Edrico Stevanus, pria single, belum pernah menikah, tiba-tiba harus menjadi hot daddy? Bagaimana bisa?
Ikuti yuk petualangan Rico—sang bodyguard dalam keribetannya mengurus seorang balita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sensen_se., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 ~ Permintaan Terakhir
Tubuh Lala luruh ke lantai, ia menggenggam kedua jemari Jihan dengan sangat erat. Wajahnya bersembunyi pada tumpuan tangan itu sembari menangis terisak.
“La! Aku masih membutuhkanmu. Kenapa tiba-tiba pergi? Apa gajimu kurang? Apa aku menyinggungmu? Tolong katakan keluh kesahmu, La. Sampaikan keinginan kamu. Jangan tinggalin aku, La!” ucap Jihan yang tak kuasa menahan tangisnya.
Lala hanya semakin membenamkan wajahnya, menumpahkan segala kesedihannya dengan beberapa kali menggeleng. “Anda sangat baik, Nyonya. Gaji dan semua tunjangan yang Anda berikan sudah lebih dari cukup. Anda sudah seperti kakak bagi saya,” ucapnya dengan suara serak dan bergelombang.
“Yaudah jangan pergi, La! Tetap dampingi aku! Atau kamu mau aku buatkan cabang? Iya? Aku akan meminta Tiger untuk membuka cabang dan kamu kelola.” Jihan memohon sembari menangkup kedua pipi Lala. Mengangkat wajah bersimbah air mata itu agar menghadapnya.
Dua pasang mata itu seolah menorehkan luka yang sama akibat perpisahan. Tubuh Lala semakin bergetar hebat. Sumber air matanya seolah tak pernah habis.
Lala berlutut dan mengambur ke pelukan wanita itu. Teringat dulu bagaimana ia menemani Jihan berjuang, bersama Cheryl yang masih bayi. Mereka layaknya dua saudara, walau tanpa ikatan darah.
“Maaf, Nyonya. Saya nggak bisa,” ujar Lala tetap kekeuh dengan pendiriannya.
“Kamu nggak mikirin perasaan Cheryl, La?! Dia pasti tidak bisa kamu tinggalkan,” balas Jihan tidak mau membalas pelukan Lala.
“Maaf.” Hanya itu yang mampu terucap dari bibir Lala.
Tiger geram melihat drama dua wanita itu. Apalagi melihat istrinya menangis sampai seperti itu. Ia menggebrak meja dengan begitu keras, berdiri sembari melayangkan tatapan nyalang pada Lala. “Apa-apaan kamu, La? Tadi meminta untuk mengganti dokumen pernikahan. Sekarang kamu mau mengundurkan diri. Apa maumu, hah?” teriak Tiger menggelegar.
Pelukan dua wanita itu terlepas, mereka terlonjak kaget mendengar kemarahan Tiger.
Kini Jihan paham, pasti ada yang tidak beres dengan perempuan itu. Jihan menyentuh kedua bahu Lala, mengguncangnya cukup kuat, memberikan tatapan mengintimidasi, “Katakan! Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Jihan sangat serius.
“Aku tidak ingin melanjutkan pernikahanku dengan Rico,” sahut Lala menunduk.
“Beri kami alasan yang tepat, La! Jangan asal ambil keputusan saat kamu lagi emosi. Pikirkan juga keluargamu, keluarga Rico. Kalian ini, lamaran, nikahan dadakan, udah H-3 malah mau kabur kamu!” cecar Jihan.
“Ada yang lebih membutuhkannya saat ini, Nyonya. Keputusan saya sudah bulat. Untuk keluarga, nanti saya yang akan mengurusnya,” sahut Lala dengan nada lemah. Tenaganya sudah terkuras habis. “Tuan, anggap saja ini permintaan terakhir saya. Setelah ini saya akan meninggalkan negara ini.”
“Siapa yang kamu maksud?” tanya Tiger mengerutkan keningnya.
“Mbak Airin, ibu kandung Rainer,” jelas Lala mengangkat wajahnya. Memberanikan diri untuk menatap wajah menyeramkan itu. “Saya mohon, Tuan. Mbak Airin punya penyakit, Rain juga sudah resmi menjadi anak Rico. Saya yakin, mereka akan menjadi sebuah keluarga yang sempurna.” Senyum getir terulas dari bibir Lala, walaupun sesak kian mendera.
“La, tapi gimana dengan kamu? Perasaan kamu? Perasaan Rico?” tanya Jihan khawatir.
“Nyonya tenang saja. Saya ikhlas dan saya yakin, Rico pasti bisa menjadi ayah sekaligus suami yang baik. Dia pasti bahagia. Cinta akan datang karena terbiasa,” sahutnya tersenyum walau hatinya terluka.
Jihan merogoh ponselnya, “Enggak bisa dibiarin. Kalian harus dipertemukan! Ini bukan hanya untuk sehari dua hari, La!” omel Jihan hendak menghubungi Rico.
Akan tetapi dengan cepat Lala mencegahnya, tatapan memohon dari manik matanya sungguh membuat siapa pun iba. “Mbak Airin sedang dirawat di rumah sakit. Rico sedang menjaganya. Saya mohon, Tuan, Nyonya!” rengek Lala memohon.
Pasangan suami istri itu saling melempar pandang. Bingung harus bagaimana membuat keputusan.
Bersambung~