NovelToon NovelToon
Rise Of The Rejected

Rise Of The Rejected

Status: sedang berlangsung
Genre:Akademi Sihir / Epik Petualangan / Fantasi / Balas Dendam
Popularitas:866
Nilai: 5
Nama Author: Siti Nuraida

Ardan Kael tumbuh di Akademi Aetherion — sekolah elit bagi para pengguna kekuatan elemental.
Tapi di usia 16 tahun, hasil ujiannya menunjukkan “nol energi.” Ia dicap Reject, dibuang dari akademi, dan diusir dari keluarganya sendiri.

Namun, pada malam ia hendak bunuh diri di tebing Aetherion, ia mendengar suara aneh dari bayangannya sendiri:

“Kau gagal bukan karena lemah... tapi karena kekuatanmu terlalu kuat untuk dunia ini.”

Suara itu membangkitkan sesuatu yang telah lama tersegel dalam dirinya — Void Energy, kekuatan kegelapan yang bisa menelan seluruh elemen.

Dari situ, Ardan bersumpah untuk kembali ke akademi, bukan sebagai murid...
Tapi sebagai mimpi buruk bagi semua orang yang pernah merendahkannya.

“Kalian menyebutku gagal? Baiklah. Aku akan menunjukkan arti kegagalan yang sebenarnya.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nuraida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 – Murid Baru yang Aneh

Penerimaan murid baru di Akademi Aetherion adalah proses yang suram. Kursi-kursi di aula besar tampak lebih kosong dari biasanya, pengingat akan murid-murid yang hilang atau terluka selama penyelidikan Void.

Ardan, sebagai Kael Umbren, memasuki aula dengan jubah abu-abu polos. Ia berjalan dengan postur yang sengaja sedikit membungkuk dan tatapan yang menghindari kontak mata. Ia menyalurkan Void Energy ke liontin di lehernya, memastikan aura di sekelilingnya terasa netral—tidak kuat, tidak lemah, hanya ada.

Ia berhasil. Tidak ada rune alarm yang berbunyi. Dokumen yang dipalsukan Elandra sempurna.

Saat Ardan duduk di bangku belakang, ia melihat ke depan. Lyra Edevane duduk di barisan depan, jubahnya tampak kusam, matanya terus-menerus melihat ke sekeliling, mencari bayangan yang ia kenal. Di sebelahnya, Rion Valcrest, meskipun pulih secara fisik, memiliki tatapan yang kosong. Pedang Hellflame-nya yang baru terasa berat di sisinya, pengingat akan kekalahan telaknya dari Umbra.

Rion adalah orang pertama yang merasakan sesuatu. Saat Ardan melewati kursinya, Rion menoleh tiba-tiba, alisnya berkerut.

"Siapa dia?" bisik Rion kepada Lyra.

"Murid baru Klan Angin, Kael Umbren. Dari pinggiran," jawab Lyra, merujuk pada catatan di tangannya.

"Ada yang aneh," Rion berbisik. "Auranya... terlalu sunyi. Seperti jeda antara dua badai."

Lyra melirik ke arah Ardan. Ia merasakan sedikit deja vu. Postur tubuh itu, cara ia memegang gulungan perkamennya—ada sesuatu yang familiar. Tetapi ia menolaknya. Ia telah melihat Ardan, sang Umbra, berwujud entitas kegelapan yang mengerikan. Murid ini hanyalah pemuda pemalu yang tampak bingung.

Di kelas duel dasar, Ardan dengan sengaja menahan kekuatannya. Saat murid-murid lain mengeluarkan api, air, dan angin dengan liar, Ardan hanya mengeluarkan hembusan angin lemah, membuat Rion yang menjadi pengawas kelas mendengus.

"Kau terlalu menahan diri, Umbren," cibir Rion, matanya penuh kritik. "Jika kau tidak serius, kau akan menjadi Reject berikutnya. Tunjukkan pada kami Anginmu!"

Ardan mengambil napas dalam-dalam. Ia tahu Rion sedang memprovokasi. Ia hanya perlu memberikan sedikit ilusi kekuatan. Ia mengalirkan seperseribu Void Energy ke udara di sekelilingnya, membiarkannya bereaksi dengan sisa-sisa elemen Angin aslinya.

Udara bergetar. Bukannya Angin yang berhembus, tercipta tekanan yang sangat padat, hampir seperti vakum kecil, yang membuat Rion terhuyung sesaat.

"Cukup," kata Rion, matanya menyipit. "Itu... tidak terarah. Latih lagi teknik kontrolmu."

Rion berjalan pergi, tetapi kecurigaannya semakin kuat.

Sementara itu, Lyra terus mengawasinya dari jauh. Ia merasakan gelombang dingin di dekat Kael Umbren, yang seharusnya tidak ada pada pengguna Angin. Ia teringat kata-kata Elandra: Lightbound Magic adalah satu-satunya yang bisa mendeteksi Void dengan aman.

Lyra bertekad. Ia harus berbicara dengan Kael Umbren. Jika ia adalah Ardan, Lyra harus memohon padanya untuk tidak menghancurkan Akademi.

Ardan, di sisi lain aula, menyunggingkan senyum tipis di balik jubahnya.

“Lucu,” pikir Ardan, senyumnya tidak mencapai matanya. “Dulu aku yang berdiri di ujung aula ini sebagai pecundang. Sekarang, semua tunduk tanpa sadar siapa aku sebenarnya.”

Ia adalah Kael Umbren, Reject yang menyamar. Ia adalah Void, yang kini bernapas di jantung Cahaya. Ia adalah bom waktu yang hanya menunggu hitungan mundur Solan Caelum.

Ardan telah lulus ujian terberatnya, tetapi Solan kini mencurigainya.

1
azizan zizan
nah ini Nih sering kali kebanyakkan para pemula ingin membuat novel melakukan kesalahan yang boleh mencacatkan sesebuah karya perkataan2 di bab yang lepas di ulang kembali di bab baru.. jika para pemerhati yang menyinak tahu apa yang mereka cakap... novel sampah.. maaf Thor komentar aku ini kasar... kau perlu perhatiin yang itu.. jangan terlalu abal2 membuat sesebuah novel.. jika ingin orang menghargai sebuah karya yang kita buat kita perlu menghargai para pembaca juga itu baru adil...
azizan zizan
ku mampir Thor di novel mu... semoga mc meluluhlantahkan kekaisarannya sama rata dengan tanah usah pedulikan bai atau jahat di pukul rata...🤭🤭🤭🤭
maulida
mampir bentar biar GK lupa baca
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!