Tidak pernah menyangka pernikahan ketiga Naya Aurelia (32th) mendapatkan ujian yang penuh dramatis.
Ia dihadapkan dengan pilihan yang sulit antara memilih suami atau anak kandungnya.
Berawal dari suaminya Juan Bagaskara (27th) yang tidak mau menerima Shaka sebagai anak sambungnya sehingga Naya dengan terpaksa harus berpisah dengan putri kesayangannya. Ia menitipkan Shaka pada bi Irah asisten rumah tangganya yang diberhentikan dari rumah tersebut.
Bertahun-tahun Naya tersiksa batinnya karena ulah suami yang usianya lebih muda darinya. Apalagi suaminya pun memiliki pekerjaan di luar dugaannya yang membuatnya sangat terpukul. Pekerjaan apa kira-kira?
Disisi lain ia sangat ingin kembali hidup bersama anaknya. "Nak, izinkan mama kembali meraih cintamu..." ucap Naya lirih.
Akankah kebahagiaan berpihak pada hidup Naya selanjutnya?
Ikuti kisahnya!💕
Follow author ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FR Nursy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23 Akhirnya...
Shaka beranjak dari tempat duduknya. Setengah berlari ia menuju pintu gerbang sambil menangis.
"Papa tunggu Shaka...Papa ini Shaka!"
Amara dan Elana saling tatap. Mereka mengejar Shaka yang menangis sambil berteriak memanggil papanya.
Shaka mengguncang-guncang pintu gerbang, berharap bisa terbuka.
"Shaka...Shaka kamu kenapa Sayang?" tanya Elana khawatir.
"Kak Ela itu pasti papa," ujar Shaka sambil menunjuk sesuatu di luar sana.
Elana melihat ke arah yang ditunjuk Shaka. Begitu pun Amara. Namun mereka tidak menemukan siapa pun di sana.
"Siapa?"
"Yang jual nasi goreng itu kak. Rasa nasi goreng itu mirip buatan papa. Itu pasti papa. Kumohon kak. Antar Shaka menemuinya. Tolong bukain pintu gerbangnya! Kumohon kak,"
Shaka menangis tak berhenti. Ia memeluk Elana dengan erat. Tubuhnya bergetar hebat.
"Itu pasti papa kak El..." katanya dengan suara parau.
Elana merasa terenyuh mendengar ucapan Shaka.
"Iya Sayang. Tapi orang itu sudah pergi. Kita tunggu besok, siapa tahu lewat rumah ini lagi. Lagi pula ini sudah malam. Sebaiknya Shaka tidur. Besok kita cari papa sama-sama ya!" bujuk Elana sambil mengusap punggung Shaka dengan lembut.
Amara melipat kedua tangannya, ia mencoba mencerna ucapan Shaka. Tentang pengakuannya terhadap tukang nasi goreng sebagai papanya hanya dengan makan nasi goreng saja.
"Masa sih, Kara sudah punya anak? Dia terlihat masih muda, tidak mungkin sudah punya anak. Kemungkinan Shaka hanya terobsesi dengan papanya. Kasihan juga anak ini. Harus terpisah dengan papanya," batinnya, seraya menghela nafasnya.
Shaka masih terisak di pelukan Elana. Semakin lama isakan itu menghilang. Hanya suara nafas yang menderu.
"Akhirnya tidur juga nih bocil," Elana bernafas lega melihat Shaka tertidur pulas di pelukannya.
Elana mencoba untuk menggedongnya namun terlalu berat baginya. Dia pun meminta bantuan pada Amara untuk membantu menggendong Shaka.
Amara menurut. Ia merasa kasihan pada Shaka setelah mendengar kisahnya dari Elana.
×××
×××
Keesokan harinya Shaka sepertinya sudah melupakan kejadian semalam. Wajahnya ceria membantu bu Maryam memasak di dapur.
"Nenek sedang masak apa?" tanya Shaka saat ada di dapur menyapa bu Maryam dengan senyuman.
"Duh Shaka jangan panggil nenek ya! Panggil Mama saja tidak apa-apa. Mama kan memang belum punya cucu, anak-anak Mama belum pada nikah." tegasnya menjelaskan.
"Oooh gitu ya Nek, eh maaf Mama."
"Nah gitu lebih baik. Mau bantuin Mama masak?"
"Mau...mau."
Wajah Shaka berbinar manakala bu Maryam memberinya kesempatan buat membantunya memasak.
"Memangnya Shaka bisa masak?" tanya bu Maryam melirik Shaka yang mulai mengupas bawang merah.
"Bisa Ma. Dulu waktu sama papa, papa yang selalu ajarin Shaka masak. Papa selalu senang ditemani masak. Rindu rasanya ingin bertemu papa." matanya menerawang sambil menyusutkan air mata yang sengaja tumpah.
"Insyaa Allah pasti Shaka bisa bertemu. Shaka masih ingat kan rumah papa?"
Shaka bergeming. "Shaka tidak tahu rumah papa yang sekarang, Ma."
Bu Maryam menarik nafasnya berat. Ini akan mempersulit pencarian papanya.
"Shaka tahu papa kerja di mana?"
"Papa kerja di rumah sakit, Ma."
"Oh ya? Rumah sakit mana?"
Shaka bergeming lagi lalu menggeleng. "Shaka lupa Ma,"
Bu Maryam kembali menarik nafasnya dengan berat. Ia kemudian mengambil ponsel dari atas meja makan untuk menghubungi keponakannya yang bisa diandalkan.
"Hallo Ar bisa ke rumah tante, sekarang? Oke ditunggu!"
