Bangun dari tidur Yola begitu terkejut saat melihat pria yang terlelap di sebelahnya.
Yola tidak tahu apa yang terjadi padanya setelah pesta kampus yang ia datangi semalam.
Dan kini ia harus berakhir dengan pria yang sangat berpengaruh di kampus.
Yola memilih pergi sebelum pria yang masih terlelap itu bangun, ia tidak ingin menimbulkan masalah apalagi pendidikannya terkendala.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HAPD_BAB 25
Hari cepat berlalu, minggupun sudah Fayola lewati. Tidak ada kesulitan berarti untuk dirinya berada dilingkungan yang baru, dan justru Fayola sudah dikenal oleh beberapa petani anggur, dari yang muda setengah tua dan tua, Fayola yang memang memiliki wajah cantik dan tutur kata yang baik membuat siapa saja yang sudah mengenalnya akan merasakan kebaikan gadis itu.
"Bibik Moli aku bawa makanan untuk mu," Fayola menyerahkan kotak bekal yang sengaja ia bawa.
Wanita yang bernama bibik Moli itu tersenyum lebar, "Kau tidak perlu melakukan itu Angeline, aku berikan sayuran agar bisa kau masak," Balas bibik Moli sambil menerima uluran tangan Fayola.
"Itu terlalu banyak, aku dan Bibik Elin tidak bisa menghabiskan semuanya," Fayola tersenyum.
Bibik Moli adalah wanita yang sebenarnya sudah tua, usianya sekitar 50 tahun. Namun kerena keadaan wanita itu harus bekerja, Bibik Moli hanya tinggal dengan putranya yang juga berkerja di perkebunan anggur.
"Kalau begitu aku kesana dulu bibik, buah sudah mulai datang untuk di timbang." Fayola pamit pergi, wanita itu berjalan menuju tempat penimbangan anggur sebelum di bawa ke pabrik pembuatan minuman.
"Kenapa kau bicara dengan wanita tua itu?" Tanya Toby yang baru menaruh buah anggur di atas timbangan.
Fayola mengambil buku dan pena, tangannya mencatat berapa berat bobot anggur.
Mendengar ucapan Toby Fayola terseyum, "Aku hanya memberinya sarapan Toby," Jawabnya sambil kembali mencatat.
"Ck, Kamu tidak tahu betapa dia suka memanfaatkan orang yang baik padanya," Kata Toby lagi sambil kembali menaruh anggur di atas timbangan.
"Tidak apa, lagi pula di juga baik memberiku sayuran untuk di masak."
Toby mencebikkan bibirnya, pria 55 tahun yang masih terlihat kuat itu hanya bisa mencibir.
"Bukanlah rumah kalian bertetangga, jadi apa kalian juga sering bertukar makanan?" Tanya Fayola yang mengingat jika Moli pernah bercerita bertetangga dengan Toby.
"Tentu saja tidak, karena dia terlalu pelit dengan tetangga." Balas Toby ketus.
Bremmm
Suara mesin mobil yang berisik membuat obrolan mereka berhenti, Veloz datang membawa banyak tumpukan keranjang anggur.
"Cepat turunkan! Kalian lelet sekali!" Teriak Veloz saat melihat para pekerja yang tak cepat mendekati mobilnya untuk menurunkan keranjang-keranjang itu.
"Dia itu galak dan kasar, makanya tak ada gadis yang mau sama dia di sini," Ucap Toby mengomentari Veloz.
"Kau membicarakan ku Toby!" Sela Veloz saat melihat Toby berbisik pada Fayola.
"Tidak, kau itu selalu berpikir buruk tentangku Veloz." Elak Toby sambil bicara tangannya sambil bekerja.
"Ck, aku dengar jadi jangan sekali-kali kau bicara jelek tentangku kalau kau tidak ingin aku nikahkan dengan janda cerewet itu,"
Toby mendelikkan matanya, janda tua yang dimaksud Veloz adalah Moli yang bermulut pedas jika bicara padanya.
Sedangkan Fayola hanya geleng kepala dengan bibir tersenyum.
Semakin siang memang semakin sibuk, Fayola boleh datang sedikit telat dari pekerjaan lainya, tapi wanita itu pulang paling terakhir karena menunggu semua benar-benar selesai. Dan siang ini Fayola sampai melewatkan makan siangnya yang membuat wanita itu sedikit merasa pusing.
Fayola sedikit memijat pelipisnya yang terasa berdenyut, belum lagi rasa tidak enak pada perutnya yang semakin naik.
Emphh
Fayola menaruh buku dan penanya sambil berlalu pergi dengan menutup mulut, perutnya tiba-tiba bergejolak.
Huekk
Fayola menunduk memuntahkan isi perutnya, beberapa pekerja yang melihat hanya saling pandang mereka semua laki-laki disana tentu saja tidak berani mendekat apalagi sudah diancam oleh Veloz.
"Angeline, kau kenapa!" Toby yang sedikit akrab dengan Fayola mendekati gadis itu.
"Um, tidak apa. Aku hanya mual," Jawab Fayola lemah.
Saat berbalik Toby agak terkejut melihat wajah pucat Fayola.
"Kau sakit?"
Fayola menggeleng lemah, pandanganya tiba-tiba buram hingga membuatnya tak bisa menahan tubuhnya sendiri.
