Bagaimana jadinya jika wanita yang telah ia rebut suaminya menikahi Ayahnya?
Ya, Dia adalah Maya, Wanita yang rumah tangganya di hancurkan oleh Vanya Adiyaksa Abrisam, Membalas perbuatan sang pelakor dengan balasan yang tidak pernah Vanya bayangkan sebelumnya.
Dengan bermain cantik, Maya diam-diam mendekati Adiyaksa Abrisam yang tak lain adalah Ayah dari Vanya sang pelakor hingga berhasil menikahinya.
Lalu bagaimana kisah mereka setelah menjadi satu keluarga?
Ikuti keseruan pembalasan istri sah terhadap pelakor yang akan tersaji dalam Novel "Menikahi Ayah Pelakor"
Karya : Noor Hidayati
Add FB : I'tsmenoor
Instagram @_itsmenoor
Tiktok @itsmenoor12
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor Hidayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jujur
Maya yang sebelumnya ingin mengatakan yang sebenarnya menjadi ragu dan berpikir ulang karena fitnah yang di lakukan oleh Vanya dan mantan suaminya.
"Jika Aku mengatakan yang sebenarnya, Apakah Mas Adi akan membalas perbuatan mereka?" batin Maya sembari menatap Abrisam yang masih berdiri menunggu penjelasan darinya.
"Tapi jika tidak, Alasan apa yang harus ku katakan, Dan bagaimana jika suatu saat Mas Adi mengetahui kebenarannya?" batinnya lagi.
"Maya..."
Maya tersentak dan langsung mengalihkan pandangannya.
"Kamu masih tidak ingin bicara?"
"Mas Adi, Sebenarnya..." Maya kembali menatap Abrisam ragu-ragu.
"Apa, Katakan yang sebenarnya Maya, Apa kamu masih mencintainya sehingga di malam pernikahan kita hingga malam ini kalian masih diam-diam bertemu di belakang ku?"
"Apakah karena ini juga hingga kini kamu tidak pernah mengatakan cinta padaku? Atau memang kamu tidak pernah mencintai ku?"
"Tidak ada yang seperti itu, Aku sama sekali tidak lagi mencintainya bahkan Aku sangat membencinya..."
"Lalu apa masalahnya, Kenapa sulit sekali untuk mu mengatakan siapa mantan suami mu dan kenapa kalian masih terus berhubungan?!"
"Itu karena..."
"Aaaaaaaaaaa...."
"Vanyaaaaaaa...!!!"
Abrisam yang mendengar teriakkan Vanya dan Alvin, Langsung berlari meninggalkan kamar. Sementara Maya yang merasa ini hanya akal-akalan Alvin dan Vanya untuk menghentikan dirinya mengatakan yang sebenarnya berusaha menghentikan Abrisam.
"Mas Aku belum selesai bicara."
"Apa kamu tidak mendengar itu?" tanta Abrisam yang langsung melepaskan tangan Maya yang menyekalnya.
"Mas... Mas..." Maya terus berlari mengikuti Abrisam. Namun ia tidak memiliki kesempatan untuk mengatakan kebenarannya karena Mereka di kejutkan oleh Vanya yang terjatuh dari tangga.
"Vanya...!" Abrisam langsung berlari menapaki anak tangga hingga hampir tergelincir.
"Ayah!" ucap Alvin.
"Mas Adiiii...!!!" Maya meraih tangan Abrisam sembari berpegang pada teralis tangga untuk menahan tubuh suaminya. Lebih dari yang Abrisam rasakan, Maya begitu ketakutan saat melihat Abrisam yang nyaris tergelincir. Namun Abrisam yang sedang merasa kesal pada Maya segera melepaskan tangannya dan mendekati Vanya yang tergeletak di lantai dengan kepala di pangkuan Alvin.
"Ayaaahhh... Sakit sekali." rengek Vanya seperti anak kecil.
"Bagaimana ini bisa terjadi?"
"Seperti yang baru saja terjadi kepada Ayah, Vanya juga tergelincir." saut Alvin.
"Sepertinya ada seseorang menaruh minyak di tangga." lanjutnya lagi.
"Apa!? Apa maksudmu ada yang menaruh?"
"E... Maksudku ada minyak di tangga, Ntah siapa yang menumpahkannya," ucap Alvin menatap Maya.
Melihat tatapan Alvin, Abrisam menoleh ke arah Maya yang berdiri di belakangnya.
"Kenapa kalian menatap ku seperti itu?" tanya Maya yang merasa terpojokkan.
"Kenapa kamu merasa panik jika kamu tidak merasa bersalah?" tanya Abrisam yang kemudian membopong tubuh Vanya.
"Kita ke rumah sakit Sayang." lanjut Abrisam.
"Tidak Ayah, Ini sudah larut, Besok saja."
"Tapi kamu terluka Sayang, Ayah tidak ingin sesuatu terjadi kepada mu."
"Aku tidak papa, Aku hanya ingin malam ini Ayah menemaniku."
