NovelToon NovelToon
Aku Bukan Wanita Mandul

Aku Bukan Wanita Mandul

Status: tamat
Genre:Romantis / Contest / Duda / Tamat
Popularitas:1.1M
Nilai: 5
Nama Author: Binti Ulfa

Pernikahan yang awalnya didasari rasa saling cinta, harus berakhir karena sang istri yang tak kunjung hamil selama 3 tahun pernikahan.

Benarkah sang istri yang mandul?
Setelah itu mantan suami masih datang mengganggu saat mantan istri membuka hati pada pria lain. Siapakah yang akan dia pilih?

Selamat membaca

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Binti Ulfa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25.

*****

Siang harinya Romi mengantar ibunya pulang untuk istirahat, lalu menjemput Shila yang bermain di rumah Fani bersama anaknya. Demi sebuah misi. Shila dan anaknya mbak Fani seumuran.

Jatah makan siang pun telah datang. Romi membisiki anaknya untuk memanggil Yuli agar ia mau naik ke ruangannya.

Dengan senang hati Shila memanggil Yulia dan menarik narik tangannya dengan paksa.

"Ayo Tante, aku pengen makan ditemenin Tante. Kita makan Sama Ayah juga!" Shila mengedip kedipkan matanya sambil tersenyum. Begitu menggemaskan. Yeni dan Risma terkikik meledek Yuli.

"Sana Yul, makan siang sama calon imamnya, hmmm pasti beda ya menunya!" Risma angkat bicara. Mendorong pelan bahu Yuli agar mengikuti langkah Shila.

"Awas ya! Jangan ghibahin aku, entar kalau aku benar benar jadi Bu Bos, aku pecat kalian tanpa pesangon!" gaya bicara Yuli dia buat buat, sambil berkacak pinggang. Tapi kedua temannya malah tertawa lebar. Mereka tahu Yulia bercanda.

"Iya, iya. Calon Bu Bos. Jangan marah atuh. Entar cantiknya ilang. Auranya jadi suram. Kayak emak emak pemilik kost_an yang penghuni kostnya bandel bandel gak bayar buat cicilan bulanan." Cerocos Yeni masih cekikikan.

"Ayo dong Tante, kok malah Tante bicara terus sama mereka!" sungut anak bos mereka itu. Mulutnya yang kecil maju, membuat Yulia ingin tersenyum. Shila memakai gaun lengan pendek selutut berwarna merah polkadot yang ada pita di bagian depan perut membuat kesan lucu, sangat sesuai dengan wajah imutnya. Ia juga memakai bando dengan warna sama.

"Shila sayang, panggil Tante Yuli nya Bunda dong! Biar ada chemistry gitu!" ucap Yeni sambil membungkuk menoel pipi Shila.

"Hush, kamu ya! jangan ngajarin aneh aneh!" ucap Yuli melotot tak suka. Yeni malah tersenyum penuh arti.

"Iya iya, ayo kita kemon! Berabe kalau terus di sini" Tak mau Shila diajarin bicara aneh aneh oleh mereka berdua, akhirnya Yuli menuruti ke mana arah anak itu menarik tangannya.

"Dadaaaah!" Suara Risma sambil melambai tangannya pada mereka berdua yang menaiki tangga.

Mereka telah sampai di ruangan. Rupanya Romi menyiapkan makan dibawah beralaskan karpet dengan sebuah meja panjang setinggi lutut Yulia untuk menyimpan makanan. Ada tiga buah rantang berjejer dengan isi yang berbeda dan piring sendok serta beberapa gelas air mineral berjejer di sana.

Sedang Romi, tidak nampak. Namun terdengar gemericik air di kamar mandi. Yuli menarik Shila segera duduk di karpet itu. Tubuh gadis kecil itu duduk nempel di badan Yuli. Kebiasaan Shila kalau sudah lama tidak bertemu Yuli. Rindu katanya.

"Iiih, anak gemoy!! Bikin emeeeshh deh. Tante tambah sayang sama kamu! Anak siapa sih ini! Hihihi" menguyel uyel pipi gembul kayak sedang nge mut permen. Lalu menciuminya dan mengadu hidung mereka sambil tertawa.

