NovelToon NovelToon
ANA - Terlanjur Salah Pilih

ANA - Terlanjur Salah Pilih

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Poligami / Cinta Terlarang
Popularitas:634
Nilai: 5
Nama Author: Frans Lizzie

Ana yang baru masuk ke tempat kerja baru, terpikat dengan Aris, pemuda yang tampan, baik, rajin bekerja dan sopan. Sempat pacaran selama setahun sebelum mereka menikah.
Di tahun kedua pernikahan mereka, karakter Aris berubah dan semakin lama semakin buruk dan jahat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Frans Lizzie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25 - Perbincangan di malam hari 1

Karena sudah pukul 8.00 malam, ketika tiga karyawan hotel Atlantic itu keluar hotel, mereka memutuskan untuk naik taksi menuju tempat kuliner outdoor yang berada di tebing laut.

Begitu sampai di sana, sudah sangat banyak orang berjualan. Utama yang dijual adalah hidangan laut. 

Hendra yang asli penduduk situ langsung menggiring Aris dan Ana ke tempat bakaran ikan yang menurutnya terenak. Sedangkan Ana dan Aris mempercayakan pilihan makanan kepada Hendra, ikan apa yang dibakar, sambal Melayunya dan sebagainya.

Hendra memesan ikan pari bakar, ikan kerapu bakar lengkap dengan bumbu Melayunya. Semua sangat lezat. 

Aris memakan memakai tangan langsung dengan sangat lahap, begitu juga Hendra. 

Kedua lelaki itu terlihat jelas sebagai penikmat maniak ikan.

Ana juga berselera karena memang ikan segar yang langsung dibakar rasanya jelas  beda dengan ikan yang sudah lama mati lalu baru dibakar. 

Habis itu mereka masih melanjutkan memesan ikan kakap asam pedas yang merupakan masakan andalan orang Melayu.

“Ayo, dimakan Ana,” kata Aris melihat Ana sudah terlihat kekenyangan. “Rugi sudah sampai sini, belum mencoba ikan asam pedas ini.”

“Aku sudah kekenyangan,” keluh Ana. 

Selain kekenyangan, Ana juga sudah mulai mengeluarkan keringat dingin. Ia kuatir berapa yang nanti harus dibayar nya untuk kulineran malam yang mewah seperti ini.

Ikan kakap, kerapu bukanlah ikan yang berharga murah. 

Aris menaruh sepotong besar ikan kakap asam pedas ke piring yang masih bersih. Ada beberapa potongan nanas ikut ke dalam kuah asam pedasnya.

“Ini ayo dimakan. Kalau sudah kenyang tak usah pakai nasi. Makan ikannya saja “

Terpaksa Ana menyuapkan ke mulutnya.

Ikan asam pedas memang enak. Aris dan Hendra tidak salah, pilihan makanan mereka enak-enak, sungguh cita rasa khas masakan Melayu yang luar biasa.

Yang bikin Ana cemas adalah habis berapa ini semua, makan makan bertiga dengan hidangan semewah ini. 

Mana mamanya masih terus menerus minta kiriman uang tambahan untuk menambah bangunan di depan rumah segala.

“Kamu dijemput di sini ya sama ipar, Hendra?” tanya Aris.

“Iya,” jawab Hendra. “Abang iparku udah jalan ke sini, barusan kirim wa.”

“Aku pesankan masakan buat keluargamu di rumah ya. Keluargamu suka masakan apa?”

“Ah, tidak usah Pak Bos. Sudah malam juga, tidak mungkin makan semalam ini,” jawab Hendra sopan.

“Kuminta bungkuskan udang dan sotong goreng ya. Juga kakap asam pedas lagi,” Aris berdiri menuju ke pelayan.

Sedangkan Ana merasa otak dan hatinya semakin menciut. Dia mati-matian berusaha menahan keinginannya untuk segera mengeluarkan dompetnya agar bisa menghitung berapa lembar uangnya yang tersisa.

Gila, rintih Ana dalam hati. Kapok aku, kapok aku sok-sokan bilang ingin jalan-jalan, bergaya ngajak teman segala.

