"Perawan tua' itulah hinaan yang selalu Alya terima dari tetangga bahkan dari keluarganya dikarenakan usianya yang sudah 32 tahun dan Alya masih belum menikah. Merasa lelah dengan semua hinaan yang diterima, Alya memutuskan untuk menenangkan pikirannya dengan pergi ke Makkah, Alya berdoa agar segera dipertemukan dengan jodohnya.
Ketika Alya tengah berada di Masjidil Haram, Ibu-ibu datang menghampirinya dan mengatakan ingin memperkenalkan anaknya pada Alya.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Apa Alya akan menerima tawaran Ibu-ibu tersebut?
Siapakah pria yang akan dikenalkan pada Alya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suka Banget
Rayhan saat ini berada di ruang tamu bersama Umi Fatimah dan Abi Zaky, sedangkan Alya sudah masuk kedalam kamar.
"Ada apa Rayhan?" tanya Umi Fatimah.
Setelah itu, Rayhan pun menceritakan apa yang terjadi pada Alya Umi Fatimah yang mendengarnya pun terkejut dan merasa sedih karema ia tidak bisa menjaga Alya.
"Astaghfirullah! Inggit, saya minta tolong panggilkan Ningrum ya," ucap Umi Fatimah.
"Iya, Bu Nyai," jawab Inggit yang berada di dapur.
Tak lama setelah itu, Ningrum pun datang. "Ningrum, duduk," ucap Umi Fatimah.
Ningrum pun duduk di kursi dan tepat berhadapan dengan Umi Fatimah dan Abi Zaky, "Apa yang dikatakan Gus Rayhan benar?" tanya Abi Zaky.
"Maafkan saya Pak Kyai, saya benar-benar tidak bermaksud melakukannya, saya menyesal," ucap Ningrum.
"Kamu sudah minta maaf ke Ning Alya?" tanya Abi Zaky.
"Sudah Pak Kyai, saya langsung minta maaf pada Ning Alya," jawab Ningrum.
"Apa kamu bersama orang lain?" tanya Abi Zaky.
"Tidak Pak Kyai, saya hanya sendirian," jawab Ningrum.
"Kalau begitu besok kamu berdiri di depan masjid sampai azan zuhur," ucap Abi Zaky.
"Terimakasih Pak Kyai, saya janji saya tidak akan mengulanginya lagi," ucap Ningrum.
"Kalau sampai saya mendengarnya, maka saya yang akan menghukummu," ucap Rayhan lalu pergi.
"Untung saja yang menghukummu itu saya, kalau sampai Gus Rayhan, maka kamu harus angkat kaki dari sini, kamu tau sendiri bagaimana Gus Rayhan bukan," ucap Abi Zaky.
"Iya, Pak Kyai. Saya janji saya tidak akan mengulanginya lagi," ucap Ningrum.
Disisi lain, didalam kamar. Rayhan melihat Alya yang sudah terlelap, ia pun menghampiri sang istri lalu mengecup pipi wanitanya itu.
"Tadi katanya gak ngantuk, tapi sekarang malah tidur," ucap Rayhan.
Pagi harinya, Alya bangun dan tidak mendapati Rayhan disampingnya, Alya yang tau jika Rayhan tengah di masjid pun bangun dan melaksanakan salat subuh. Setelah salat subuh, Alya tidak melanjutkan tidur, ia membaca buku karena kemarin Umi Fatimah memberikan buku untuk Alya.
Karena Alya memang suka membaca buku hingga Alya tidak sadar jika sudah jam setengah 6 pagi, ia baru sadar ketika Rayhan datang.
"Assalamualaikum," salam Rayhan.
"Waalaikumsalam, udah jam setengah 6 ternyata," ucap Alya.
"Kamu lagi apa memang sampai gak lihat jam?" tanya Rayhan.
"Aku baca buku Mas, kemarin Umi ngasih buku, jadi daripada aku tidur setelah salat makanya aku milih buat baca buku aja," ucap Alya.
"Kamu suka baca buku?" tanya Rayhan.
"Suka banget, aku aku kalau baca itu gak tau waktu. Aku dulu pas masih kuliah, pernah ditegur sama petugas soalnya aku di perpustakaan sampai sore dan mau tutup," ucap Alya.
"Kalau gitu nanti Mas buatkan rak buku ya biar kamu bisa koleksi buku-buku gitu," ucap Rayhan.
"Jangan deh Mas, nanti jadi sempit kamarnya kalau ditambah rak buku," ucap Alya.
"Gak akan sempit, nanti biar aku akalin," ucap Rayhan.
"Gapapa emangnya, Mas?" tanya Alya.
