bercerita tentang seorang gadis buruk rupa bernama Nadia, ia seorang mahasiswi semester 4 berusia 20 tahun yang terlibat cinta satu malam dengan dosennya sendiri bernama Jonathan adhitama yang merupakan kekasih dari sang sahabat, karna kejadian itu Nadia dan Jonathan pun terpaksa melakukan pernikahan rahasia di karenakan Nadia yang tengah berbadan dua, bagaimana kelanjutan hidup Nadia, apakah ia akan berbahagia dengan pernikahan rahasia itu atau justru hidupnya akan semakin menderita,,??? jangan lupa membaca 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qwan in, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
Dewi berdiri di ambang pintu, tubuhnya ramping dibalut blazer gelap, rambutnya tergerai sempurna, dan wajahnya bersih tanpa cacat. namun dingin, sangat dingin. Wajah itu tak lagi memancarkan kehangatan sahabat. Yang tampak sekarang hanyalah topeng kehancuran dan niat jahat yang tersembunyi selama ini.
Ia berjalan mendekat, tumit sepatunya menghantam lantai setiap langkah. Joni memberi jalan, menunduk singkat sebelum mundur ke pojok ruangan, membiarkan Dewi mengambil alih.
“Kukira kau akan lebih hati-hati, Nad,” ucap Dewi sambil berjongkok di depan Nadia. Tatapannya menusuk.
“Kau terlalu mudah terpancing emosi. Terlalu percaya pada siapa pun... bahkan pada aku.”
Nadia menatapnya tajam.
“Kau yang mengatur ini semua?” desisnya.
“ tapi kenapa,? Bukankah kita bersahabat,?"
Dewi terkekeh pelan, kepalanya sedikit menunduk. Tawa itu bukan tawa bahagia. Itu tawa getir, penuh luka yang terlalu lama terkubur.
“Bersahabat?” gumamnya, lalu menatap Nadia lagi dengan mata yang kini berkilat marah. “Tahukah kau, Nad, apa rasanya kehilangan seseorang yang kau cintai lebih dari dirimu sendiri?”
Nadia mengernyit, bingung. Tapi ia tetap tak menjawab.
Dewi berdiri perlahan, tubuhnya gemetar meski ia berusaha terlihat tegar.
“Kakakku,” katanya, suaranya rendah tapi jelas, “adalah segalanya bagiku. Dia seperti ibu sekaligus teman. Dia wanita paling lembut yang pernah kau temui… dan dia hancur karena satu orang. Karena satu lelaki bajingan yang kini menjadi suami mu.”
Nadia terpaku. Jantungnya mulai berdetak lebih cepat. "Jonathan…?"
Dewi menatap lurus ke arahnya, tidak berkedip.
“Namanya sintia.” lanjut Dewi.
“Dia mengandung anak Jonathan. Tapi tahu apa yang Jonathan lakukan? Dia meninggalkan nya. Seperti sampah. Kakakku menanggung semuanya sendiri. rasa malu, rasa takut… dan akhirnya, ia mengakhiri hidupnya bersama bayi dalam kandungannya. Dan dunia melupakannya begitu saja.”
Air mata menggenang di mata Dewi, tapi tak satu pun jatuh. Ia sudah terlalu lama menangis. Kini hanya ada kemarahan yang membatu.
“Aku berjanji, Nad… aku akan menghancurkan siapa pun yang berada di dekatnya, Termasuk kamu.”
Nadia menggertakkan giginya, tubuhnya menegang.
“Dia tidak tahu, Dewi! Dia tidak pernah tahu sintia mengandung."
“DIA TAHU!” teriak Dewi tiba-tiba, membuat Joni yang berdiri di pojok ruangan tersentak, nyaris menjatuhkan ponsel di tangannya.
"Kau tahu, Nadia… sudah lama aku menantikan hari ini. Hari di mana aku bisa membalaskan dendam kakakku." Suara Dewi kini berat dan penuh bara.
Matanya menatap Nadia dengan kebencian yang mencekam, seperti nyala api yang tak bisa dipadamkan.
“Bertahun-tahun aku hidup dengan luka itu, menggenggam amarah ini sendirian. Aku menyelinap dalam hidupnya . Menjalin hubungan dengan nya, menahan semua rasa jijik setiap kali tangan kotornya menyentuh ku.”
Ia menarik napas panjang, seolah berusaha menahan sesuatu yang nyaris meledak.
“Hingga akhirnya… dia masuk ke dalam genggamanku. Aku tahu kelemahannya. Dan sekarang, aku ingin dia menebus dosanya pada Sintia. Setiap detiknya.”
Dewi melirik tajam ke arah Joni. “Ambil kameranya.”
Joni, meski tampak ragu, menuruti perintah itu. Ia mengambil sebuah kamera kecil dari dalam tas dan menyerahkannya pada Dewi. Dewi meletakkannya di atas meja, mengarah tepat ke wajah Nadia yang kini mulai pucat.
“Kau tahu apa rencanaku?” tanya Dewi dingin sambil menyalakan kamera. Lampu merah kecil di sudutnya mulai berkedip.
