NovelToon NovelToon
Cinderella N Four Knight

Cinderella N Four Knight

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Naruto / Nikahmuda / Romansa
Popularitas:348
Nilai: 5
Nama Author: Vita Anne

Hinata di titipkan pada keluarga Hashirama oleh ayahnya yang menghilang secara tiba-tiba.

Di sana, di rumah besar keluarga itu yang layaknya istana. Hadir empat orang pangeran pewaris tahta.

Uchiha Sasuke
Namikaze Naruto
Ootsutsuki Toneri
Kazekage Gaara

Akankan Hinata bisa bertahan hidup di sana?

Disclaimer : All Character belongs to Masashi Kishimoto. Namun kisah ini adalah original karya Author. Dilarang meniru, memplagiat atau mencomot sebagian atau keseluruhan isi dalam kisah ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vita Anne, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20. Marry Me X Accident From The Past

Hinata hanya bisa terdiam ketika Naruto menjelaskan segalanya saat ini. Bahkan Segala penjelasan pria itu seolah berada di luar kepala~nya. Suara pria itu terdengar begitu jauh dan dia hanya bisa memejamkan mata seraya menghembus nafas lelah.

Kepalanya masih terasa sedikit berat. Meski Naruto telah memberinya Obat. Namun, apa yang baru saja dia dengar dari pria itu semakin membuat kepala~nya terasa sakit.

"Ada apa?" Tanya Naruto setelah dia memperhatikan wajah gadis itu yang hanya terdiam pucat."Apa kepala mu masih pusing?"

Hinata membuka matanya perlahan. Gadis itu menelan ludah serat sebelum dia mulai bicara.

"Bagaimana, Aku bisa menjelaskannya pada Ayah?"

Naruto mengusap dahi Hinata dengan lembut seraya bangkit dari duduknya. Pria itu semakin mendekat pada Hinata. Dan dia ikut berbaring di sebelah gadis itu seraya memeluknya.

"Aku yang akan bicara pada ayah mu." Ucap pria itu, dia berusaha menenangkan perasaan gadis itu yang risau."... Jangan khawatirkan apapun!" sambung Naruto lagi seraya tersenyum.

"Aku,.. Sangat takut!" Lirih Hinata.

"Apa yang kau takuti?"

"Semuanya! Aku,.. Begitu takut menghadapi semua! Aku bukan gadis yang seperti ini, kau tahu?!"Ucap Hinata dengan suara bergetar."... Aku merasa seperti pecundang sekarang!" Hinata menutupi wajahnya dengan kedua tangannya dalam pelukan Naruto. Dia mulai menangis di sana. Terisak dalam diam.

Naruto segera memeluk gadis itu lebih erat lagi. Memeluk Hinata ke dalam dekapannya. Dia tahu ini tidak akan mudah bagi Hinata. Semua seolah terjadi begitu cepat di depan matanya.

"Kau, tidak menginginkan bayi ini?" Tanya Naruto dengan rasa bersalah.

Hinata mendongak menatap wajah pria itu di atasnya.

"Bukan begitu! Hanya saja. Menjadi seorang ibu itu bukan hal yang mudah. Aku begitu takut atas Segala yang akan terjadi nanti. Lalu, kita memulai semua dengan cara yang salah."

"Aku akan melindungi mu dari apapun! Kau gadis ku yang kuat. Aku akan menuntun mu melalui semua ini. Kita akan melalui semuanya bersama."Ucap Naruto seraya menghapus air mata di pipi gadis itu.

Mendengar Kata-kata Naruto seolah menenangkan jiwa~nya. Perlahan, gadis itu berhenti menangis dan dia memilih memejamkan matanya untuk tidur. Di dalam pelukan pria yang sudah berjanji akan melindunginya itu, Namikaze Naruto.

...°°°...

"Kau akan menikah? Bagaimana bisa?" Tanya sang ibu dengan suara memekik kencang dari sambungan telepon sehingga membuat Naruto harus menjauhkan ponsel dari telinga~nya sesaat.