Bu Maryam menutup ponselnya dan meletakkannya kembali di atas meja. Sejak suaminya tidak ada sesulit apa pun masalahnya, ia bisa melibatkan keponakannya itu untuk berdiskusi mengatasi masalahnya. Walaupun ada 2 anak yang sudah dewasa, namun peran lelaki dalam rumahnya sangat diutamakan.
Satu jam kemudian, seorang lelaki tampan datang dengan kaos berkerah berwarna biru tua.
"Assalamualaikum.."
Lelaki itu masuk sebelum tuan rumah menyambutnya. Rumah tersebut sudah seperti rumahnya sendiri.
"Waalaikumussalam Ar, gimana kabarmu?"
Lelaki yang bernama Arya itu meraih punggung tangan tantenya, kemudian mencium tangannya.
"Alhamdulillah sehat Tante. Ada apa memintaku datang ke sini?"
Arya duduk di sofa ruang keluarga, seraya menyalakan televisi.
"Tante mau minta tolong sama kamu,"
"Minta tolong apa Tan? Oiya para gadis mana, belum kelihatan? Si cerewet sama si kalem, sehatkan mereka?"
"Mereka sehat, lagi pada siap-siap pergi,"
"Pergi ke mana? Heran deh jadi cewek ga pernah bisa diam di rumah. Ada aja kerjaannya."
"Biarin lah Ar. Yang penting kegiatan mereka positif,"
Arya mencium harum masakan yang menguar di udara, ia merasa heran pagi-pagi begini sudah ada yang membantu tantenya memasak. Biasanya tantenya yang akan sibuk memasak di dapur.
"Ada yang masakin Tan? Harum masakannya bikin laper," tanya Arya sambil mengelus perutnya.
"Itu dia Ar. Semalam ada kejadian tak terduga. Ada seseorang yang menyelinap dalam mobil Elana. Kamu tahu siapa?"
Arya menghela nafasnya dengan pelan. Selalu saja saat asik mendengarkan cerita, tantenya bertanya sesuatu yang tidak bisa ia jawab.
"Ya Arya engga tahu lah, Tan. Kan Arya engga ada di sini."
"Oh iya lupa.Ya itu orangnya yang sedang masak di dapur. Jadi gini, semalam ada anak kecil yang menyelinap masuk jok belakang mobil Elana. Ternyata dia anak tukang nasi goreng yang biasa lewat. Tapi saat mau disamperin sama anaknya, tukang nasi goreng itu malah udah pergi jauh. Jadi engga ketemu. Jadinya anak itu nginap di sini."
"Memang Tante yakin, anak itu anaknya tukang nasi goreng?"
"Yakin sih engga. Tapi anaknya bilang begitu, hanya dengan makan nasi goreng buatan si mamang itu, anak itu bisa mengenali kalau itu ayahnya. Tapi tadi dia bilang kalau ayahnya kerja di rumah sakit. Makanya tante panggil kamu ke mari,"
"Rumah sakit? Berarti anak itu bukan anak tukang nasi goreng dong, Tan? Anak OB atau..."
"Entahlah. Nanti kamu cari tahu deh, sambil nyari alamatnya."
Arya mengangguk paham, ia pun jadi teringat kejadian yang dialaminya kemarin.
"Kemarin juga Arya dipusingkan dengan anak yang hilang di mall, Tan. Kalau bukan anak teman Arya, sudah kuabaikan tuh bocah."
"Terus sudah ketemu?"
"Belum. Entah pergi ke mana anak itu. Arya sih berharap dia baik- baik saja."
"Ya Allah kok jadi banyak kasus anak hilang ya? Untung saja anak tukang nasi goreng itu nyangkutnya ke rumah ini."
Arya tanpa dititah langsung ke dapur, ia terhenyak melihat seorang anak kecil yang sedang memasak di dapur. Arya hanya melihat punggung anak tersebut tanpa melihat wajahnya.
"Tante engga salah memperkerjakan anak kecil untuk memasak?"
"Anaknya yang mau lho Ar. Jangan salah, tante pernah lihat di televisi ada tayangan koki cilik. Pesertanya anak kecil semua. Itu tadi nemenin tante masak. Katanya sudah biasa masak sama ayahnya. Ya wajar aja sih, kan anak tukang nasi goreng," ujar bu Maryam beralasan.
Selang beberapa menit kemudian Elana dan Amara menghampiri keduanya di meja makan.
"Wiiiih ada kakak sepupu. Pasti mau minta jatah sarapan," tebak Amara yang membuat kepalanya ditoyor Arya.
"Enak aja. Kakak ke sini di suruh mamamu tuh,"
"Iya mama meminta Arya buat anterin Shaka pulang ke rumah ayahnya,"
Uhuk
Uhuk
Uhuk
"Pelan-pelan dong kak, baru minum air galon sudah kesedak apalagi minum wine," ujar Amara ngasal.
"Hust...amit-amit. Di keluarga kita jangan sampe minum kayak gituan," ujar bu Maryam tidak terima.
"Tante bilang siapa tadi?" tanya Arya setelah merasa lebih baik.
"Bilang siapa apanya?" tanya bu Maryam tidak mengerti.
"Itu nama anak yang mau dianterin?"
"Oooh Shaka,"
Deg!
Arya tidak mau mendengar penjelasan tantenya lagi. Ia langsung ke dapur untuk melihatnya secara langsung memastikan kalau yang dimaksud adalah anak yang sama dengan anak yang ia cari sejak kemarin.
Dan ternyata...
eh tpi sy jga jualan mie ayam grobakan dahh/Grin//Facepalm//Joyful//Curse//Curse//Curse/