*
"Tidak ada asap jika tidak ada api."
Elena Putri Angelica, gadis biasa yang ingin sekali memberi keadilan bagi Bundanya. Cacian, hinaan, makian dari semua orang terhadap Sang Bunda akan ia lemparkan pada orang yang pantas mendapatkannya.
"Aku tidak seperti Bunda yang bermurah hati memaafkan dia. Aku bukan orang baik." Tegas Elena.
"Katakan, aku Villain!"
=-=-=-=-=
Jangan lupa LIKE, COMMENT, dan VOTE yaaa Gengss...
Love You~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amha Amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Villain Chapter 25
*
"Bun, aku berangkat sekarang ya." Pamit Elena setelah sarapan seraya menyalami Bundanya.
"Berangkat sekarang? Ini masih setengah delapan. Apa tidak kecepetan?" Heran Nayla.
Pasalnya, semalam Elena mengatakan akan berangkat ke kampus sendiri yang di jadwal tertera jam sepuluh. Namun pagi ini jam masih menunjuk pukul setengah delapan, putrinya itu sudah mau pamit pergi.
"El sekalian mau cari kerja, soalnya di tempat yang lama sudah ada karyawan pengganti El." Tutur Elena jujur meski tidak sepenuhnya, karena ia harus melakukan sesuatu.
Nayla menghela nafasnya panjang "Kaki kamu baru sembuh, itu juga pasti masih agak sakit kan? Tidak usah buru-buru cari kerja." Ia khawatir kondisi Putrinya parah lagi, mengingat baru dua hari ini putrinya mencoba jalan tidak memakai tongkat. Meski agak sedikit pincang, namun sepertinya Elena bisa menahan itu.
"El sudah membaik Bun." Kekeh Elena, melihat Bundanya akan bicara lagi, ia langsung memotongnya lebih dulu "Yasudah Bun, El mau berangkat sekarang. Bang ojolnya sepertinya sudah sampai di depan." Ia kembali menyalami Bundanya.
"Tadi sudah salim kan?" Nayla terheran.
Elena menyengir memperlihatkan deretan giginya yang putih "Dua kali tidak masalah. El berangkat, Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Setelah mendengar jawaban salamnya, El segera melangkah keluar rumah yang memang sudah ada tukang ojol di depan karena tadi saat sarapan, ia sudah memesannya lebih dulu.
Ojol yang di tumpangi Elena membelah jalanan pagi hari yang begitu cerah. Suara dari mesin motor juga mobil mengiringi paginya. Tak lama kemudian, Tukang Ojol itu menghentikan motornya di depan sebuah cafe yang tidak terlalu besar. Elena turun lalu melepas helmnya dan memberikan kepada tukang ojolnya.
"Sudah saya bayar lewat aplikasi ya pak." Ujar Elena memperlihatkan layar ponselnya sebagai bukti transaksi.
"Iya mba, terimakasih." Tukang ojol itu mengangguk lalu kembali menjalankan mesin motornya menjauh dari sana.
Elena menatap cafe di depannya, terngiang ucapan dirinya saat di tanya sang Bunda "Tidak ada salahnya sambil menyelam minum air." Gumamnya tersenyum lalu mulai melangkahkan kakinya memasuki Cafe.
Di tatapnya sekitar dengan intens mencari sesuatu yang hanya ia tahu. Di lihatnya seorang lelaki dengan postur tinggi semapai, sedikit berkumis, badan yang sedikit berisi namun tidak gemuk, saat ini sedang memainkan laptopnya sambil menikmati hidangan di atas meja. Elena menyunggingkan senyuman tipis lalu menghampirinya.
"Maaf, apakah anda Reporter Galuh Aditya?" Sapa Elena dengan bertanya identitas untuk memastikannya, takut jika salah orang.
Lelaki yang di tanya Elena menoleh padanya "Iya, anda--..." Ucapnya sedikit bingung karena tidak mengenalnya.
"Perkenalkan, saya Elena. Saya yang menghubungi anda semalam dan mengajak bertemu disini." Ujar Elena sambil mengulurkan tangannya ramah.