Naruto sedang bertelepon dengan sang ibu yang berada di New York, Kushina. Dia adalah seorang dokter dari Keluarga Hashirama. Dia mengikuti jejak sang ibu, Atau nenek Pria itu.

"Aku sudah dewasa! Apa begitu aneh mendengar anak laki-laki mu berkata akan menikah? Apa ibu berharap aku melajang hingga tua?" Tanya Naruto dengan suara datar sembari pria itu membaca tumpukan Map satu persatu di depannya.

Ini adalah hari pertama baginya kembali ke kantor. Pekerjaan yang menumpuk menanti pria itu di sini.

"Siapa dia? Gadis itu? Apa dia salah satu rekan bisnis Kakek mu? Atau dia seorang artis terkenal? Atau, kau kembali pada~nya? Mantan kekasih mu itu?" Rentetan pertanyaan Ibu membuat Naruto mendecak kesal.

"Ibu akan mengenalnya saat kembali nanti! Aku sudah menyiapkan hadiah berharga di sini?"

"Apa itu? Aku tidak butuh kapal pesiar! Atau sebuah Penthouse Mewah. Aku sudah memiliki semuanya dan aku tidak akan menerima uang mu!"

"Apa ibu mendapat banyak uang di sana? pekerjaan di rumah sakit melelahkan. Bahkan saat kau muda kau akan merasa kesulitan, Umur ibu tidak lagi muda kan?"

"Yaa!!!" Pekik Ibu kesal. Dia memang perhatian. Tapi dia bicara seolah ibu adalah wanita tua renta yang sudah tidak berdaya. Putranya memang selalu bicara sesuka hati."Aku Rajin berYoga di sini. Dan aku pastikan sel-sel ku berusia 20 tahun lebih muda meski umurku jauh lebih tua dari itu." Sahut sang Ibu nyalang.

"Ibu akan menjadi Nenek!"Ucap Naruto santai.

Sang ibu tercekat, dia membulatkan mata~nya dan mulutnya terbuka membentuk huruf O.

"Setidaknya dengan itu ibu akan menjadi Nenek. Jadi jangan lagi merasa muda. Kau nenek nenek sekarang." Ucap sang anak santai.

"APAAAA??"

...°°°...

Tidak ada upacara yang mewah atau perayaan yang serba wah. Mereka hanya mendaftarkan pernikahan dan melaksanakan pemberkatan di sana.

Mereka berencana untuk menunggu sampai situasi keluarga membaik. Terlebih Ayah Hinata masih berada di luar Negri. Hinata ingin menunggu hingga sang ayah pulang untuk melaksanakan perayaan pernikahan yang sebenar~nya.

Meski tidak ada perayaan atau semacamnya. hari ini dia tetap melakukan bagian~nya. Gadis itu terduduk di depan cermin besar yang ada di sana. Mengenakan gaun putih sederhana yang terlihat indah. Riasan tipis di wajahnya menambah pesona~nya yang tidak biasa. Di atas kepalanya tersampir sebuah mahkota kecil. Hinata menatap dirinya seraya mendesah lelah.

Gadis itu mengusap perutnya yang rata. Meski dia sangat bahagia, namun semua masih terasa mengganggu hati dan pikiran~nya. Dia bahkan belum bicara apapun pada kakek. Apa yang akan kakek katakan jika dia mendengar semua ini.

Meski Naruto berkata dia telah memberi tahu kakek tentang semua~nya. Tetap saja dia merasa bersalah atas Segala kekacauan yang terjadi antara kedua saudara itu, Sasuke dan Naruto.

Sinar matahari menyelinap melalui jendela-jendela besar di sisi kanan dan kiri~nya, tidak ada suara musik yang indah atau alunan lagu yang bahagia. Apalagi sebuah perayaan yang mewah. Berjalan di altar di temani seorang ayah atau teman dan orang tercinta. Tidak ada semuanya di sini.

