NovelToon NovelToon
Time Travel: Kali Ini Aku Akan Mengalah

Time Travel: Kali Ini Aku Akan Mengalah

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengganti / Keluarga / Time Travel / Reinkarnasi / Fantasi Wanita / Mengubah Takdir
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: Aplolyn

Di kehidupan sebelumnya, Emily begitu membenci Emy yang di adopsi untuk menggantikan dirinya yang hilang di usia 7 tahun, dia melakukan segala hal agar keluarganya kembali menyayanginya dan mengusir Emy.
Namun sayang sekali, tindakan jahatnya justru membuatnya makin di benci oleh keluarganya sampai akhirnya dia meninggal dalam kesakitan dan kesendiriannya..
"Jika saja aku di beri kesempatan untuk mengulang semuanya.. aku pasti akan mengalah.. aku janji.."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aplolyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 25

Balkon rumah besar keluarga Hambert dipenuhi keheningan, angin malam berembus lembut, membawa aroma bunga melati yang tumbuh di taman.

Emily masih berdiri di sana, menatap jauh ke langit yang bertabur bintang, keputusan yang baru saja diucapkannya masih bergema di telinga.

"Aku setuju.."

Kata-kata sederhana itu terasa begitu berat, apakah masa depan yang baru akan mengiringi langkahnya?.

Albert berdiri di sampingnya, tenang, dengan postur tubuh tegap, dia tidak berbicara banyak, hanya menatap malam bersama Emily, membiarkan hening berbicara lebih dulu.

“Setuju atau tidak, aku tidak pernah benar-benar bisa bebas dari mereka,” gumam Emily, lebih kepada dirinya sendiri.

Albert menoleh pelan. “Maksudmu?”

Emily mengangkat bahu. “Ayahku, Ethan, bahkan Emy. Mereka semua memandangku sebagai bagian dari permainan besar mereka. Bahkan keputusan yang seharusnya milikku saja, terasa seperti beban keluarga. Jadi, ya.. aku setuju. Tapi jangan salah paham, bukan berarti aku benar-benar menginginkannya.”

Albert menatapnya tajam, namun suaranya tetap tenang. "Aku tidak salah paham. Justru karena itu aku bertanya langsung padamu tadi, bukan pada ayahmu."

Emily tersenyum tipis, lalu mendongak menatap pria itu. “Kenapa? Kau bisa saja menerima tawaran mereka, lalu mengabaikanku. Semua akan berjalan sesuai rencana tanpa harus menanyakan pendapatku.”

Albert terdiam sejenak, lalu menjawab, “Karena aku bukan mereka.”

Jawaban itu sederhana, tapi cukup membuat Emily terdiam, ada sesuatu di balik suara Albert yang membuatnya sulit membantah. Bukan sekadar formalitas, tapi seolah benar-benar datang dari hati.

Di ruang keluarga, suasana berbeda, Tuan Gerson tampak puas, wajahnya berseri-seri seolah sudah memenangkan perang besar, dia duduk santai di kursi utama, sementara para eksekutif Hilton sibuk mendiskusikan detail kerja sama.

“Emily sudah setuju. Itu berarti jalan kita jauh lebih mudah ke depannya,” ujar Tuan Gerson sambil menuang minuman ke gelas kristalnya.

Emy, yang duduk tak jauh darinya, tersenyum kecil. “Aku sempat ragu dia akan melawan. Tapi ternyata dia lebih patuh daripada yang ku kira.”

Ethan tidak ikut tersenyum, dia hanya memandang kosong ke arah balkon, tempat adiknya berdiri bersama Albert, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, meski dia sendiri tak tahu apa.

“Dia tidak patuh,” gumam Ethan akhirnya.

"Emily… bukan tipe yang bisa tunduk begitu saja. Jika dia berkata setuju, pasti ada alasannya. Dan aku tidak yakin alasannya hanya demi keluarga."

Tuan Gerson mengibaskan tangan, seakan tak peduli. “Apa pun alasannya, yang penting dia tidak mempermalukan kita di depan Hilton Grup. Itu saja sudah cukup.”

Di balkon, percakapan kembali berlanjut.

Emily melipat tangannya di dada, menatap Albert dengan sorot mata penuh rasa ingin tahu.

“Kau benar-benar berbeda dari dulu. Waktu di kampus, kau selalu tersenyum, selalu tampak hangat. Sekarang… kau dingin, penuh perhitungan. Seperti orang lain.”

Albert menghela napas, lalu menyandarkan tangannya di pagar balkon. “Dulu aku hanya mahasiswa biasa. Tapi sekarang aku pewaris Hilton Grup. Dunia tidak memberiku pilihan untuk tetap hangat dan naif.”

Emily terdiam, merasakan berat di balik kata-kata itu, dia tahu apa artinya hidup di bawah bayang-bayang keluarga besar dan kekuasaan.

Mereka berdua sama-sama terjebak dalam permainan yang lebih besar dari diri mereka sendiri.

“Jadi, semua ini… hanya kewajibanmu?” tanya Emily lirih.