"Iya, gapapa. Mas juga suka baca, tapi kebanyakan buku Mas ada di kantor pengurus, disini ada beberapa sih, kalau kamu mau baca ada di laci bawah, memang jarang aku baca makanya ada dilaci bawah" ucap Rayhan.
"Iya, Mas. Nanti kalau ada waktu, insyaallah aku baca," ucap Alya.
"Oh iya, hari ini Mas harus ke Yogyakarta soalnya ada urusan sama Ustadz Angga, kamu gapapa Mas tinggal," izin Rayhan.
"Gapapa Mas," jawab Alya.
"Nanti Mas suruh Mbak Inggit buat nemenin kamu keliling pondok," ucap Rayhan.
"Iya, Mas," jawab Alya.
Rayhan pun mendekati Alya dan memeluk sang pujaan hati, "Kalau ada apa-apa, ingat kabarin Mas, kalau disini ada yang gak kamu suka atau ada yang bikin kamu sedih, kamu bilang Mas ya. Kamu boleh cerita apapun ke Mas, Mas akan senang hati mendengarkan," ucap Rayhan.
"Iya, Mas. Alya akan berusaha untuk terbuka dengan Mas," ucap Alya.
"Bagus," ucap Rayhan dan mengecup kening Alya.
Setelah romantis tipis-tipis tersebut, Rayhan bersiap-siap untuk pergi dan Alya memutuskan untuk turun ke lantai satu dan pergi ke dapur membantu menyiapkan sarapan.
"Ning Alya suka makan apa biar nanti Ibu siapkan?" tanya Bu Dian.
"Saya malan apa aja sih Bu, tapi saya paling suka soto. Kemarin Umi juga sudah masak soto," ucap Alya.
"Oh iya, Ibu lupa kemarin Bu Nyai juga sudah bilang kalau Ning Alya suka soto," ucap Bu Dian.
"Bu Dian sudah lama ya kerja disini?" tanya Alya sekedar basa basi agar lebih akrab.
"Saya sudah lama ikut Pak Kyai sama Bu Nyai, seingat saya, saya ikut Pak Kyai dan Bu Nyai itu pas awal-awal pondok pesantren ini berdiri," ucap Bu Dian.
"Lama juga ya Bu Dian," ucap Alya.
"Lumayan, saya sampai lupa umur saya, pokoknya saat itu disini butuh pekerja jadi saya coba dan alhamdulillah saya diterima dan bekerja sampai sekarang," ucap Bu Dian
"Kalau saya boleh tau, umur Bu Dian sekarang berapa?" tanya Alya.
"Saya sudah 56 tahun, udah tua ya hahaha," ucap Bu Dian.
"Gak kelihatan loh, Bu. Kalaupun Bu Dian bilang 40, saya percaya," ucap Alya.
"Bisa saja Ning Alya ini," ucap Bu Dian.
"Oh ya, Bu. Kenapa ya Abi sama Umi justru mempekerjakan orang ya? biasanya kan ndalem itu dibersihkan sama santri," tanya Alya.
"Disini memang beda Ning, kalau biasanya ndalem dibersihkan oleh santri sebagai bentuk pengabdian dan penghormatan. Kalau disini tidak, karena Pak Kyai dan Bu Nyai justru mempekerjakan orang untuk membersihkan ndalem dan melarang para santri untuk bersih-bersih di ndalem karena menurut Pak Kyai dan Bu Nyai, tugas santri yang paling utama adalah belajar tentang ilmu agama dan ilmu umum, untuk ilmu lainnya akan berjalan dengan sendiri selama mereka berada disini termasuk adab dan sopan santun, tapi tetap ada pembimbing untuk para santri agar tidak salah arah," ucap Bu Dian.
"Kayak gitu ternyata, aku baru tau," ucap Alya.
"Saya dulu juga agak bingung kok tiba-tiba saya kerja di ndalem, tapi selama berjalannya waktu, saya paham," ucap Bu Dian.
"Assalamualaikum," salam Umi Fatimah.
"Waalaikumsalam," balas Alya dan Bu Dian.
"Kenapa kamu udah disini, Umi baru keluar kamar loh," ucap Umi Fatimah.
"Alya memang sengaja Umi, biar Alya tau bagaimana suasana ndalem di pagi hari," ucap Alya.
"Rayhan udah pergi ya?" tanya Umi Fatimah.
"Belum Umi, Mas Rayhan masih di kamar. Tapi, tadi udah siap-siap, mungkin sebentar lagi datang," ucap Alya dan diangguki Umi Fatimah.
.
.
.
Bersambung.....
semangat Alya
Rayhan demi persturan tega bngt istrinya d hukum
Lanjut Ka
lajut ka