Naruto hanya berdiri di sana, di sisi Hinata yang masih terpaku untuk sesaat. Hingga suara itu selesai dan pemberkatan di lakukan dengan lancar.

Naruto tersenyum lebar. Dia menarik wajah gadis itu dan mencium~nya dengan lembut.

Pria itu memeluk Hinata dan mengangkat tubuh kecil gadis itu ala bridal Style.

"Kau menjadi Nyonya Namikaze mulai sekarang." bisik pria itu dengan senyum lebar yang mencapai kedua matanya.

...°°°...

Setelah melangsungkan pernikahan yang singkat keduanya segera kembali ke Apartemen.

Hinata adalah gadis yang kuat hingga di usia kehamilannya yang masih terbilang muda dia tidak merasakan kesulitan yang bisa menganggu aktifitas sehari-harinya.

Di tambah sang Suami yang kini juga menjadi Dokter pribadi. Dia hadir di sisinya terus memantau kondisinya sepanjang waktu. Meski hanya hal mendasar. Karena kandungan bukanlah spesialisasinya. Tetap saja, Hinata harus mengunjungi dokter kandungan yang sebenarnya.

Namun, Pria itu tetap mengatur segala kebutuhan sang istri dengan hati-hati. Dia mengatur asupan nutrisi dan vitamin untuk ibu dan calon bayi~nya dengan seksama. Dia adalah calon ayah siaga untuk kedua malaikat~nya di rumah ini.

Hinata sedang di dapur siang ini sementara sang suami sedang berada di kantor. Hinata menoleh ketika ponsel di atas meja berdering. Gadis itu segera beranjak meraih ponselnya dengan cepat. Sebuah nomer tidak di kenal tertera di layar ponsel~nya.

Meski Naruto sudah memperingatkan dirinya untuk berhati-hati menerima panggilan dari nomer asing. Gadis itu merasa, saat ini dia perlu mengangkat~nya.

"Nona Hinata, Apa kabar?! Bisa kita bertemu? Maaf aku menelepon mu dengan cara yang tidak sopan!"Ucap Suara Tua itu dari seberang telepon. Hinata mengenal suara ini yang terasa tidak asing di telinga~nya.

Gadis itu menggigit bibirnya dengan gugup. Naruto menyuruhnya memutus hubungan dengan semua orang di rumah keluarga Hashirama untuk sesaat. Lalu hari ini dia menerima panggilan dari nomer telepon asing yang jelas dia tahu siapa. Ini dari Kakek.

...°°°...

Hinata mengusap punggung tangannya dengan kasar. Dia begitu gugup sekarang. Di depan~nya duduk Kakek dengan menampilkan senyum tipis di wajah tua~nya yang semakin layu. Setelah beberapa minggu, ini kali pertama dia bertemu dengan Kakek lagi.

Pria tua itu berniat menjemput Hinata. Namun gadis itu menolak. Dia datang seorang diri ke tempat di mana mereka berjanji akan bertemu. Mereka bertemu di sebuah restauran dengan private room yang sudah mereka pesan sebelumnya.

Hinata sudah membangkang pada sang suami dan bersedia bertemu Kakek secara diam-diam. Itu karena Kakek memohon untuk bertemu. Dan Hinata tidak ingin menambah rasa bersalah nya kepada keduanya.

Kepada Kakek ataupun Naruto. Dia hanya mencoba berada di antara keduanya. Namun, Sebuah tanya berputar di kepala gadis itu.

'kakek pasti sudah mendengar bahwa dia dan Naruto telah menikah? Apa dia akan marah?'

Hinata menggelengkan kepalanya kasar. Dia harus menghadapi semuanya sekarang. Apapun yang akan Kakek sampaikan.

"Bagaimana Kabar mu? Kau terlihat lebih sehat sekarang?" Tanya Kakek dengan suara pelan dan senyumnya yang lembut. Sebelum akhirnya pria tua itu menghembus nafas dalam.

