Sebelum baca Penantian Sang Casanova,di baca dulu yah Mengejar Cinta Mantan Istri,biar tau sejarahnya Ica dan Yordan.
"oke gue akan terima loe,asal loe mau terima tantangan gue." Senyum Yordan menyeringai
Mata polos Ica terlihat berbinar karena Yordan mau memberikan dirinya kesempatan.
"Siap..!!! Sekarang apa tantangannya?" tanya Ica penuh percaya diri.
Ia tidak tahu tantangan yang akan di berikan Yordan,adalah tantangan yang membuat hatinya hancur lebur.
Dan karena tantangan yang diberikan Yordan,
Ica pun menjauh dari Yordan sang Casanova.
Kira-kira apakah tantangan yang diberikan Yordan?
Dan apakah Yordan sang Casanova bisa mencintai Ica?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_Les, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
eps. 24
Begitu sampai dalam kamarnya,Ica langsung membuang tubuhnya ke atas ranjang. Tak bisa ia pungkiri,hatinya sangat marah dengan papa nya yang selalu saja meremehkan dirinya dan membanding-bandingkan dirinya dengan sang adik.
Ingin rasanya Ica keluar dari rumah,menunjukkan pada papanya kalau Ica juga bisa memiliki masa depan yang cerah meski dirinya tak memiliki otak sepintar sang adik.
Tiba-tiba ia teringat akan perkataan Yordan tadi siang yang ingin mencarikan pekerjaan untuknya. Dia mengambil hp di atas nakas.
Ternyata Yordan sudah menghubunginya tiga kali. Ica melihat jam yang ada di hp nya sudah jam sepuluh.
Ica mencoba menghubungi Yordan balik.
Tak butuh waktu lama Yordan menjawab panggilan Ica. Karena memang kini Yordan sedang galau karena belum mendengar suara Ica semenjak siang tadi.
"Halo.."jawab Yordan di seberang sana.
"Kakak tadi nelpon aku? Kenapa?" Tanya Ica basa-basi.
"Masa sih?? Kepencet lah berarti.." jawab Yordan berbohong. Dia malu mengakui kalau dirinya menghubungi Ica terlebih dulu.
"Bisa yah kepencet sampe tiga kali?"
"Bisa aja lah,kalau panggilannya otomatis."
"Cih.."
"Kamu lagi apa?" Tanya Yordan yang sedari tadi penasaran kenapa Ica tidak langsung menjawab panggilannya.
"Aku tadi di bawah sama mama-papa. Hp aku,aku tinggal di kamar. Ini aku baru balik kekamar." Ica mencoba menutupi perasaan sedihnya sekarang.
"Ooooh..oh iya,mommy nyuruh kamu besok dateng ke kantor. Ada yang mau di omongin katanya.."
"Tentang apa?" Tanya Ica penasaran.
"Aku udah bilang ke mommy soal pembicaraan kita tadi siang. Kayaknya mommy tertarik bikin kamu jadi anak asuhnya. Jadinya kamu disuruh dateng kekantor besok."
"Beneran kak?"
"Iya.."
"Oke,aku pasti dateng besok. Aku besok harus dateng jam berapa?"
"Terserah."
"Kalau aku dateng pagi,gak pa-pa?"
"Boleh juga.." entah kenapa tiba-tiba mulut Yordan mengatakan itu,padahal mommy Sarah baru ada dikantor satu atau dua jam sebelum makan siang.
"Oke,jam sembilan aku dateng. Biar agak lamaan dikit disana. hehehe"
"Hemh.." jawab Yordan,padahal hatinya sedang kegirangan karena Ica yang akan datang pagi-pagi.
"Ya udah sekarang kamu bobok,biar besok gak telat bangun. Biar aku bilang sama mommy kamu besok dateng pagi." Padahal kenyataannya dia tidak ingin memberitahu mommy nya kalau Ica akan datang pagi,biar bisa Yordan bersama Ica lebih lama di ruangannya.
"Oke..bye..selamat malam pahlawan ku.."
Ica buru-buru mengakhiri panggilannya. Karena malu sudah menyebut Yordan sebagai pahlawannya.
Mendengar Ica memanggilnya dengan sebutan pahlawan,hati Yordan berbunga-bunga. Seperti anak abege yang sedang jatuh cinta saja. Atau jangan-jangan Yordan memang sudah mulai jatuh cinta pada Ica?