Sekarang dia malah jadi ketakutan sendiri kalau duitnya tak cukup untuk membayar makan malam. Mana besok masih ada hari mereka di Tanjung Pinang lagi. 

Aduh, uangnya pasti sudah terkuras untuk malam ini. 

Besok Ana berniat akan pura-pura sakit sajalah, biar bisa di hotel terus tak usah pergi kemana-mana. Menghemat uang.

Persetan dengan panorama yang menawan bin perawan dan kuliner lezat apa lah itu, kalau tak punya duit tidak ada satu pun terasa indah dan enak.

“Wah repot-repot, Pak Bos,” cetus Hendra setelah Aris kembali ke meja. “Tapi terima kasih banyak. Kalau dibanjiri masakan lezat pasti Abah, Emak, apalagi adikku akan senang sekali.”

Bersamaan dengan datangnya tiga kantong makanan untuk keluarga Hendra, ipar Hendra pun datang menjemput.

Hendra pamit undur diri kepada mereka. “Aku balik ya. Udah dijemput.”

Hendra menjabat tangan Ana.

“Aku balik ya, Ana. Semoga berkesan selama mengunjungi Tanjung Pinang.” Masih dengan menggenggam tangan Ana, Hendra meneruskan ucapannya sambil melirik bosnya. “Ana harus bisa jaga diri. Dan hati-hati selalu.”

Ana mengangguk sambil meremas jabatan tangan Hendra. 

“Aku sangat berterima kasih kepada Hendra. Hendra baik sekali.”

Ana dan Hendra masih terus berpegangan tangan sambil saling tersenyum.

Ehmmm, dehem Aris kuat-kuat.

“Hen, iparmu udah mulai duduk dan merokok itu,” tegur Aris tiba-tiba. “Nggak kasihan kamu bikin iparmu nunggu lama.”

Hendra melihat ke belakang dan melihat kakak iparnya memang sedang duduk santai sambil merokok. Hendra tertawa.

“Aku balik dulu ya.” Hendra mengayunkan tangannya dadah-dadah sambil membalikkan badannya untuk berjalan menuju iparnya. “Besok aku wa Ana ya.”

Ana melihat kepergian Hendra. 

Dia sungguh menghargai persahabatannya dengan Hendra. Percakapan di antara mereka selalu hangat dan membawa suasana ceria.

“Ana mau jalan kaki atau naik taksi untuk balik ke hotel?” Pertanyaan Aris agak menyentak pikiran Ana yang sering melantur.

Eh? O iya, duitnya sudah mepet. 

“Ah, naik …eh maksudku jalan kaki saja,” ralat Ana cepat-cepat. 

Dalam hati Ana memaki dirinya sendiri karena sering tidak sinkron antara mulut dan pikirannya.

Aris tertawa geli melihat Ana yang sering nge blank. 

“Yuk,”Aris mengulurkan tangannya mau menggandeng Ana.

Ana berdiri sambil mengeluarkan dompetnya. Ia mengacuhkan uluran tangan Aris. 

Di dalam otaknya hanya ada satu, habis berapa duit makan malam kali ini.

“Aku mau bayar makan dulu,” kata Ana. “Bayar ke sana kan?” Ana menunjuk pada bapak-bapak pendek dan agak gendut yang duduk di belakang box berisi ikan segar.

Ana sudah mau melangkah kakinya ke arah bapak pendek gendut ketika ia mendengar perkataan Aris, “Udah beres. Aku sudah membayar semuanya. Yuk, kita mulai berjalan balik ke hotel. Kira-kira butuh waktu setengah jam dengan berjalan kaki lho untuk sampai ke sana.”

Sekarang Ana melongo.

Diam terpaku masih di depan meja dengan setumpuk piring kotor hasil makan malam mereka.

Oooo??? 

Aris yang bayar?

Udah beres, katanya?

Puji Tuhan.

Eh, nanti dulu..

Nanti dulu.

“Ehmm, habis berapa ya semuanya,” tanya Ana hati-hati. “Berapa yang harus ku ganti uang Mas Aris?”