Reporter bernama Galuh itu langsung paham, ia berdiri untuk membalas jabatan tangan Elena "Saya Galuh. Ah yaa... Silahkan duduk." Ucapnya lalu mempersilahkan Elena dengan sopan.
"Terimakasih." Elena duduk di depan Reporter Galuh "Apakah sudah lama?"
"Tidak." Jawab Reporter Galuh "Maaf saya sudah pesan minuman dulu, anda mau pesan juga? Biar saya pesan kan."
"Terimakasih, saya bisa pesan sendiri." Tolak Elena sopan "Mba." Panggilnya pada pelayan disana
Saat pelayan itu datang, Elena segera memesan minuman. Ia sudah kenyang, tapi jika tidak pesan maka tidak sopan karena mereka akan mengobrol disana.
Reporter Galuh memandangi Elena intens, gadis yang sepertinya lebih muda darinya, rambut panjang sedikit bergelombang yang di gerai, menenteng tas, wajah yang putih mulus tanpa make up.
"Maaf saya mendadak mengajak anda bertemu, apakah anda sibuk?" Ucap Elena membuyarkan pandangan Reporter Galuh.
"Jika saya sibuk, saya tidak mungkin di depan anda saat ini." Balas Reporter Galuh apa adanya "Jadi, ada urusan apa anda mengajak saya bertemu?"
Elena terdiam sejenak sebelum memulai bicara "Sebenarnya ini agak sensitif, namun saya merasa anda bisa diandalkan." Ucap Elena menatap serta menilai karakter orang di depannya. Sebelum mengajaknya bertemu, Elena sudah sedikit tahu mengenai Reporter Galuh yang kerap menuliskan artikel tentang kebenaran. Kenapa ia bisa yakin itu artikel benar? Karena setiap rumor yang di tulisnya selalu terbukti dalam jangka waktu yang tak lama.
Reporter Galuh menatapnya, ia merasa gadis di depannya itu akan membicarakan hal yang sangat serius. Ia juga penasaran "Terimakasih pujiannya." Tuturnya tersenyum.
Di saat Elena hendak berkata lagi, seorang pelayan datang menyajikan minuman pesanannya. "Terimakasih." Elena tersenyum pada pelayannya.
"Sama-sama, saya permisi." Pelayan itu pergi dengan sopan.
Kembali di tatapnya Reporter Galuh, Elena berkata "Saya melihat artikel yang anda terbitkan beberapa bulan lalu." Ujarnya kini dengan wajah sangat serius.
Reporter Galuh sedikit mengernyit bingung, ia tidak tahu artikel apa yang di maksud. Ia sudah banyak menerbitkan artikel di berbagai media, jadi wajar jika dia tidak mengerti apa yang di maksud gadis di depannya.
"Model ternama, Shella Zhamora." Ucap Elena pelan namun penuh penekanan.
Sepersekian detik kemudian, Reporter Galuh mengingatnya "Tentang perselingkuhannya?" Tebaknya mendapat anggukan dari Elena.
"Itu artikel sudah sekitar enam bulan lalu, tapi dia sudah membantahnya dan yeahh... Sekarang tenggelam bagai di telan bumi." Lanjutnya sedikit berdecak kesal.
"Anda yakin dengan artikel anda sendiri?" Tanya Elena ingin memastikan.
"Tentu saja. Pantang bagiku menulis berita hoaks." Seru Reporter Galuh penuh keyakinan, jari jemarinya dengan lihai mengotak atik laptop miliknya di atas meja lalu beberapa saat menghadapkan laptop itu pada Elena "Lihat. Ini ku dapatkan saat dia bersama produsernya memasuki hotel."
Elena menajamkan penglihatan, foto itu di ambil malam hari jadi cukup gelap, di tambah lagi dua foto orang itu memakai pakaian yang rapat, jika satunya terlihat jelas wajah lelakinya, sedangkan salah satunya memakai masker juga topi, dan foto mereka di ambil dari samping dengan jarak sedikit jauh.
"Anda yakin itu dia?" Tanya Elena lagi menatap Reporter Galuh.