"Dari tadi jantung gue kok berdetak kenceng banget sih? Jangan-jangan gue punya penyakit jantung lagi gara-gara deket-deket sama si petasan cabe.." kata Yordan sambil memegangi dadanya.
⭐⭐⭐⭐⭐
Keesokan paginya setelah papa Fano dan Nita berangkat ke kantor baru lah Ica turun dari kamarnya.
"Pagi mah.." sapa Ica pada mamanya yang sedang menyiram tanaman di halaman belakang.
Mama Nivi menoleh ke belakang,ke arah sumber suara.
"Pagi.." sambil meletakkan selang yang dipakai untuk menyiram tanaman. Lalu menghampiri Ica.
"Ayo sini mama temenin sarapan." Lalu mama Nivi menggandeng tangan Ica untuk ke ruang makan.
Mama Nivi menyiapkan makanan ke piring Ica. Mami Nivi sudah sangat memahami kebiasaan anaknya,jika baru bertengkar dengan sang papa,Ica akan menghindari sang papa untuk satu atau dua hari. Jadi saat Ica tidak turun untuk sarapan bersama,mama Nivi tidak akan memaksa Ica untuk turun.
"Mah..." panggil Ica. Dia hanya mengaduk-aduk makanan dipiringnya.
Mama Nivi tau pasti ada yang ingin Ica bicarakan padanya.
"Habisin dulu makanan kamu,nanti baru bicara."
Sesuai dengan perkataan mama nya,Ica mulai menyendokkan makanan ke mulutnya.
Setelah Ica selesai makan,mama Nivi mengakak Ica untuk ngobrol di halaman belakang.
"Kamu mau ngomong apa sama mama?" Todong mama Nivi saat mereka sudah duduk di kursi halaman belakang.
"Mah..Ica mau keluar dari rumah,Ica mau hidup mandiri,Ica mau tunjukin sama papa kalau bakat yang Ica punya bisa menghidupi Ica. Ica gak mau papa mandang rendah bakat Ica lagi mah.." kata Ica sambil menundukkan wajah nya,ia sedang menahan tangisnya.
Mama Nivi menghela nafasnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Tak percaya kalau anak sulungnya bisa mempunyai pemikiran seperti itu.
"Ca..." mama Nivi mengambil tangan Ica dan menggenggamnya.
"Hidup di luar rumah gak semudah yang kamu bayangin." Lanjut mama Nivi.
"Ica tau mah,tapi cuma ini cara yang bisa Ica lakukan supaya papa gak meremehkan Ica terus. Mama tolong lah dukung Ica." Mohon Ica
"Mama bukannya gak mau dukung kamu Ca,kalau kamu keluar dari rumah ini,apa kamu siap kalau papa mencabut semua fasilitas yang papa kasih ke kamu?"
"Tenang aja mah,Ica udah mikirin sampe situ. Bahkan sebelum papa mencabut semua fasilitas untuk Ica,,Ica yang akan ninggalin semua fasilitas yang papa kasih." Kata Ica mantap.
"Terus gimana caranya kamu bertahan hidup di luar sana?"
"Ica akan cari kerja mah."
"Kerja? Kerjaan apa?"
Ica menggedikkan bahu. Ia pun tidak tahu kerjaan apa yang akan mommy Yordan berikan padanya.
"Belum tau mah,Ica baru mau nyari." Bohong Ica,ia tidak memberitahu mama Nivi kalau hari ini mommy Yordan mengajaknya bertemu untuk membicarakan pekerjaan dengan Ica.
"Ca,pikirin lagi keputusan kamu. Jangan gegabah Ca.."
"Ica udah lama banget mah mikirin ini,dan tadi malam keputusan Ica udah bulat. Kalau Ica udah dapet kerja,Ica akan segera keluar dari rumah. Doain Ica yah mah,semoga Ica cepet dapat kerjaan."
Mama Nivi tidak menjawab,dia masih tidak terima dengan keputusan anaknya itu. Tapi ia juga tak mau melihat Ica yang selalu direndahkan oleh suaminya itu. Iya bimbang,apa benar keputusan yang Ica ambil akan merubah pola pikir sang suami,atau malah hanya akan memperburuk hubungan ayah dan anak itu.