Rank 1 Terpopuler / Tamat dalam tagar #Spiritual (1/1/2022)
Menikah untuk Ibadah dan kebahagiaan orang tuanya, itulah tujuan awal Kinan menerima lamaran seorang dokter yang datang padanya. Akan tetapi bukan bahagia yang Kinan dapatkan, melainkan sebuah pengkhianatan.
Perasaan Kinan hancur, terluka dan kecewa.
Hingga seorang laki-laki bernama Dude Danuarta datang. Niat awal hanya memberikan selamat pada suster yang sudah merawat anaknya.
Namun takdir bekerja tanpa perkiraan. Pria itu malah menawarkan diri untuk menikahi Kinan Adelia. Pria yang Kinan tahu sudah memiliki pasangan dan seorang anak.
Takdir Cinta Kinan ~
Karya Apple Cherry
Murni dari pemikiran author.
Jangan dicopas tanpa izin. Terima kasih :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Apple Cherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
025 : Mimpi Aneh Yang Bukan Sekedar Keanehan Biasa
Kinan menunggu Dude di teras rumah, dia duduk di sebuah kursi tepat di dekat taman. Akhirnya suara mobil Dude terdengar, lalu Dude keluar dari mobil menghampiri Kinan.
"Assalamu'alaikum, Kinan."
"Wa'alaikumsalam," jawab Kinan kemudian dia berdiri. "Mas kenapa nggak jadi ke kantor?"
"Tadi saya udah minta orang kantor yang menangani. Saya merasa tidak enak kalau tidak ikut menjemput ibu di rumah sakit, Ki," jawab Dude.
"Apa nggak apa-apa, Mas? Maksud Kinan kalau itu penting, biar Kinan aja yang jemput ibu pakai taksi."
"Nggak apa-apa, Ki. Maaf ya, kita baru menikah saya malah kerja, seharusnya saya libur untuk beberapa hari," kata Dude.
Kinan menggeleng. "Nggak apa-apa, Mas. Kinan juga tiga hari lagi mulai masuk kerja."
Lalu Kinan mengambil tasnya. Dude menggandeng Kinan, tapi Kinan refleks mengibaskan.
"Kamu kenapa?" tanya Dude agak terkejut dengan reaksi Kinan yang tidak biasa itu.
"Astaghfirullah, maaf, Mas." Kinan lalu mengusap wajahnya, ini pasti pengaruh mimpinya. Semua jadi makin aneh, kenapa Kinan tidak bisa fokus, dia malah jadi takut jika Dude menyentuhnya dia akan mengingat lagi mimpi semalam.
"Kinan tadi nggak sengaja," jawab Kinan lagi.
"Maaf kalau saya bikin kamu nggak nyaman, ya. Ayo kita langsung berangkat aja," ucap Dude kemudian membuka pintu mobilnya untuk Kinan.
Kinan berusaha duduk tenang di sebelah Dude, tepat di barisan belakang supir. Tapi, bayangan mimpi semalam masih sesekali muncul di pelupuk matanya.
Dek Sayang ...
Dek Sayang ...
Kinan mendengar lagi suara itu. Dia lalu menoleh ke Dude.
"Kinan?"
"Kinan?"
Kinan langsung menjengkit kaget dengan mata melebar. "Ya ampun, Kinan!" dia merasa gregetan dan kesal dengan pikirannya sendiri.
"Ki, kamu kenapa? Saya perhatikan kamu seperti memikirkan sesuatu. Kamu boleh cerita sama saya kalau kamu ada masalah, Ki?"
"Apa ada yang ganggu kamu lagi?" tambah Dude.
Kinan menarik napas dalam, lalu menghembuskan nya, dia menggeleng pelan pada Dude. "Engga, kok, Mas."
Apakah dia harus jujur tentang mimpinya? TIDAK! Itu sangat memalukan, batin Kinan menghapus pemikiran itu.
"Ya sudah kalau tidak ada apa-apa. Saya cuman nggak mau kamu menanggung beban sendiri. Kita sudah menikah, kamu boleh meminta sesuatu jika ada yang kamu inginkan, jangan merasa tidak enak, atau mau bertukar pikiran juga boleh," ujar Dude.
Meminta? Meminta sesuatu? Pikiran Kinan lagi-lagi terfokus pada mimpinya. Nanti malam dia harus salat sebelum tidur, supaya saat tidur dia tidak perlu bermimpi, batinnya.
"Tidak, Mas. Kinan tidak menginginkan apa-apa. Kinan hanya merasa agak lelah, mungkin efek kejadian beberapa hari lalu," jawab Kinan.
"Oh gitu. Kamu jangan pikirkan lagi tentang hal yang tidak menyenangkan, lebih baik kamu memikirkan hal yang menyenangkan saja, gimana?"
Hal yang menyenangkan? Kinan langsung terbayang saat Dude menyentuh permukaan bibirnya dalam mimpi. "Ya Allah, Kinan Adelia, cukup!" rutuknya sambil bergumam.
Dude memperhatikan Kinan lagi, dia yakin Kinan pasti menyembunyikan sesuatu darinya. Dia sampai lupa, semalam saat dia hendak bangun untuk buang air kecil, dia mendengar Kinan agak mengerang. Dude berpikir apa karena mimpi yang membuat Kinan kepikiran?
"Ki, apa semalam kamu mimpi buruk?"
"Hah? Apa?" sahut Kinan dengan reaksi yang lebih mirip orang tercengang, dan itu sedikit berlebihan menurut Dude.
"Jadi kamu bermimpi dan mimpi itu yang menganggu kamu?" tanya Dude lagi.