"A_aku baik-baik saja Tuan!" Ucap Hinata tebata. Dia masih begitu merasa bersalah pada Kakek. Karena kehadirannya, keluarga Hashirama mengalami masa yang sulit.

"Kenapa berhenti memanggilku kakek huh? Kau terdengar seperti orang asing sekarang!" Protes Kakek seraya terkekeh samar.

"Ma_af! Aku... Hanya merasa bersalah." ucap Hinata seraya menunduk lesu.

"Setidaknya kau tetap akan menikah dengan salah satu cucu ku kan?" Tanya Kakek.

Hinata mengangkat wajahnya. Dia tercekat mendengar apa yang baru saja kakek katakan.

Kakek tidak marah?

"Apa cucu ku memperlakukan mu dengan baik?" Tanya Kakek.

Hinata mengangguk seraya menatap kakek dengan segaris senyum kecil. Kemudian dia kembali menunduk. Perasaannya masih belum membaik setiap kali dia melihat kakek.

"Apa kau menyukainya?" tanya Kakek lagi.

Hinata mengangkat wajahnya. Menatap kakek penuh tanya.

Apa kakek akan memberi mereka restu sekarang?

Kakek mendesah lelah sebelum akhirnya dia malanjutkan kalimatnya.

"Aku akan menceritakan sebuah kisah pada mu. Yang mungkin saja sudah kau lupakan sekarang." Ucap Kakek sembari memejamkan matanya.

Flashback

6 tahun lalu.

Hujan deras pada malam itu membuat jarak pandang menjadi singkat. Hinata sedang berjalan di sana, di pinggir jalan yang renggang. Gadis itu masih bersekolah di tingkat akhir. Dengan wajahnya yang begitu polos memegang payung kuning berjalan dengan lesu.

Suasana hatinya yang tidak baik membuatnya terus merancu. Sudah dua hari dia ikut dengan Ayah dalam perjalanan bisnis. Ke sini, ke sebuah desa di Kyoto. Setelah apa yang dia dengar dari ayah kemarin malam, dia merasa dunia~nya hancur.

Bagaimana bisa Ayah memutuskan untuk menikah dan memperkenalkan wanita itu di sini. Di perjalanan bisnis mereka. Hinata tahu wanita itu mungkin saja rekan kerja Ayah. Tapi, tidak bisakah dia mencari moment yang tepat untuk memperkenalkan mereka.

Hinata sadar, sebenernya segala yang ada di pikirannya sekarang hanyalah alasannya untuk menolak rencana pernikahan mereka. Ayah dan wanita itu. Karena baginya, tidak akan ada wanita yang bisa menggantikan posisi ibu di sana. Di sebelah ayahnya.

Gadis itu melangkah tanpa perduli apapun di depannya. Hujan bahkan tidak membuatnya takut untuk berjalan tak tentu arah di tempat asing.

Sebuah mobil berhenti di sebelahnya, lalu kemudian berjalan perlahan. Beberapa pria paruh baya terlihat menggodanya.

"Hai! Gadis kecil! Kau akan pergi kemana? Kami bisa mengantar mu sampai tujuan! Naiklah!" ucap salah satu dari empat orang yang ada di sana. Dari wajah semuanya terlihat mereka tengah mabuk.

Hinata melangkahkan kakinya dengan cepat. Salahkan saja dirinya yang sudah bodoh melarikan diri dengan cara seperti ini. Dia tidak mengenal tempat ini. Dia hanya datang untuk menemani sang ayah.

Hinata mempercepat langkahnya. Gadis itu melempar payung yang dia pegang dan berlari dengan cepat. Sementara mobil di belakangnya berhenti dan dua orang pria keluar dari sana. Gadis itu meringis takut sembari menguatkan langkah kakinya untuk terus berlari.

Sebuah mobil hitam berhenti di sebelahnya secara tiba-tiba. Memotong laju mobil yang sejak tadi mengejar Hinata di belakang. Seorang pria dari dalam mobil membuka pintu penumpang.

