Mempertahankan kebahagiaan pernikahan nyatanya tidak semudah yang dibayangkan. Terkadang apa yang telah diusahakan tidak dinikmati sepenuhnya.
“Tetaplah bersama denganku, jauh darimu rasanya setiap napas berhenti perlahan. Aku mampu kehilangan segalanya asal bukan kamu, Sonia.”
_Selamanya Kamu Milikku 2_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 : Ketahuan Akan Sabotase Itu
Dia keluar dari kamar untuk memberitahu Nila dan Fian mengenai Sonia.
"Mungkin kau sedang mabuk, Bang." Fian dan Nila tampak tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Sean, mereka menganggap kalau Sean hanya mabuk dan terlalu merindukan Sonia.
"Sumpah demi Tuhan, Fian, memang Sonia yang menghubungiku."
"Nak, lebih baik kamu istirahat ya."
"Terserah kalau kalian tidak percaya, aku akan tetap pergi ke Italia besok untuk menjemput Sonia." Sean bukannya menuju kamar, dia malah keluar rumah.
"Mau ke mana, Bang?"
"Ke rumah Vanno."
"Sana ikuti dia," titah Nila, dia takut kalau Sean berbuat yang tidak-tidak.
Sean mendatangi rumah Vanno, yang mana saat ini Vanno dan Laura tengah menonton dengan santai bersama anak-anak mereka, sekarang baru jam 10 malam.
"Sean, ada apa?" tanya Vanno.
"Aku butuh bantuanmu, Vanno."
"Masuklah dulu."
Sean masuk, lalu tak lama Fian datang menyusul, mereka duduk di sofa ruang tamu berempat dengan Laura.
"Tolong kerahkan anak buahmu untuk mencari keberadaan Sonia di Italia, dia saat ini sedang berada di rumah Matteo." Sean menceritakan apa yang Sonia katakan padanya di telepon tadi, Vanno, Laura dan Fian saling pandang, mereka ragu dengan apa yang diucapkan oleh Sean, mereka menganggap kalau Sean masih larut dalam kesedihannya.
"Hm tapi Sean, apa kau yakin jika yang menghubungimu adalah Sonia? Kenapa juga baru sekarang dia menghubungimu?"
"Aku sangat mengenali suara istriku Van, aku mohon, bantu aku."
"Baiklah, aku akan meminta orang-orangku mencari Sonia dan menyelidiki mengenai Matteo."
Setelah semua selesai, Sean kembali ke rumahnya dengan perasaan bahagia karena Sonia masih hidup.
Fian dan Nila masih belum yakin dengan apa yang dikatakan oleh Sean barusan.
Ponsel Fian berdering, ada panggilan masuk dari Miller.
"Ada apa?" tanya Fian pada Miller.
"Tolong beritahu Sean, kalau ada yang aneh dari meninggalnya Sonia."
"Aneh bagaimana?"
"Kenzo sedang menuju rumah kalian, dia akan memberitahu semuanya, aku dari tadi mencoba untuk menghubungi Sean namun tidak ada jawaban."
"Iya aku akan memberitahunya, apa kau ingin bicara padanya?"
"Apa dia sudah bisa di ajak bicara?"
"Sudah, dia sudah lebih baik."
"Baiklah." Fian memberikan ponselnya pada Sean.
"Ada apa Miller?" tanya Sean ketika menerima panggilan Miller.
"Sean, aku pikir, Sonia masih hidup dan ada yang aneh dengan kematian Sonia waktu itu."
"Sonia barusan menghubungiku, dia seperti orang ketakutan dan bilang kalau saat ini dia berada di rumah Matteo, aku meminta bantuan Vanno agar menyelidiki Matteo dan besok pagi aku akan ke Italia."
"Kau lihat file yang aku kirimkan ke emailmu, semua data mengenai Matteo lengkap di sana dan kau pasti tidak akan menyangka kalau istri Matteo begitu mirip dengan Sonia, Kenzo akan datang ke rumahmu, dia sedang diperjalanan saat ini."
"Baiklah, aku akan melihatnya."
Setelah panggilan berakhir, Kenzo datang bersama dengan Angel dan anak mereka.
Mereka duduk bersama, Kenzo memberitahu maksud kedatangannya malam ini ke rumah Sean.