Abrisam menoleh ke arah Maya sesaat dan mengingat tentang pertemuan Maya dan mantan suaminya yang ia pergoki dua kali, Serta foto yang ia temukan malam ini. Mengingat itu semua, Abrisam menjadi kesal dan menyetujui permintaan Vanya.
"Baiklah."
Maya mengangkat tangannya seolah ingin menghentikan suaminya. Namun sebelum ia membuka mulutnya, Alvin berdiri di depannya.
Ia menoleh sesaat ke belakang memastikan Ayah mertuanya telah pergi membawa Vanya. Kemudian ia kembali menatap Maya dengan senyum liciknya.
"Apa kamu pikir kami akan membiarkan mu mengatakan yang sebenarnya?"
"Alvin! Sebelumnya Aku ingin melupakan dendam ku kepada kalian. Tapi dengan kalian melakukan ini, Maka bersiaplah menerima balasan yang tidak pernah kalian bayangkan sebelumnya."
"Ja-jangan jangan, Jangan lakukan itu Maya, Aku takut sekali... Hahahaha..." seolah menyepelekan ancaman Maya, Alvin berlaga ketakutan lalu menertawakannya.
"Kamu ini terlalu baik Maya, Kamu tidak akan sanggup menyakiti kami, Menyakiti kami berarti kamu tidak akan mengatakan kebenarannya kepada Adiyaksa Abrisam. Jika kamu tidak mengatakannya, Itu sama saja kamu akan terus membohonginya. Dan apa kamu sudah memikirkan apa yang akan terjadi jika suatu saat Adiyaksa Abrisam mengetahui yang sebenarnya dari orang lain? Bukan Aku atau Vanya yang akan menerima kemarahannya Maya, Tapi kamu!"
"Alvin benar, Kalau begitu Aku harus mengatakan yang sebenarnya sebelum Alvin atau Vanya yang mengatakannya dan memutar balikkan fakta." batin Maya yang langsung melangkah meninggalkan Alvin. Namun dengan cepat, Alvin kembali menarik tangan Maya.
"Mau kemana Maya?"
"Bukan urusan mu!"
"Maya... Sejak kamu menikah dengan Adiyaksa Abrisam Aku perhatikan kamu semakin terlihat cantik."
"Turunkan tangan mu!" Maya langsung menepis tangan Alvin yang berusaha menyentuh wajahnya. Kemudian ia pergi ke kamar Vanya untuk menyusul Abrisam.
Mendengar pintu terbuka, Abrisam menoleh ke arah Maya sesaat dan kembali menatap Vanya yang kini terlihat sudah memejamkan matanya.
"Mas..."
"Kelihatannya Vanya sudah tidur, Apa sekarang kita bisa bicara?"
"Besok saja, Aku sudah janji pada Vanya akan menemaninya sepanjang malam ini."
"Tapi Mas..."
Abrisam kembali menoleh ke arah Maya dengan tatapan dinginnya hingga membuat Maya tak berani lagi untuk mengucapkan sepatah kata pun. Dengan terpaksa ia keluar dari kamar Vanya sebelum ia mengatakan yang sebenarnya.
•••
Pagi hari, Abrisam kembali ke kamar dan langsung di sambut Maya yang tidak bisa tidur karena memikirkan masalahnya.
Melihat Abrisam yang membuka piyama nya, Tanpa di suruh, Maya langsung membantu Abrisam melepaskannya dan mengambilkan handuk untuk nya.
"Apakah kamu tidak tidur?" tanya Abrisam yang melihat mata sayu nya.
Mendengar pertanyaan itu, Maya menjadi sedih dan meneteskan air matanya.
"Kenapa menangis, Apakah pertanyaan ku salah?"
"Tidak, Aku hanya..."
"Aku tidak memaksa mu jika kamu tidak bisa berkata jujur pada ku, Lupakan saja." Abrisam langsung memutar tubuhnya dan melangkah masuk ke kamar mandi.
"Aku akan mengatakannya."
Abrisam menghentikan langkahnya tanpa menoleh ke belakang.
Ia menunggu apa yang akan Maya katakan.
"S-se Sebenarnya mantan suami ku adalah Alvin, Yang tak lain adalah menantu mu sendiri, Suami dari putri kesayangan mu."
Abrisam masih terdiam tak bersaksi.
"Ya, Vanya hadir diantara kita, Dan selama satu tahun mereka menjalin hubungan terlarang di belakang ku, Hingga tepat di ulang tahun pernikahan kami yang ke dua, Aku melihat perbuatan keji mereka dengan mata kepala ku sendiri, Aku begitu hancur saat itu, Dan hampir satu tahun lamanya Aku berusaha bangkit dari keterpurukan ku hingga akhirnya Aku bertemu kembali dengan mu dan..."
"Dan membuat ku masuk dalam perangkap mu untuk memuluskan rencana balas dendam mu kepada putri ku." saut Abrisam yang langsung memotong ucapan Maya. Kemudian ia memutar tubuhnya dan menatap Maya dengan tatapan penuh kekecewaan.
Bersambung...