"Masuklah!" Ucap nya dengan cepat.

Hinata, tidak berpikir lagi. Dia segera masuk ke dalam mobil itu dan ikut bersama pria muda yang telah menyelamatkan nya dari segerombolan pria itu.

Di banding harus menghadapi empat pria paruh baya yang menyeramkan, dia pikir akan lebih mudah untuk menghadapi pria muda seorang diri jika memang ternyata pria ini juga adalah orang jahat.

"Apa yang kau lakukan di sini Nona muda?" Tanya pria itu yang terlihat sangat tampan dengan rambut hitamnya yang berkilau.

Hinata menggelengkan kepalanya kasar.

Tidak! Dia harus sadar atas apa yang sedang terjadi!

"A_aku hanya berjalan-jalan dan mereka tiba-tiba mengejarku." Ucap gadis itu terbata.

Pria yang duduk di balik kemudi itu melihat kaca dashboard di mobilnya. Mobil di belakang masih mengikuti mobil mereka dengan cepat.

"Pasang safty belt mu!" ucap pria itu seraya menginjak pedal gas dalam-dalam."... Akan lebih baik melarikan diri dari pada harus melibatkan polisi kan?!"ucap pria itu santai dengan wajah geram. Sementara Hinata mengerutkan dahinya penuh rasa takut.

Hujan deras itu membuat segalanya terasa sulit. Ada tebing tinggi di sebekah kiri jalan yang harus mereka waspadai. Sementara mobil di belakang terus menambah kecepatan.

Mereka tiba di bersimpangan jalan yang minim pencahayaan. Sorot lampu mobil yang memecah deraian hujan yang deras membuat pandangan terlihat samar.

Mobil di belakangnya menyamakan posisi mereka dan memainkan klakson mobil sembari memaki pria yang duduk di sebelahnya dengan kasar. Pria itu menoleh dan kembali menaikan kecepatan dengan wajah kesal. Sementara di persimpangan jalan itu ada sebuah motor yang hendak menyebrang.

"BRAKKKKKKKK!"

Pria itu tercekat atas mobilnya yang sudah menyenggol bagian belakang motor itu yang sekarang terpental. Pria itu membanting stir ke kanan jalan hingga mobilnya menabrak beton pembatas jalan.

"BRAKKKKKKK!!!"

Hujan deras mengguyur keadaan yang kacau. Hinata memegang kepalanya yang terbentur dengan keras. Meski darah juga mengalur dari sana, Dia masih dapat melihat keadaan pria di sebelahnya yang sudah mengeluarkan darah di pelipis dahi~nya. Dia tidak sadarkan diri.

Hinata meringis ketakutan dengan segala pemandangan yang ada di depannya. Gadis itu merogoh ponsel dalam saku celananya dengan susah payah. Dia menekan tombol 911 di sana.

'Kumohon, Tolong kami!" Lirihnya dengan suara bergetar.

Flashback off

Hinata memejamkan matanya seraya mengingat kembali sebuah kenangan yang tidak akan pernah dia lupakan.

'Pria itu, pria yang telah menolongnya dan akhirnya harus terluka parah, Uchiha Sasuke!'

To be continue

Noted : di chapter 2 ada saat Hinata merasa pernah bertemu dengan salah satu cucu kakek. (Sasuke)

Di chapter 4 saat Hinata terbangun di rumah sakit dia juga merasa gak asing dengan bau rumah sakit. Dan dia membencinya!

Masih banyak clue yang tersebar di setiap chapter! Lets see!

1
Aisyah Suyuti
menarik
Aisyah Suyuti
menarik
Novita ariani: terima kasih sudah mampir. semoga bersedia mengikuti kisah ini sampai akhir💙
total 1 replies
Kamiblooper
Aku beneran suka dengan karakter tokoh dalam cerita ini, thor!
Novita ariani: makasih banget udah suka😍😍😍
di tunggu chapter selanjutnya ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!