Itu hanya mimpi, jangan takut. Aku akan selalu menjaga mu," ucap Jonathan berusaha menenangkan sang istri.
" Bagaimana dengan Dewi, apa dia baik-baik saja,"
Jonathan terdiam, ia menatap mata Nadia dengan dalam. Ada banyak kekhawatiran yang terpancar di sana.
"Aku tidak bisa terus-menerus menjaga semua orang secara bersamaan," jawab Jonathan akhirnya, suaranya tenang namun mengandung ketegasan.
"Tapi aku tahu di mana prioritasku saat ini."
Nadia mengernyit, tidak yakin ke mana arah pembicaraan ini.
"Dan itu bukan Dewi?" tanyanya tajam.
Jonathan menghela napas.
"Aku sudah pastikan dia aman. Orang tuanya sudah menjemputnya pagi ini. Dia akan dijaga ketat. Tapi kamu, Nadia..." Ia menatapnya lebih serius.
"...kamu dalam posisi paling rentan sekarang. Mereka tidak hanya ingin mengancammu. mereka ingin menghancurkanmu secara perlahan."
Nadia menggigit bibirnya, mencoba menelan rasa takut yang mulai merayap naik ke tenggorokannya. Kata-kata Jonathan terngiang seperti gema yang terus memukul sisi pikirannya: menghancurkanmu secara perlahan.
“Aku tak mengerti... kenapa aku?” bisiknya. “Apa yang sebenarnya mereka inginkan dariku?”
Jonathan duduk kembali di tepi ranjang, pandangannya berat.
" Karena mereka tahu bahwa kamu istri ku, mereka tahu bahwa kamu mengandung anakku, mereka ingin membalaskan dendam nya dengan cara melenyapkan sesuatu yang berharga bagi ku,"
" Apa aku akan benar-benar mati," ucap Nadia lemah.
" Aku tidak akan membiarkan itu terjadi, aku akan berusaha untuk melindungi mu," ucap Jonathan sembari menggenggam jemari tangan Nadia dengan lembut.
" Jangan takut. Semua akan baik-baik saja," ucapnya kemudian.
Nadia mengangguk perlahan. Mencoba untuk percaya bahwa semua akan baik-baik saja. Seketika Hatinya berdesir, saat tangan besar Jonathan menyentuh perutnya, dan mengusapnya pelan. Ada kehangatan yang menjalar dari sentuhan itu. hangat, namun sekaligus getir. Perasaan yang tidak seharusnya ada, kini perlahan muncul di hati Nadia.
" Jangan terbawa suasana Nadia. ingat, saat anakmu lahir nanti, dia akan menceraikan mu," ucapnya dalam hati. Mencoba untuk menenangkan dalam-dalam perasaan cinta yang mulai tumbuh di hatinya.
Jonathan duduk diam di samping Nadia, merasakan kehangatan dari sentuhan tangannya di perut Nadia. Hatinya berdebar, ada perasaan yang begitu kuat dan sulit dijelaskan.
" Tolong, lindungi anakku," ucapnya lirih sembari tangannya masih berada di Perut Nadia. Nadia terdiam, tidak menjawab. Hati nya berdesir saat Jonathan mengucapkan kata 'anakku'. dirinya sempat berfikir, alangkah indahnya jika mereka hidup dalam sebuah keluarga kecil yang saling mencintai.
Nadia memandang Jonathan, merasakan ketulusan dalam kata-kata itu meskipun bayang-bayang ketakutan masih menyelimuti dirinya. Namun, dalam hatinya, ada keraguan yang sulit untuk diabaikan. Apa yang akan terjadi jika ia tidak bisa menjaga janjinya? Apa yang akan terjadi jika semua yang mereka takutkan benar-benar menjadi kenyataan?
" Pak Nathan.. terimakasih,"
" Untuk apa," jawabnya dengan suara lembut.
" Karena telah bersikap baik terhadap ku,"
Jonathan terdiam, menatap dalam mata gadis yang berada di sampingnya tersebut. Ada sesuatu dalam dirinya yang mendesak ingin keluar. Perlahan, ia memajukan wajahnya ke arah Nadia, hingga bibir mereka menyatu. Nadia terdiam, tidak menolak ataupun memberontak kali ini. Gadis itu memejamkan mata, merasakan ciuman hangat dari Jonathan, yang perlahan menuntut untuk meminta lebih.
Perlahan, Jonathan merebahkan tubuh Nadia ke atas ranjang, dan berkata dengan suara beratnya,
" Aku, menginginkan mu," ucapnya, suaranya berat, jakun nya yang terlihat naik turun dan nafasnya mulai memburu.
Wajah Nadia memerah, meski ini bukan pertama kalinya bagi mereka. Namun tetap saja ia merasa sangat malu saat ini.
jgn bodoh trlalu lm jo.... kekuasaan jga hrtamu slm ini tk mmpu mngendus jejak musuhmu yg trnyata org trsayangmu🙄🙄
klo nnti nadia bnyak uang.... bkalan balik lgi tuh wujud asli nadia....
krna sejatinya nadia dlunya cantik... hnya krna keadaan yg mmbuat dia tak mungkin merawat dirinya....
jdi kurang"i mncaci & merendhkn ibu dri ankmu....