Bugh
*
*
Brak
Hansel menatap Calvin yang berdiri diambang pintu dengan tatapan dingin. Hansel hanya tersenyum tipis melihat putranya yang semakin tak bisa ia kenali.
"Kau ingat ayah mu ini," ucap Hansel sambil menghembuskan asap rokok dari mulut dan hidungnya.
Calvin berjalan mendekat dan duduk didepan Hansel yang memasang wajah santai.
"Ben, ambilkan anggur terbaik kelurga," kata Hansel pada Ben yang berdiri di belakangnya.
Ben hanya mengangguk dan pergi mengambil apa yang tuanya inginkan, sedangkan Calvin memilih duduk dengan wajahnya yang masih datar seperti tembok.
"Apa aku sudah berhasil membuatmu kembali sadar," Hansel tersenyum tipis tanpa menatap Calvin yang memiliki tatapan tajam.
Sedangkan Calvin sendiri memilih duduk diam tanpa ekspresi, auranya yang dingin membuat suasana sunyi semakin mencekam, mungkin jika bukan Hansel yang berada didekatnya orang itu sudah duduk kaku dengan wajah bekunya.
"Di mana kau menyembunyikan," Tanya Calvin dengan nada rendah namun tersirat akan sebuah ketegasan.
"Jauh, seperti yang pernah aku lakukan,"
Calvin mengepalkan kedua tangannya di atas kakinya, rahangnya mengeras tatapan matanya semakin menghunus tahan Hansel, ayahnya.
"Sudah kukatakan jika wanita adalah sebuah kesalahan, kau masih saja menggunakan hatimu untuk hal bodoh seperti itu,"
Fyuhhh
Hansel menghembuskan asap dengan santainya tanpa peduli dengan perubahan ekspresi Calvin.
"Tanpa wanita, kau tidak akan memiliki anak pria tua sialan!" Desis Calvin geram.
Hansel tertawa sumbang, hingga membuat kedua matanya menyipit.
"Ya, karena itu aku menyalahkan wanita sebagai kehancuran seorang pria. Karena wanita bodoh seperti mereka kami para pria seperti mesin yang hanya bisa mereka operasikan. Percayalah wanita hanya akan membuat kita lemah,"
"Cih," Calvin berdecih, berdiri dari duduknya Calvin pergi, namun sebelum pergi pria itu mengatakan sesuatu hal yang membuat Hansel tersulut emosi.
"Sepertinya dia lebih baik mati dari pada harus hidup dengan pria kejam seperti mu,"
*
*
"Kau sudah bangun," Elin berdiri di sisi ranjang Fayola berbaring.
"Aku, dimana?" Fayola memegangi kepalanya yang masih berat, ia berusaha untuk duduk.
"Kau ada di klinik perkebunan, tadi Toby yang membawamu kerena pingsan," Tutur Elin.
Wanita itu menatap lamat-lamat Fayola dengan intens, penjelasan dokter tadi cukup membuat Elin terkejut jika wanita ini sedang hamil.
"Kau hamil Anggeline,"
Deg
"Kata dokter sudah tiga Minggu,"
Fayola diam, tidak merespon ucapan Elin.
Hamil
Aku hamil..
Anak pak Calvin
Fayola tak bereaksi membuat Elin kesulitan melihat reaksi Fayola.
"Keluarlah, aku ingin sendiri," ucap Fayola tanpa melihat Elin.
"Tapi-"
"Aku mohon," Lirih Fayola sambil menatap Elin dengan tatapan memohon.
Elin mengangguk, "Baiklah, kalau ada apa-apa kau panggil saja aku," Elin pun meninggalkan Fayola sendiri diruangan itu.
Melihat Elin sudah tak ada, Fayola menundukkan kepalanya menatap perutnya yang masih datar.
"Aku hamil," lirihnya dengan suara tercekat.
Besar kemungkinan jika dirinya bisa hamil, karena selama ini Calvin tak pernah menggunakan pengaman ataupun dibuang diluar saat mereka bercinta. Sedangkan Fayola tak pernah mengkonsumsi ataupun menggunakan alat kontrasepsi. Dan yang dia katakan dengan Calvin dulu adalah bohong, Fayola bohong mengaku pada Calvin jika dirinya menggunakan alat kontrasepsi.
Hink...Hiks...
"Kenapa kau hadir saat aku hanya sendiri," Sesak Fayola sambil memeluk perutnya yang masih rata.
Tak bisa ia bayangkan dirinya akan melaluinya sendiri, Fayola tak membayangkan akan hamil benih Calvin sang dosen.
"Aku hamil pak, aku hamil anakmu," Lirih Fayola dengan terisak pilu.
Ruangan sunyi itu hanya terisi Fayola yang menangis, menangis karena mendapatkan sosok malaikat kecil di saat kondisinya seperti ini.
"Aku akan menjaganya, meskipun tidak ada kamu. Aku akan menjaganya."
Fayola merasakan sesak didada, bibirnya tersenyum namun kedua matanya menangis. Hidupnya tak baik-baik saja, dan sekarang ada sosok yang tumbuh dalam dirinya, Fayola harus menjaganya dengan baik.
Sedangkan diluar, Elin tampak berpikir keras. Bayi siapa yang Fayola kandung, apakah itu bayi Calvin atau orang lain.
Elin merasa dilema, antara diam atau memberi tahu pada majikanya.
"Dia gadis baik, tak sepantasnya mendapatkan semua ini," batin Elin.