Aris mengambil dompet Ana lalu memasukkan ke tas tangannya kembali. Menutup dan menarik resletingnya.

“Aku yang traktir.”

Aris menggenggam tangan Ana, menuntunnya berjalan balik menuju ke hotel mereka.

Hati Ana deg-degan.

Mereka berjalan menyusuri jalan pinggiran dermaga. Air laut yang terlihat hitam namun dipenuhi pantulan sinar lampu, lampu mercusuar, bintang di langit, maupun pantulan bulan yang hampir bulat penuh, terus bergerak menghempas tepi dermaga.

Malam syahdu ini begitu indah. Kedua insan tanpa status jelas, antara teman atau kekasih itu, berjalan diam sambil terus berpegangan erat satu sama lain.

Tapi lagi-lagi pikiran Ana selalu kurang tenang.

“Mas…”

“Ehmm??”

“Itu tadi makannya habis berapa. Aku yakin pasti nggak murah, ikan-ikannya  premium gitu. Aku nggak enak lah, kalau Mas Aris yang bayarin semua. Kan yang ngajak jalan-jalan aku. Harusnya aku dong yang tanggung jawab, dengan kepentingan kalian selama di perjalanan.”

Dengan wajah tetap santai dan tenang, Aris menanggapi, “Uang Ana banyak ya mau traktir kita makan-makan? Seperti kata Ana tadi, semuanya memang ikan-ikan premium yang tidak murah.”

DEG!

Hati miskin Ana menciut menjadi tinggal sepertiga saja.

“Aku mau mentraktir makanan yang pantas buat anak buahku yang rajin bekerja, si Hendra. Juga,...,” Aris menjeda untuk melepaskan genggaman tangannya pada Ana dan kini berpindah dengan merengkuh bahu Ana.

“...aku mau mentraktir orang yang aku sayang dengan hidangan premium supaya hatinya senang,” sambung Aris lagi.

DEG.

Kali ini jantungnya berdetak kencang bukan karena miris tentang pengeluaran uang, tapi soal lain.

     

1
strawberry 27
di tunggu kelanjutannya kak , bikin penasaran
strawberry 27
di tunggu keseruan selanjutnya author
strawberry 27
Klo Aris tidak ada niat buruk ke Ana, dan niat nya tulus nganterin Ana liat² Batam, tidur di rumah Hendra pasti mau, ini Aris sudah pertama ke Tanjung Pinang ,Ana yg bayar i , SPT nya gue tau niat busuk Aris apalagi KLO bukan pingin melancarkan aksi nya di hotel sama Ana
strawberry 27: salah paham sy dgn author nya, maksud sy bukan pertama x Aris ke Tanjung Pinang tapi ,dari awal yg Aris minta duit 200 ribu buat bayar PP itu lho hehehe,,,
total 2 replies
strawberry 27
Wah Aris ada mau nya sama Ana tu, sudah ke Tanjung Pinang minta di bayar i , e Hendra baik banget nawari bermalam di rumah nya di tolak, hati² Ana , si Aris ada niat busuk ke Ana, Aris pasti pingin nginep di hotel berdua an sama Ana, dah gitu x aja Ana yg di suruh bayari hotel bukan itu aja, Aris punya niat buruk ke Ana , Ana hati². sama Aris buaya darat
strawberry 27: iya bikin penasaran aja si Aris mau ngapain ke Ana 🤭🤭
total 3 replies
strawberry 27
waduh si Aris kok pelit ,nggak bayari Ana yg 200 ribu buat ke TP😠
strawberry 27: Aris ternyata cuma pingin menaklukkan Ana doank, habis itu ya sudah
total 4 replies
Frans Lizzie
Terima kasih buat dukungannya.😍😍
strawberry 27
lanjut kak,,,nunggu in nich
strawberry 27
wah ,,Tiur perlu bingit blajar basa Jawa thor biar makin seru KLO ngobrol bareng 😄
strawberry 27
di tunggu kelanjutannya kak, seru nich. bikin penasaran
strawberry 27: sama² kak 🙏
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!