"Aku dan Miller sudah menyelidiki semuanya Sean, pemeriksaan jenazah Sonia itu sudah direkayasa, mereka dibayar oleh Jason agar mengatakan kalau jenazah itu adalah Sonia. Jason adalah orang kepercayaannya Matteo, istri Matteo juga sangat mirip dengan Sonia, namanya Gina Valencia dan sudah meninggal tiga minggu sebelum Sonia dinyatakan meninggal juga, aku yakin kalau mayat yang waktu itu bukan Sonia, melainkan Gina." Sean mengepalkan tangannya mendengar penjelasan dari Kenzo.
"Jadi dia melakukan sabotase kematian istriku lalu menjadikan istriku sebagai pengganti istrinya, begitu?"
"Bisa jadi begitu."
"Sialan, aku pasti akan membunuh bajingan itu." Kini Fian dan Nila percaya kalau Sonia benar-benar menghubungi Sean tadi, Sean juga menceritakan semuanya pada Kenzo.
"Aku akan ikut denganmu ke Italia besok."
"Bagaimana dengan Angel?"
"Biarkan Angel di sini sama mama, kan ada Fian juga."
"Aku ikut bang."
"Kau jaga mama dan anak-anak Fian, biar aku dan Kenzo yang ke sana."
"Baiklah."
...***...
Sonia menatap takut ke arah Matteo, dia ketahuan oleh Matteo sedang menghubungi Sean tadi menggunakan ponsel yang diberikan oleh Roy.
Matteo menghabisi Roy di depan mata Sonia yang membuat Sonia semakin takut.
"Jadi kau dan dokter bajingan ini mencoba untuk mengelabuhi aku hm?" Matteo berjalan pelan mendekati Sonia, dia merampas ponsel di tangan Sonia lalu melemparnya ke dinding hingga ponsel itu pecah.
"Matteo, aku ini bukan istrimu, aku merindukan anak dan suamiku, tolong jangan seperti ini."
"Kamu tau Sonia, dari dulu, aku selalu mendapatkan apa yang aku mau dan aku inginkan, jika sesuatu itu tidak bisa aku miliki, maka aku tidak akan membiarkan orang lain memilikinya." Mata Sonia kini sudah merah, air matanya tak henti mengalir, dia sangat ketakutan saat ini.
"Apa yang ingin kamu lakukan?"
"Karena Sean sudah mengetahui keberadaanmu di sini, maka aku akan membiarkan dia untuk menemuimu, aku akan menunggunya di sini."
"Tolong jangan sakiti suamiku Matteo."
"Aku tidak akan menyakitinya, kamu tenang saja sayang, dia datang ke sini untuk menjemput kamu bukan? Kan kamu yang minta dia untuk menjemputmu." Matteo mendekatkan wajahnya ke telinga Sonia.
"Dia akan menjemput jenazahmu di sini." Sonia membulatkan matanya, dia tahu kalau Matteo tidak main-main.
"Kau mau membunuhku?"
"Iyalah apa lagi?" Matteo melayangkan tamparan kuat di kedua pipi Sonia berkali-kali hingga bibir dan hidung Sonia berdarah.
"Sebelum kau mati, aku akan merusak wajah cantikmu ini, agar Sean merasakan sakit ketika istrinya dihancurkan sedemikian rupa. Wajahmu ini yang membuat aku tersiksa Sonia, aku ingin memilikimu." Matteo mencekik leher Sonia hingga wajah Sonia membiru.
"Ucapkan selamat tinggal pada suamimu dan aku akan menaruh mayatmu di dalam peti yang indah ketika Sean datang menjemput kau nanti Sonia, aku tidak ingin ada orang lain yang memilikimu karena kau itu milikku, kau dan Gina itu ditakdirkan menjadi milikku," tekan Matteo dengan tangan yang masih mencekik Sonia.
Matteo melepaskan cekikannya di leher Sonia, Sonia terbatuk. Matteo memegang tengkuk wanita itu dan membenturkan kepalanya ke sudut meja hingga kening Sonia berdarah. Berbeda ketika Sean yang menyiksa dirinya, Sonia sama sekali tidak bersuara, tapi kali ini, Sonia memang mengerang dan berteriak kesakitan.
Dia mencoba untuk bangkit dan menjauh dari Matteo, pria itu malah kembali menarik Sonia ke kamar mandi dan membenamkan kepala Sonia ke dalam bathub yang penuh dengan air. Matteo juga memukuli Sonia dengan ikat pinggangnya hingga luka semakin banyak di tubuh Sonia saat ini.
"Aku memberikan cinta padamu tapi kau malah mencoba untuk mengkhianati aku, Sonia. Kau salah berurusan denganku, jika kau patuh dan menurut, aku akan menjadikanmu ratu dalam rumah ini," bisik Matteo pada Sonia ketika mengangkat kepala Sonia dari bathub.