Kinan masih tercengang. "Mas bisa baca pikiran? Mas menebak atau gimana?"
"Enggak, mana mungkin saya bisa baca pikiran. Iya, saya hanya lebih mirip menebak atau berpendapat, pemikiran saya saja, Ki. Tapi apakah saya benar?"
Kinan merasa tersudut, seolah Dude menangkap basah dia. Padahal Dude belum tahu apa yang terjadi padanya. Apa dia benar bermimpi atau tidak.
"Iya, Kinan cuman mengalami mimpi yang aneh aja, kok, Mas."
Dude menghela napas lega. "Itu hanya mimpi, Ki. Tidak akan terjadi di dunia nyata, tenang saja, kamu jangan terlalu kepikiran ya."
"Apa? Tidak akan terjadi di dunia nyata?" Kinan mengulang kata-kata Dude padanya.
"Kenapa? Apa itu mimpi indah? Tadi kamu bilang itu mimpi aneh, kalau mimpi aneh, biasanya mimpi yang tidak masuk di akal. Jadi, kamu tidak perlu kepikiran, oke?"
Kinan meneguk ludahnya pahit. Kalau itu tidak mungkin terjadi, itu tandanya Dude tidak akan pernah menyentuhnya di dunia nyata? Apakah begitu? Pikiran Kinan malah makin aneh sekarang. Akhirnya dia memilih diam, daripada mengembangkan segala prasangka yang diawali karena mimpinya.
Setelah beberapa saat mereka berdua tiba di rumah sakit. Kinan berjalan mendahului Dude, dia seperti agak menghindari Dude. Bukan tidak sadar, karena Dude sudah merasa aneh dengan Kinan hari ini. Jadi, sekarang dia malah penasaran dengan mimpi Kinan. Apakah mimpi itu sangat menganggu? Dude pun berinisiatif untuk bertanya lagi nanti sepulang dari mengantar ibu mertuanya.
"Assalamu'alaikum, Ibu."
"Kinan? Waalaikumsalam. Ya Allah kamu cepat sekali datangnya. Wah, ada Nak Dude juga. Kalian apa kabar? Oh iya gimana kabar adik Dude dan siapa namanya, anak yang kamu jaga waktu itu, Ki? Keponakan Dude," tanya bu Halimah. Padahal Dude dan Kinan baru saja sampai sudah dihujani pertanyaan.
"Ibu Masya Allah makin kelihatan segar. Alhamdulillah, adik saya Hana sudah ditangani dengan yang ahli, kabar anak saya Rey juga baik-baik saja. Dia di Jogja sekalian sekolah juga, Bu," jawab Dude.
Kinan sekarang sedang merangkul ibunya, dia sangat rindu sudah beberapa hari tidak melihat ibunya.
"Kamu hebat, Nak. Suami kamu hebat banget, Kinan. Dia sayang sekali sama adik dan keponakannya sampai menganggapnya seperti anak kandung, bukan keponakan," ujar bu Halimah.
Kinan hanya diam sambil tersenyum ringan! Dude menggeleng dengan tawa renyah pelan. "Kalau bukan saya, siapa lagi, Bu. Hana dan Rey tidak punya siapa-siapa lagi. Orang tua saya meninggal dunia, saya dan Hana hanya dua bersaudara. Keadaan Hana, ya, yang ibu sudah dengar waktu itu. Sangat memperihatinkan."
"Iya, Nak, ibu mengerti karena itu ibu bilang kamu sangat hebat. Ibu makin yakin kalau kamu jodoh yang sengaja Allah kirimkan untuk Kinan lewat jalan yang tidak disangka-sangka. Kamu seperti hadiah atau rezeki nomplok buat Kinan, bukan begitu, Ki?" kata bu Halimah. Kinan malah terbengong sendiri.
Dude kembali menggeleng. "Ibu berlebihan."
"Aa, benar, Bu." Kinan hanya mengangguk mengiyakan kata-kata ibunya. Padahal dia sendiri tidak terlalu fokus mendengarkan.
"Tuh, kan, Nak Dude dengar sendiri, Kinan bilang, iya. Tandanya Kinan juga menganggap Nak Dude hadiah spesial buatnya dari Allah," ucap bu Halimah kembali.
Kinan terbatuk refleks. Jadi, dia baru sadar apa yang dia iya, kan tadi.
"Kinan? Kamu kok tau-tau keselek? Jangan-jangan kamu bengong, ya, dari tadi?"
"Ee ... enggak, kok, Bu." Kinan menggeleng.
"Kinan katanya habis bermimpi buruk Bu. Entah apa yang di mimpikan Kinan, saya saja sampai penasaran," komen Dude yang memang sejak tadi sambil memikirkan itu juga.
"Oh, ya? Ki, kamu mimpi apa?" tanya bu Halimah pada Kinan yang masih terdiam di sampingnya.
"Hanya mimpi aneh, Bu. Sudah, itu mimpi yang tidak penting, kok," elaknya, padahal dia hanya malu jika menceritakan apa yang dia mimpikan.
"Saya sudah katakan jika mimpi aneh, lupakan saja, karena mimpi itu tidak akan terjadi di kenyataan, bukan begitu, Bu?" tutur Dude.
Kinan kembali beristighfar. Bu Halimah agak mengerutkan kening, heran.
Respond yang sama, tadi juga Kinan beristighfar, batin Dude. Dia semakin yakin kalau keanehan mimpi Kinan bukan mimpi aneh biasa.
...____...
...Masih bahas mimpi Kinan yang kocak wkwkwkkwwk...
...Mana Dude bilang gak akan jadi kenyataaan wkwkwk...
...dalam ati Kinan mengsedih bun 🥲...