Albert menoleh padanya, sorot matanya menajam. “Tidak. Jika hanya kewajiban, aku tidak akan berdiri di sini bersamamu, aku akan membiarkan ayahmu mengatur segalanya, dan kita sudah resmi bertunangan tanpa perlu bicara sepatah kata pun.”

Emily memalingkan wajah, berusaha menyembunyikan debaran di dadanya. “Kau terlalu pintar memilih kata, Albert.”

Albert tersenyum samar. “Atau mungkin.. aku hanya jujur.”

Beberapa jam kemudian, tamu-tamu Hilton Grup pamit meninggalkan kediaman keluarga Hambert.

Tuan Gerson mengantar mereka sampai ke depan, senyumnya tak pernah hilang sepanjang perjalanan.

Ethan dan Emy sibuk membicarakan rencana pesta pertunangan yang kemungkinan besar akan segera diumumkan.

Emily memilih naik ke kamarnya. Ia butuh waktu sendirian, jauh dari tatapan dan komentar keluarganya.

Oh ya, dia tidak akan tinggal di rumah ini, hari ini pun hanya datang untuk mengikuti rencana sang ayah, mana sudi dia kembali ke sana.

Namun, langkah kaki terdengar mengikuti. Albert.

“Boleh aku bicara sebentar?” tanyanya begitu mereka tiba di depan pintu kamar Emily.

Emily menatapnya sejenak, lalu membuka pintu dan masuk. “Silakan. Tapi jangan harap aku akan menyuguhi teh atau semacamnya.”

Albert masuk, berdiri di tengah kamar yang luas itu, pandangannya berkeliling sebentar, sebelum akhirnya jatuh lagi pada Emily.

“Aku tahu ini berat untukmu. Tapi aku ingin kau tahu satu hal,” ucapnya serius.

Emily mengangkat alis. “Apa?”

“Aku tidak berniat memenjarakanmu dalam pernikahan ini. Jika kita jadi menikah, aku ingin kau tetap punya pilihan. Kehidupanmu, mimpimu, semuanya. Aku tidak akan mengambilnya darimu.”

Emily menatapnya lama, dia ingin percaya, tapi sulit. Kata-kata indah sering kali berlawanan dengan kenyataan.

“Kau yakin bisa menepati itu? Karena aku tahu… dunia bisnis tidak sesederhana janji pribadi,” ujar Emily tajam.

Albert tersenyum samar, tapi tatapannya tak goyah. “Justru karena aku tahu kerasnya dunia bisnis, aku ingin hubungan kita berbeda. Aku tidak ingin kau merasa seperti bagian dari kontrak. Aku ingin kita setidaknya.. saling mengenal kembali. Seperti dulu, waktu di kampus.”

Emily menutup mata sebentar, lalu menghela napas. “Kau bicara seolah semuanya mudah.”

Albert mendekat satu langkah, jarak mereka kini hanya beberapa meter. “Aku tidak bilang mudah. Tapi bukan berarti mustahil.”

Hening kembali menyelimuti. Emily menatap pria itu, dan untuk pertama kalinya sejak pertemuan tadi sore, dia merasa ada celah kecil di hatinya yang terbuka.

Celah yang mungkin bisa menjadi awal dari sesuatu yang nyata.

Di lantai bawah, Tuan Gerson berbicara dengan Ethan.

“Besok kita umumkan kabar pertunangan ini ke media. Aku ingin semua orang tahu bahwa keluarga Hilton dan Hambert akan bersatu.”

Ethan menatap ayahnya, ragu. “Apa tidak terlalu cepat? Emily baru saja setuju. Apa kau yakin dia tidak akan berubah pikiran?”

Tuan Gerson menyipitkan mata. “Justru karna ayah takut dia berubah pikiran, maka lebih baik semuanya di percepat agar jika dia menyesal sekalipun, semuanya akan terlambat.”

Ethan mengangguk pelan, meski hatinya tidak sepenuhnya setuju.

Di kamarnya, Emily duduk di tepi ranjang setelah Albert pamit, tangannya memegang dadanya sendiri, merasakan debaran yang tak bisa dia kendalikan.

Emily tahu keputusan tadi adalah awal dari sesuatu yang besar, entah itu kebahagiaan, atau justru kehancuran.

Namun apapun itu, dia sudah memutuskan, lagi pula tindakan Albert seolah memberi secercah cahaya bagi Emily untuk percaya akan masa depan.

Albert mungkin pewaris dingin Hilton Grup. Tapi di balik itu, ada pria yang dulu pernah dia kenal.

Dan sekarang, jalan mereka kembali bertemu.

Pertanyaannya hanya satu, apakah mereka akan berjalan bersama, atau justru saling menjatuhkan di tengah jalan?

1
Cty Badria
tinggal keluarga y hanya ngangap alat, tidak suka jalan y bertele, pu nya lemah banget
Lynn_: Terimakasih sudah mampir ya kak😇
total 1 replies
Fransiska Husun
masih nyimak thor
Fransiska Husun: /Determined//Determined/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!