"Sangat yakin. Kalau dari foto memang tidak jelas, tapi saya melihatnya langsung. Dan lagi, wajah pria ini sangat jelas Produser Rendra, saya tahu beberapa skandal dia yang sering menggoda artis di bawah naungannya." Ucap Reporter Galuh penuh percaya diri.
"Lupakan dia. Saya hanya ingin tahu apakah wanita ini memang Shella Zhamora?" Tukas Elena, Reporter Galuh pun menganggukkan kepalanya.
"Percaya atau tidak, wanita ini memang dia. Anda bisa lihat sepatu hells yang dia kenakan, sama seperti sepatu yang ia pakai saat menjalani pemotretan sore hari itu." Ujar Reporter Galuh menunjuk sepatu dalam foto itu juga foto Shella yang lain.
Elena menghela nafas panjang, jika hanya itu jelas sangat mudah di bantah. Bukti itu belum cukup kuat untuk menghancurkannya.
"Kalau boleh saya tahu, bagaimana biasanya anda menulis artikel?" Tanya Elena, ia ingin tahu cara kerja Reporter itu. Apakah hampir sama dengan detektif, karena mencari kebenaran.
"Tergantung. Biasanya ada yang melapor lebih dulu, lalu kita para Reporter akan datang ke tempat untuk menjadikan seseorang narasumber. Terkadang kita juga mencari tahu kebenaran dari sekitarnya secara diam-diam tanpa sepengetahuan yang bersangkutan. Itu akan lebih akurat." Tutur Reporter Galuh apa adanya "Kurang lebih seperti itu cara kerja Reporter. Kenapa bertanya? Anda ingin jadi Reporter?"
Elena terkekeh kecil "Tidak. Hanya penasaran saja." Ia meminum minumannya sedikit lalu kembali menatapnya "Apakah anda berminat melepas topeng seseorang?" Lanjut Elena menampilkan senyuman khasnya.
Reporter Galuh terdiam sejenak, ia tidak salah jika gadis di depannya bukan sekedar mengajaknya bertemu karena pasti ada hal penting yang mungkin akan jadi cuan besar baginya. Ia menggerakkan kursinya lebih dekat ke meja, kedua tangan terlipat di atas meja dengan tatapan intens pada Elena.
"Biar saya tebak." Ucapnya berhenti sejenak dengan tatapan yang tak lepas dari Elena "Anda sangat tertarik dengan Shella Zhamora?"
"Mungkin." Elena terus tersenyum penuh arti.
"Apakah anda sejenis Hatters?" Tanya Reporter Galuh lagi.
"Tidak." Jawabnya singkat.
"Lalu, Apakah anda ingin kehancurannya?"
Elena diam, pandangannya tidak lepas dari seseorang di depannya "Apa saya sekarang menjadi narasumber anda, Reporter Galuh?"
Pertanyaan Elena sontak sedikit mengundang gelak tawanya, ia di buat penasaran namun ia tak mendapat jawabannya.
"Apapun tujuan saya itu tidak penting." Tukas Elena tak mau berterus terang "Bayangkan saja jika artikel anda booming nantinya, berapa banyak bonus yang akan anda dapatkan dari perusahaan anda."
"Saya pikir anda akan membayar saya." Ucap Reporter Galuh tersenyum.
"Saya bisa mencari Reporter lain jika anda tidak berminat." Seru Elena membuat Reporter Galuh sedikit kelabakan. Jika ada berita besar, tidak mungkin ia sia-siakan.
"Saya hanya bercanda. Anda terlalu serius." Balasnya di sertai kekehan kecil "Sejujurnya bagi saya bonus itu tidak terlalu penting, saya hanya ingin membersihkan orang bermuka dua dari dunia entertainment." Lanjutnya sangat berprinsip.
Elena mengulum tersenyum, ia tidak salah memanfaatkan reporter ini untuk mengungkap kebenarannya.
"Jadi, apa ada fakta menarik tentangnya?"
"Tentu." Elena menarik satu sudut bibirnya ke atas, ia akan melakukan apapun untuk mencapai tujuannya.
.
~Bersambung~
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
Jangan lupa LIKE, COMMENT, dan VOTE Yaaa Gengss...
Love You~