NovelToon NovelToon
Pengganti Yang Mengisi Hati

Pengganti Yang Mengisi Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Tukar Pasangan
Popularitas:481
Nilai: 5
Nama Author: Vanesa Fidelika

Seharusnya hari itu jadi momen terindah bagi Tiny—gaun putih sudah terpakai, tamu sudah hadir, dan akad tinggal menunggu hitungan menit.
Tapi calon pengantin pria... justru menghilang tanpa kabar.

Di tengah keheningan yang mencekam, sang ayah mengusulkan sesuatu yang tak masuk akal: Xion—seseorang yang tak pernah Tiny bayangkan—diminta menggantikan posisi di pelaminan.

Akankah pernikahan darurat ini membawa luka yang lebih dalam, atau justru jalan takdir yang diam-diam mengisi hatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanesa Fidelika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25: Saat Pandangan Tak Lagi Biasa

   Tiny memiringkan kepala, menatap cangkirnya. “Kamu suka teh malam-malam gini?”

   Xion mengangguk pelan. “Suka.”

   Tiny menatapnya lagi, “Ini buat aku?”

   “Iya.” Jawab Xion tanpa drama. Singkat dan ringan, seperti biasa.

   Tiny tersenyum kecil, lalu meraih cangkir itu dan meniupnya sebentar sebelum menyesap.

    “Enak juga ya… ngeteh malam-malam gini.” Ia berkata pelan, seperti berbicara pada dirinya sendiri.

   Xion ikut menyesap teh miliknya. “Iya. Apalagi tadi sore hujan. Udara adem.”

   Tiny mengangguk. Lalu… menoleh perlahan.

   “Bang…”

   “Hm?”

   Tiny memainkan jari-jarinya di badan cangkir. “Ke Papa Mama… kapan jadinya?”

   Xion tidak langsung menjawab. Ia menatap cangkirnya sebentar sebelum berkata, “Tunggu libur lagi, ya. Kalau besok… nggak bisa. Aku harus bales email dari rektor. Ada revisi proposal akreditasi.”

   Tiny mengerucutkan bibirnya. “Padahal aku udah pengen banget ketemu Papa Mama… Tapi malah mereka semua yang datang ke sini.”

   Ia menghela napas panjang. “Bahasannya juga… pojokkin kita terus.”

   Xion mengangguk. Tidak banyak komentar. Hanya lirikan cepat ke arah teh mereka yang hampir habis.

   Beberapa detik sunyi.

   Lalu Tiny berkata, sambil memegangi tengkuknya, “Kok panas ya…”

   Xion menoleh. “Namanya juga minum teh.”

   “Tapi aku juga pernah minum teh… siang malah,” ujar Tiny, pelan. “Nggak sepanas ini rasanya…”

   Xion ikut merasa heran. Ia menarik sedikit kerah bajunya. “Iya juga. Aku juga… gerah.”

   Tiny menggeliat kecil, lalu berdiri sambil menepuk paha celananya. “Aku ganti baju dulu deh. Mungkin karena dari tadi pakai baju tebal banget.”

   Xion mengangguk… tapi kalimat yang keluar justru melantur.

   “Jadi kamu nanti pakai baju yang tipis?”

   Tiny sontak berhenti melangkah. Menoleh pelan. Menatap Xion dengan alis terangkat.

   “…ya enggak lah.” Nada suaranya datar. Lebih kaget daripada marah.

   Xion mengerjap. Baru sadar apa yang baru saja ia katakan.

   “Maaf,” ujarnya cepat. “Aku… nggak sengaja.”

   Tiny tidak menjawab. Ia langsung melangkah ke kamar. Keburu gerah juga.

   Xion masih duduk di sofa. Punggungnya bersandar, tangan menyentuh dahi.

   Bukan karena malu.

   Tapi karena—entah kenapa—kepalanya sedikit terasa panas. Pikirannya kabur. Biasanya tidak seperti ini.

   Ia sudah terbiasa mengontrol kata dan reaksi. Tapi tadi... kenapa bisa sampai keluar kalimat seperti itu?

   Ia menghela napas panjang. Tak ada yang aneh. Tapi tetap saja… ada firasat ganjil.

   Xion mengusap wajahnya. Gerah. Sangat gerah, sampai rasanya baju di tubuh seperti perangkap panas.

   Udara malam yang seharusnya sejuk tak lagi terasa.

   Ia pun bangkit.

   Tak banyak berpikir lagi, Xion memutuskan: mandi.

   Walaupun sudah larut. Meskipun seharusnya ia sudah bersiap tidur. Rasa gerah ini tidak wajar. Sama sekali tidak biasa.

   Xion pun mengambil handuk, lalu menuju kamar mandi dengan langkah cepat tapi tetap kalem.

   Seperti biasa, tapi sedikit lebih gelisah.

   Sementara itu, di dalam kamar…

   Tiny sedang berdiri di depan cermin. Kaos longgar warna pastel melekat di tubuhnya, sedikit jatuh di bahu sebelah kiri.

   Celana pendek bahan katun, motif garis-garis, membuatnya terlihat seperti anak kecil yang sedang siap tidur—tapi dengan wajah kebingungan.

   Ia mengelus tengkuk, lalu bagian dadanya sendiri.

   Panas. Tetap panas. Padahal jendela kamar sudah dibuka sedikit.