"Anak Ayahnya dong!" tiba tiba Romi yang sudah keluar kamar mandi menyahut, lalu duduk di samping Yuli. Posisi mereka bertiga duduk berjejer dengan Yuli di tengah antara Ayah dan anak itu.

" Kalau kamu suka, nanti kita bisa punya anak anak yang lucu. Yang banyak kalau sudah nikah!" bisiknya dekat telinga Yuli. Suara Romi terdengar sangat dekat. Sontak Yulia melepas pelukannya pada Shila mendengar kata kata itu. Senyumnya yang tadi mengembang langsung menghilang.

Yulia membelalak menatapnya, membuat Romi tersenyum senang, menggoda Yuli seperti anak yang menemukan mainan baru.

"Kenapa?" melihat Yulia yang hanya diam, sama sekali tak memberi respon akan ucapannya. Sangat berbeda dengan kemarin, mereka selalu berdebat.

" I'm seriously. Apa yang pernah aku katakan tempo hari."

"Untuk menikah denganmu." Yulia terlihat biasa saja, dengan status mereka yang sama sama sudah pernah menjalani biduk rumah tangga. Tidak seperti pada umumnya anak gadis dan jenaka yang tersipu malu malu, mereka lebih terbuka.

"Saya juga serius, pak Bos."

"Saya masih belum memikirkan hal itu. Minimal sampai selesai masa Iddah . Tolong! Anda jangan memaksa seperti ini. Biarkan semua mengalir apa adanya. Bukannya itu tempo hari yang pak Bos katakan. Apakah anda Amnesia?"

"Kalau jodoh juga tak akan kemana Bos, perbanyak doa aja. Semoga Alloh memberi jalan yang terbaik!" kalimat bijak Yuli membuat Romi bungkam seribu bahasa.

Ya, dia juga menyadari semua yang terjadi adakah ketentuan Nya. Manusia bisa merubah nasib, namun tak bisa bisa merubah takdir. Ia tak bisa memaksakan kehendaknya pada Yulia.

"Ah, aku sudah lapar, ayo kita makan!" ucap Romi menetralkan suasana. Shila yang masih nempel dengan Yulia membuatnya tak leluasa bergerak. Hingga malah Romi yang mengambilkannya nasi dan juga lauk, menyodorkan pada Yuli dan juga Shila.

Yuli sedikit terangkat sudut bibirnya. Perlakuan yang manis pada wanita. Penuh pengertian. Sebagai laki laki tak harus minta dilayani.

"Ayo di makan!" titahnya.

"Terima kasih!"

Mereka makan dengan lahap, hingga sebuah pertanyaan dari Shila yang beralih duduk didepan mereka ia ucapkan, membuat Yulia tersedak.

"Ayah, boleh gak aku panggil Tante Yuli, Bunda?" ucapnya dengan mulut penuh.

Uhuuukkk!

Yuli segera mengambil air putih dan meminumnya sampai tandas. Mukanya merah karena terbatuk batuk.

"Hati hati lah Yul, makannya." ucap Romi menepuk nepuk punggung Yuli. Yuli menghindar dengan menjauhkan tubuhnya.

"Shila, kalau makan terus mulutnya masih penuh nasi gak boleh sambil bicara ya! Lagian jangan diladeni omongannya Tante Yeni tadi!" pinta Yulia setelah berhasil menetralkan suasana hatinya. Tiba tiba ia sudah merasa kenyang. Nasi didepannya dengan lauk ayam bakar sudah tak menarik selera lagi.

"Gak apa apa kok sayang, boleh panggil Tante Yulia, Bunda. Tapi, dengan catatan sama Tante Yuli saja boleh panggil Bunda." Yulia memberengut Romi bukannya mencegah, malah mengiyakan keinginan anaknya.

Ia memang menyayangi anak itu. Tapi untuk dipanggil bunda, belum lah ya harusnya. Tapi tak bisa berbuat apa apa.

Setelah hari itu, Romi membiarkan Yuli menjaga jarak dengan dirinya. Cukup ia melihat dari kejauhan interaksi anaknya dengan Yulia yang sekarang dipanggilnya Bunda. Keputusan sudah dibuat, karena merasa sudah diatas angin, diiyakan oleh ayahnya untuk memanggil Bunda. Namun tidak dengan Shila, Yulia tak bisa menjaga jarak. Ia terlalu sayang dengan anak itu.

