NovelToon NovelToon
Cinta Di Atas Ranjang Mr. Arrogant

Cinta Di Atas Ranjang Mr. Arrogant

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / One Night Stand / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / PSK / Pernikahan rahasia
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: gustikhafida

*** Menjadi pemuas nafsu suami sendiri tetapi mendapat bayaran yang sangat besar. Itulah yang keseharian dilakukan Jesica Lie dan suaminya yang bernama Gavin Alexander. Status pernikahan yang di sembunyikan oleh Gavin, membuat Gavin lebih mudah menaklukan hati wanita manapun yang dia mau sampai tak sadar, jika dirinya sudah menyakiti hati istrinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gustikhafida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

"Aku harus masuk!" teriak Jesica.

"Sebaiknya, keluarga pasien menunggu di luar ruangan. Biar dokter yang menangani." pinta suster menghalangi Jesica masuk kedalam ruangan.

Tania menahan Jesica untuk masuk, dia memeluk erat sahabatnya.

Boy terkejut dengan ucapan suster, dia tak kuasa melihat Jesica bersedih dan memilih untuk sedikit menjauh.

"Ibu!" teriak Jesica.

"Jangan tinggalkan aku, Bu! Aku butuh ibu!" teriaknya lagi.

Tania menghapus air matanya yang keluar dari pelupuk mata.

Gavin datang dan melihat istrinya sedang menangis histeris.

"Apa yang terjadi?" tanya Gavin kepada Tania.

"Tuan, akhirnya anda datang juga. Jesica membutuhkan anda." ucap Tania melepas pelukannya.

Jesica reflek memeluk tubuh Gavin. "Hiks … hiks … a-aku tidak mau kehilangan ibu, Mas." ucapnya lirih.

Gavin melirik sekitar ruangan, perlahan tangannya mengusap punggung sang istri.

"Ibunya Jesica kemungkinan tidak bisa diselamatkan. Tiba-tiba jantungnya dan syarafnya melemah bahkan tadi suster bilang, kalau beliau sudah tidak bernapas." ucap Tania dengan sesenggukan.

Gavin semakin mengeratkan pelukannya.

"A-aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain ibu, Mas. Tolong aku, tolong selamatkan ibuku. Aku berjanji, akan melakukan apapun asalkan ibuku selamat." pinta Jesica membuat Gavin reflek mencium pucuk kepala sang istri.

Boy tak sengaja melihat interaksi Gavin dan Jesica. Dia juga mendengar Jesica memanggil Gavin dengan sebutan 'Mas'

"Sudah jelas, mereka pasti ada hubungan tapi untuk saat ini, aku tidak boleh menanyakan hal ini. Jesica sedang berduka." gumam Boy yang berdiri di dekat dinding.

Dokter dan suster keluar ruangan.

Tania menghampiri dokter. "Bagaimana, dok?"

"Maaf, pasien sudah tidak ada. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi kami tidak bisa menyelamatkan. Alat yang di tubuh pasien sudah kami lepas dan pasien akan di pindahkan ke ruang jenazah." jawab dokter membuat tangis Tania dan Jesica pecah.

Tubuh Jesica tiba-tiba melemah dan penglihatannya mulai kabur.

"Jes!" ucap Gavin saat sang istri kehilangan kesadaran.

"Ada apa dengan Jesica?" tanya Tania kepada Gavin.

"Suster, istri saya pingsan!" ucap Gavin membuat Suster dan dokter bergegas cepat menangani.

Dokter membawa Jesica ke ruang rawat.

"Biar aku yang mengurus jenazahnya. Anda urus saja Jesica. Dia sangat terpukul kehilangan ibunya." pinta Tania yang di setujui oleh Gavin.

Gavin menunggu Jesica sadar di ruang rawat.

Krek ….

Pintu terbuka. Seseorang masuk kedalam ruang rawat Jesica.

"Jadi, dia istrimu?" tanya Boy membuat Gavin yang sedang menatap istrinya pun terpaku.

Boy melanjutkan langkahnya dan berhenti di samping ranjang Jesica. "Jawab saja."

"Kau bicara apa? Bukankah kau tahu, kalau dia mantan pembantuku?" jawab Gavin sembari menatap sahabatnya.

"Sudahlah, Gavin! Aku sudah dengar semuanya di depan ruang ICU saat kamu meminta suster menolong Jesica. Kamu menyebut dia sebagai istrimu. Kenapa sih, kamu bohong masalah ini kepadaku?" kesal Boy.

Gavin menatap tajam sahabatnya. "Sejak kapan kau di sini?"

"Sejak Jesica datang ke rumah sakit. Aku mengantarkan sahabatnya menyusul Jesica. Dan aku dengar semuanya. Jadi, percuma saja kamu menutupi semua ini." jawab Boy, lalu menatap wajah pucat Jesica.

"Jadi, malam itu, dia sedang bersamamu?" tanyanya lagi.