   “Kenapa sih, ini badan…” gumamnya.

   Biasanya hawa dingin malam bikin ia buru-buru tarik selimut. Sekarang? Bahkan ingin rasanya buka jendela selebar-lebarnya.

   Tiny berjalan pelan ke dekat tempat tidur. Duduk di pinggiran kasur, menggoyang-goyangkan kaki sambil menarik napas panjang.

   Tiny bergumam pelan, nyaris tak terdengar, “Tidur aja kali ya… biar gerahnya hilang.”

   Dengan gerakan malas, ia merebahkan tubuhnya di atas kasur. Menatap langit-langit beberapa detik, lalu memejamkan mata.

   Tangannya ia letakkan di atas perut. Nafasnya berat tapi teratur.

   Ia mencoba tidur. Mencoba, tapi tak benar-benar tertidur.

°°°°

   Xion baru keluar dari kamar mandi.

   Rambutnya masih basah, dan handuk kecil tersampir di leher.

   Kaos abu yang ia kenakan sedikit melekat karena sisa embun air di tubuhnya. Celana pendek santai, kaki masih sedikit basah.

   Langkahnya pelan. Tapi begitu matanya tertuju pada ranjang…

   Di sana, Tiny tertidur terlentang.

   Kaos tipis itu jatuh sedikit dari bahu kirinya. Nafasnya naik-turun perlahan.

   Rambutnya berantakan manis. Kulitnya tampak lembut dalam remang cahaya lampu malam.

   Xion terdiam beberapa detik.

   Entah kenapa… malam ini terasa berbeda. Padahal tidak ada yang berubah.

   Tiny masih Tiny. Tidurnya masih seperti biasa. Tapi entah karena panas badan, atau efek teh yang ia minum tadi…

   Pandangan Xion tak bisa langsung berpaling.

   Cepat-cepat ia menarik napas panjang. Lalu mengalihkan pandangan ke kasur lipat miliknya. Ia membentangkannya perlahan, mencoba fokus merapikan bagian ujung yang agak kusut.

   Tapi pikirannya… tak ikut berpindah.

   Masih tertinggal di ranjang utama. Masih memikirkan istri yang hanya berjarak dua langkah darinya.

   Xion menepuk sisi kasurnya. Duduk. Menunduk. Lalu mengusap wajah sendiri sekali lagi.

   “Fokus,” bisiknya pada diri sendiri.

   Xion belum sempat benar-benar merebahkan diri… Saat suara itu terdengar.

   Lembut. Setengah mengeluh. Setengah merintih.

   “Bang… panas banget…” Rengek Tiny dari atas ranjang. Suaranya pelan, seperti bisikan.

   Tapi bagi Xion… suara itu menggema di kepalanya. Jelas. Dekat. Dan… entah kenapa, terdengar begitu mengg*da.

   Xion mendongak perlahan. Matanya menangkap Tiny yang masih dalam posisi terlentang. Tangannya kini naik ke leher, mencoba mengipas-ngipas pelan dengan telapak sendiri.

   Pipinya memerah. Mungkin karena udara. Mungkin karena efek teh tadi. Atau mungkin… karena Xion yang kini memandangi tanpa sadar.

   Xion buru-buru berpaling lagi. Tapi kali ini, napasnya mulai tidak tenang.

   “Minum air putih,” katanya dengan suara serak, tanpa menoleh. “Aku ambilin kalau mau.”

   Tiny tak menjawab langsung. Hanya terdengar gesekan selimut. Mungkin mengubah posisi. Mungkin mendekat.

   “Enggak…” jawabnya kemudian. “Aku Cuma… gerah. Tapi… kalau kamu duduk di situ, rasanya makin panas…”

   Xion membeku. Detik itu juga, semua kendalinya diuji.

   Ucapan Tiny barusan… terdengar samar, tapi cukup untuk membuat pikirannya kembali berputar.

   Ia tak langsung menanggapi. Hanya menunduk, menatap tangannya sendiri yang terkepal di atas lutut.

   Dingin air mandi tadi seolah menguap begitu saja. Digantikan oleh gelombang panas yang entah datang dari mana.

   Tiny bergeser sedikit di atas ranjang. Kain selimutnya tersingkap sedikit. Kini ia menyandarkan kepala ke lengan sendiri. Matanya setengah terpejam, tapi tetap menatap ke arah Xion dari balik rambut yang agak berantakan.

   “Bang…”

   Suaranya pelan. Hampir seperti berbisik. “Aku… boleh minta tolong?”

   Xion mengangguk perlahan, masih belum berani menatap. “Apa?”

1
Arisu75
Alur yang menarik
Vanesa Fidelika: makasih kak..

btw, ada novel tentang Rez Layla dan Gery Alicia lho..

bisa cek di..
Senyum dibalik masa depan, Fizz*novel
Potret yang mengubah segalanya, wat*pad
total 1 replies
Aiko
Gak bisa dijelaskan dengan kata-kata betapa keren penulisan cerita ini, continue the good work!
Vanesa Fidelika: aa seneng banget..makasih udah mau mampir kak. hehe

btw ada kisah Rez Layla dan juga Gery Alicia kok. silakan mampir kalau ada waktu..

Senyum Dibalik Masa Depan👉Fi*zonovel
Potret Yang Mengubah Segalanya👉Wat*pad
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!