NovelToon NovelToon
Bukan Istri Kedua

Bukan Istri Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Lari Saat Hamil / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Obsesi / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Widia

Hidup tak berkecukupan, memaksakan Alana mengubur impiannya untuk berkuliah. Dia akhirnya ikut bekerja dengan sang ibu, menjadi asisten rumah tangga di sebuah rumah cukup mewah dekat dari rumahnya. Namun masalah bertubi-tubi datang dan mengancam kehidupan dirinya dan sang ibu. Dengan terpaksa dirinya menerima tawaran yang mengubah kehidupannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Widia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Milikku

Pertengkaran yang terjadi di rumah sakit, membuat Aravind melangkahkan kaki keluar dari kamar rawat sang mertua. Rasanya lelah dengan yang terjadi pada rumah tangganya akhir-akhir ini.

Dalam perjalanan pulang, pikiran Aravind hanya tertuju pada satu wanita. Alana, wanita yang lembut dan tenang itu bagaikan rumah baginya. Satu bulan menjalin pernikahan kontrak, membuatnya sadar jika kebersamaan dengan Alana adalah hal yang di cari oleh Aravind dalam rumah tangganya.

"Alana!" Panggil Aravind saat dirinya sampai di rumah keduanya. Namun, wanita yang kini telah mencuri hatinya perlahan itu tak kunjung keluar.

Aravind mencarinya sampai ke tiap sudut ruang, namun tak ada sama sekali jejak Alana.

"Kemana dia, tak mungkin kan jika dia melarikan diri dari sini," ucap Aravind nampak gusar saat tak melihat Alana di manapun.

Tepat saat dia keluar, dari kejauhan sebuah taksi terparkir dari depan gerbang rumahnya. Keluar seorang gadis berambut panjang yang mengenakan gaun selutut berwarna ivory dan juga sepatu hak setinggi 5 senti berjalan masuk ke dalam rumah.

"Mas Aravind?" Gumam Alana yang terkejut melihat suami kontraknya sedang berdiri sambil menatapnya dengan tatapan dingin.

"Dari mana kau? Sekali ku izinkan keluar, bukan berarti kau bisa semaunya keluar tanpa memberitahuku," ucap Aravind di sertai amarah karena melihat Alana keluar tanpa izinnya.

"Aku ke kostan ibu, dia ingin bertemu denganku," jawab Alana yang tak berani membalas tatapan Aravind.

"Dengan tampilan seperti ini? Seperti orang sedang berkencan?"

Alana mengangkat wajahnya, karena yang dia katakan adalah kebenaran jika sang ibu ingin bertemu dengannya. Lalu memberikan bukti pada Aravind dengan menunjukan pesan di ponselnya.

Aravind tak bisa lagi mengkonfrontasi, dia pun meminta Alana masuk ke dalam rumah. Di susul olehnya di belakang. Namun tepat saat Alana akan membuka sepatu, Aravind mengangkat tubuh gadis itu.

Pria itu menggendong tubuh Alana ke dalam kamar, tempat mereka melakukan ritual asmara setiap malam. Alana di lemparkan ke atas ranjang, dan Aravind mengungkung tubuh gadis itu sambil menggenggam pergelangan tangan Alana dengan kuat.

"Aku tak mau kau keluar rumah secantik ini. Cukup aku yang boleh menikmati keindahanmu, Alana."

Pujian yang di keluarkan Aravind membuat Alana ketakutan. Ada rasa haus, ingin memiliki, dan juga obsesi dari cara pria itu bicara dan menatapnya.

"Mas, tolong lepas. Tanganku sakit," mohon Alana yang semakin kesakitan karena genggaman Aravind. Namun pria itu tak bergeming, tubuhnya mengungkung Alana agar gadis itu tak bisa lepas darinya. Kepala pria itu bergerak, dengan bibirnya yang terus menjelajah dan mengecup leher jenjang Alana.

Ritual asmara pun terjadi, tak ada jeda bagi Alana karena kebrutalan pria yang sedang di liputi amarah itu. Dirinya hanya bisa menangis, karena penolakannya pun tak di gubris oleh putra dari mantan sang majikan.

Alana segera berlari ke kamar mandi, membersihkan seluruh tubuhnya di bawah air yang mengalir dari shower. Tangisan dan jeritannya tak terdengar oleh Aravind karena tertutup suara gemericik air.

Walau tak sesakit saat pertama kali, namun malam ini justru membuat Alana tahu jika Aravind hanyalah monster mengerikan yang bisa kapan saja menghancurkannya karena amarah.