"Ya. Aku yang diatas ranjang bersamanya." jawab Gavin lalu mendorong tubuh Boy. "Jangan menatapnya seperti itu."

"Hahaha …" Boy tertawa. "Kenapa? Ini mataku, dan tidak ada larangan menatap seseorang di—"

"Pergilah!" usir Gavin.

"Aku tidak akan pergi dari sini sebelum semua pertanyaan di otakku terjawab." tegas Boy.

"Kalau dia istrimu, lalu Blade siapa? Dia tidak mungkin calon istrimu, kan? Apa jangan-jangan, kau berniat—"

"Itu bukan urusanmu." Gavin memotong ucapan sahabatnya.

"Ini akan menjadi urusanku, Gav! Kau tidak boleh mengkhianati Jesica. Aku bisa melihat ketulusan di dirinya." ucap Boy.

"Kau tidak tahu apapun tentang Jesica. Jadi, tutup mulutmu!" pinta Gavin.

"Aku tahu tentang dia walaupun hanya sedikit. Bahkan, aku bisa menjamin ketulusan hatinya karena dia baru saja menolakku." ucap Boy membuat Gavin semakin menatap tajam sahabatnya

"Aku baru saja mengajaknya menikah karena aku pikir, dia bekerja sebagai wanita malaam. Dan aku tidak mau melihatnya menderita karena melayani nap su bejadd pria hidung belang di luar sana. Aku menyanggupi membayar semua biaya rumah sakit ibunya, tapi dia malah menolakku tanpa alasan. Tapi sekarang, aku sudah tahu alasannya kenapa dia menolakku. Ternyata dia sudah mempunyai suami dan suaminya adalah sahabatku sendiri." ucap Boy lagi.

"Apa! Kau berani menyatakan cinta ke Jesica?" geram Gavin.

"Kenapa? Kau tidak terima? Aku tahu, kita sahabat tapi aku juga tidak mau sahabatku salah jalan. Pernikahan itu sakral. Kamu tidak bisa memainkan janji suci, Gav! Putuskan Blade dan bahagiakanlah Jesica. Dia sudah cukup menderita karena di jual oleh Tantenya ke tempat hiburan malam." ucap Boy lalu melihat Jesica sadar.

Jesica sadar dan orang yang pertama kali di lihat adalah Gavin.

"Mas, aku bermimpi kalau ibu—" ucapan Jesica terhenti saat melihat Boy.

"Tu-tuan Boy." gumam Jesica.

"Maaf, Tuan. Kepala saya masih pusing. Jadi, saya salah memanggil. Maafkan saya, Tuan Gavin." pinta Jesica.

"Sudah, kamu tidak perlu bersandiwara lagi. Aku sudah tahu semuanya, kok!" ucap Boy dengan senyum manisnya.

"Apa maksud anda, Tuan?" tanya Jesica lalu melirik kearah Gavin.

"Kamu istri Gavin, kan? Maka dari itu, kamu menolak menikah denganku." jawab Boy.

Jesica meminta penjelasan kepada suaminya.

"Apa benar yang dikatakan Boy, kamu menolak menikah dengannya?" tanya Gavin membuat Jesica merasa terpojokkan.

"Ma-maaf, Mas." jawab Jesica.

"Kau mencintai Boy?" tanya Gavin dengan tatapan menyelidik.

"A-aku—" Jesica menatap kearah Boy. "Maaf, Tuan—"

"Jangan di jawab. Aku sudah tahu jawabannya. Sekarang, kamu fokus kesembuhanmu." pinta Boy.

Mendengar kata 'sembuh' Jesica tiba-tiba teringat dengan ibunya.

"Mas, ibuku! Aku harus menemui ibuku." ucapnya panik. Kedua kakinya turun dari ranjang.

"Diam!" bentak Gavin. "Beristirahatlah!" titahnya lagi.

"Mas, aku harus melihat keadaan ibu. Aku harus memastikan kalau ibu melewati masa kritisnya." ucap Jesica turun dari ranjang dan berlari menuju pintu kamar.

"Ibumu sudah di pindahkan dari ruangan ICU." teriak Gavin membuat Jesica terdiam sesaat di dekat pintu.

"A-apa ibu berhasil melewati masa kritisnya, Mas?" tanya Jesica.

"Ibumu sudah tidak ada. Tania sedang mengurus jenazahnya." jawab Gavin.

Jesica syok, dia meneteskan air matanya dan berlari ke ruangan jenazah di ikuti oleh Boy dan Gavin.

Setelah sampai di depan ruang Jenazah, Jesica melihat sahabatnya yang sedang berdiri di depan pintu dengan mata sembabnya.

"Jesica!"

"Tania!" ucap mereka bersamaan dan saling memeluk.

"Hiks … hiks …. ibuku, Tan!" ucap Jesica dengan isak tangisnya. "A-aku mau bertemu ibuku untuk yang terakhir kalinya."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!