Hari telah berganti minggu, Romi tak lagi berusaha menemui Yulia. Ia terkesan cuek cuek saja. Padahal diam diam ia selalu memperhatikan apa yang dilakukan wanita itu dari cctv yang terpasang dan terhubung pada komputernya.

Dada Yulia berdenyut. Serasa ada yang hilang dari sudut hatinya. Ah, apakah aku telah bener benar jatuh hati padanya? Ya Alloh, ini tidak bisa dibenarkan.

Yulia terlihat murung dan melamun hari ini.

"Kenapa Yul?" tanya mbak Fani melihat Yulia yang diam menunduk sambil mengerjakan pekerjaannya. Ia membantu mbak Fani dimeja kasir, memasukkan belanjaan pembeli pada kresek besar.

"Memang kenapa mbak? Saya gak apa apa!" jawab Yulia tak bersemangat.

"Kamu murung dan cemberut dari tadi. Ada yang mengganggu hatimu?" Yulia menautkan alisnya. Ternyata suasana hatinya yang terlihat pada wajahnya. Ia langsung tersenyum untuk menutupi.

"Ah. enggak kok mbak! Mungkin aku lelah. Besok sepertinya saya izin cuti, pingin istirahat di rumah." Belum ada pembeli yang mengantri di kasir jadi mereka mengisi waktu untuk berbincang. Jika pembeli full mereka takkan bisa melakukannya.

"Kalau kau tak enak badan, sebaiknya begitu, kamu izin saja. Kamu kerja dari jam delapan pagi sampai jam delapan malam, tentu saja lelah. Atau kamu bisa ambil shift pagi aja, jangan diambil semuanya."

Di swalayan itu memberlakukan jam kerja shift pagi atau sore. Dan Yulia mengambil semuanya, toh dirumah ia tak melakukan apapun.

"Iya, mbak. Mungkin suatu saat. Tapi sekarang saya ingin ngumpulin uang dulu, ibuku masih sakit, belum bisa bekerja. Aku berharap sih, aku saja yang kerja mencukupi kebutuhan kami, itu mangkanya aku ambil full time kerja.

"Bunda Yulia!!" waah! mood booster nya datang tuh. Yulia tersenyum lebar, senang melihat bocah lucu yang baru datang, bersama Bapaknya. Setelah hampir seminggu mereka tak bertemu.

\=\=\=\=\=\=

Hayooh, Yul! senang ketemu anaknya atau.... bapaknya ya....

1
Fajar Ayu Kurniawati
.
Syahrulzanu Zanu
Buruk
Rika Hardiani
terimakasih telah menyuguhkan cerita yang menarik tentang keluarga dan bagaimana cara menciptakan keharmonisan hubungan suami istri dan cara mendidik anak, semoga bermanfaat bagi pembacanya dan menjadi amal kebaikan bagi penulisnya....ditunggu cerita² lainnya yang lebih seru dan mendidik 🙏🙏🙏salam sukses selalu
Rika Hardiani
selamat ulang tahun mas Romi...semoga sehat dan panjang umur 🎂
Rika Hardiani
nBagus Rom, tegas jangan lemah nanti makin ngelunjak
nanik widyati
Luar biasa
Rika Hardiani
Edan itu ibu.....mulutnya kebanyakan cabe 🤣🤣🤣
Rika Hardiani
hi...hi...ke hotel lho...mau g mau harus mau /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Rika Hardiani
Luar biasa
Rika Hardiani
Ngeri banget ucapannya seperti laki² tanpa iman /Sob/
Elok Pratiwi
seperti membaca sebuah buku biasa bukan membaca sebush cerita
Elok Pratiwi
tidak menarik datar cerita nya biasa saja
Rembulan Jingga
🌹
Rembulan Jingga
👍
AR Althafunisa
tadi dia pengen punya cucu, sekali punya cucu dia bgtu sikapnya. Empeng2 tak berakhlak 😩
AR Althafunisa
tega bangettt sih laki2 mulutnya 😭😭😭
Isna Niah
Sumi Ady
geregetan sma klakuannya dini,dino😠
Sumi Ady
betul thu romi
Sumi Ady
aduh rese bngt si dini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!