Aravind merasa janggal, karena Alana tak kunjung keluar dari dalam kamar mandi. Pria itu terus mengetuk pintu, namun tak ada jawaban.

Brakk!

Pintu terbuka saat Aravind mendobraknya. Dilihatnya Alana yang tak sadarkan diri di bawah gemericik air.

•••

Revan yang sudah bersiap untuk tidur, seketika tersenyum mengingat pertemuan dengan Alana siang tadi. Wajahnya, senyumnya, dan juga semua yang dipakai oleh Alana membuat wanita itu nyaris sempurna di matanya.

Perubahan Alana yang semakin dewasa, membuat Revan ingin memiliki gadis itu. Tak ingin mengulur waktu lagi seperti dulu, Revan berencana untuk mengajak gadis itu menjalin hubungan bersamanya.

"Alana, aku tak akan membiarkanmu pergi lagi dari hidupku," gumamnya sambil memejamkan mata.

Ponselnya berdering, di lihatnya kontak yang sama sekali tak diinginkannya memanggil. Revan mengangkat panggilannya, walaupun dia sangat membenci si penelepon.

"Revan, papa harap kamu datang ke rumah sakit. Mama Sari, dia sedang dalam keadaan kritis," ucap si penelepon yang mengharapkan kedatangan putranya.

"Siapa mama Sari? Mamaku hanyalah Ivana, dan tak ada yang bisa menggantikan. Lagipula itu bukan urusanku, dan itu juga karma baginya karena menghancurkan keluarga orang lain," jawab Revan dengan nada emosinya. Dia segera menutup panggilan dari Rudy, yang ternyata ayah kandung Revan.

Revan yang sudah ingin memejamkan matanya, merasa kesal karena gangguan dari orang yang sudah meninggalkannya demi wanita dan juga anak perempuan yang bukan darah dagingnya. Dia pun membuka galeri dan melihat beberapa foto sang ibu saat dirinya kecil dan beberapa hari sebelum sang ibu meninggal.

"Ma, maafkan aku yang masih belum bisa mengabulkan keinginan mama agar aku bisa berdamai dengan papa. Aku masih tak bisa menerima semua perlakuan papa, gundik dan juga anak tirinya yang menyebalkan itu," ucapnya menahan tangis sambil menatap lama fotonya dan sang ibu saat di New York.

Revan yang tak bisa tidur, melihat-lihat isi galeri foto di ponselnya. Banyak sekali kenangannya bersama sang ibu yang hanya berdua tanpa sang ayah, namun terselip satu foto yang membuatnya mengembangkan senyum. Fotonya bersama Alana di salon tiga bulan lalu yang di abadikan oleh Sita.

"Ma, mungkin aku sekarang memiliki tujuan untuk hidup. Gadis itu, bernama Alana. Dan aku sangat menyukainya. Aku harap mama merestui hubunganku dengannya."

Namun, ada gejolak aneh dalam hati Revan. Dia merasa jika Alana sedang tak baik-baik saja. Pria itu pun mengirim pesan pada ponselnya, yang ternyata tak terkirim.

"Mungkin dia sedang tidur," ucapnya tanpa tahu jika keadaan Alana sedang tak baik saja.

Gadis itu di bawa ke rumah sakit yang berbeda dari tempat Sari di rawat. Aravind tak ingin beresiko jika seseorang yang dia kenal melihatnya tengah membawa perempuan lain.

"Nona Alana mengalami stress dan trauma berat. Kondisi psikisnya berpengaruh pada fisiknya yang juga lemah. Untuk malam ini dia harus di rawat, dan besok bisa pulang."

Penjelasan dokter membuat Aravind kebingungan, karena selama ini Alana terlihat baik-baik saja di hadapannya. Pria itu menatap Alana yang terbaring lemah, dan menggenggam tangan gadis yang begitu dingin karena lama tak sadarkan diri di bawah tetesan air shower.

"Malam ini aku memang sedikit keterlaluan, aku memaksanya di saat dia sudah ada di posisi terlemah. Tapi aku melakukan itu sebagai hukuman karena kau berbuat semaumu tanpa izin ku. Karena kau milikku Alana, milikku."

Aravind mulai jujur dengan perasaannya pada Alana, rasa ingin memiliki gadis itu lebih besar di banding mengharap anak yang bahkan belum tumbuh dalam rahimnya.

1
Randa kencana
Ceritanya sangat menarik
Fitri Widia: Terima kasih 🥺🙏
total 1 replies
partini
waduh waduh imbalannya tempik
partini
ibunya lagi main kah
partini
good
Fitri Widia: terimakasih 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!