“Aku akan merekam semuanya. Setiap detik dari penderitaanmu, Nad. Dan kemudian… kukirimkan langsung pada Jonathan. Aku ingin melihat wajahnya ketika dia menyadari bahwa orang yang tengah mengandung anaknya… kini menderita seperti kakakku dulu.”
Nadia mencoba melawan, menggeliat, tapi tangannya masih terikat kuat di kursi. Napasnya memburu, matanya menatap Dewi dengan ketakutan yang tulus.
“Dewi… jangan lakukan ini. Aku tidak bersalah... Aku tidak tahu apa pun…”
Dewi mendekat, menyentuh pipi Nadia dengan ujung jarinya.
“ apa sekarang kau mencintainya, Nad. Mencintai laki-laki yang telah menghancurkan hidupmu. Tapi sekarang, kau akan menjadi pesan bagi dia. Sebuah pesan yang tak bisa diabaikannya.”
Kemudian ia menoleh ke Joni. “Setelah selesai… pastikan dia menerima rekamannya. Dan katakan padanya: kalau dia ingin menyelamatkan nyawanya yang berikutnya, datanglah sendiri. Tanpa polisi. Tanpa siapa pun. Hanya dia dan dosanya.”
Joni mengangguk pelan, tak berani membantah. Sementara itu, Nadia hanya bisa menunduk, tubuhnya gemetar. Di benaknya, satu nama terus berulang. Jonathan.
Sementara kamera terus merekam, Dewi berdiri di hadapan Nadia, mengamati setiap detail ketakutan yang terpancar dari wajah sahabat lamanya itu. Ia menghela napas panjang, lalu berbalik.
"Matikan lampu utama, Joni," ucapnya pelan tapi tegas.
Ruangan seketika redup. Hanya satu lampu sorot kecil dari sudut ruangan menyinari wajah Nadia, menjadikannya tampak seperti tahanan dalam interogasi.
Dewi mengambil ponsel dari sakunya, merekam sepenggal video singkat—dari wajah pucat Nadia, lalu mengarahkannya pada perut wanita itu yang mulai membesar.
"Jonathan," ucap Dewi ke arah kamera dengan nada yang dingin. “Kau ingat wanita yang dulu kau tinggalkan begitu saja? Yang mengandung anakmu dan akhirnya bunuh diri karena tak sanggup menanggung rasa malu? Namanya Sintia. Kakakku.”
Dia berhenti sejenak, menatap ke arah Nadia yang menggigit bibirnya menahan tangis.
“Sekarang, wanita ini… istrimu, mengandung juga. Bayi milikmu. Dan seperti dulu, kau akan kehilangan semuanya. Tapi kali ini, kau harus menyaksikannya.”
Dewi mengakhiri rekaman itu, lalu mengirimkannya langsung ke nomor Jonathan dengan satu pesan singkat:
“Datang ke alamat yang akan kukirim. Sendirian. Atau dia mati. –Dewi”
...
Jonathan yang saat itu berada di markas bersama beberapa anak buahnya tengah sibuk melacak keberadaan Nadia, yang diketahui menghilang secara misterius saat berada di taman kota bersama Alex.
Saat ia tengah memeriksa rekaman CCTV dari taman tersebut, ponselnya tiba-tiba bergetar. Sebuah pesan video masuk, menampilkan sosok Nadia yang terlihat lemah dan terikat, matanya memohon pertolongan.
Jonathan membeku. Matanya tak berkedip menatap layar ponsel. Jemarinya menggenggam perangkat itu begitu erat hingga buku-bukunya memutih. Suara detak jantungnya terasa menggema di kepala. Wajah Nadia yang penuh ketakutan, tubuhnya yang terikat, dan kalimat terakhir Dewi dalam video itu. semuanya menghantam dadanya seperti palu godam.
Anak buahnya yang lain mulai menyadari perubahan ekspresi Jonathan.
“tuan… ada apa?” tanya salah satu dari mereka dengan hati-hati.
Namun Jonathan tidak menjawab. Ia memutar ulang video itu, memastikan apa yang dilihatnya bukan ilusi. Ketika suara Dewi mengucapkan nama Sintia, jantung Jonathan seperti dicengkeram oleh rasa bersalah yang sudah lama dikubur.
“Sintia…?” gumamnya pelan.
Seketika semua kepingan puzzle yang terpecah selama bertahun-tahun mulai menyatu. Kematian Sintia, kepergiannya yang tiba-tiba, dan kabar buram soal kehamilan itu… kini jelas. Dan yang lebih mengerikan, Dewi. kekasih hatinya. Sahabat Nadia. adalah adik perempuan Sintia. Dan ia telah merencanakan balas dendam ini sejak lama.
Jonathan menghempaskan ponselnya ke meja.
“Persiapkan mobil. Sekarang,” perintahnya tegas, nadanya berubah dingin dan penuh kemarahan.
“tuan. tapi video itu bilang...”
“AKU BILANG SEKARANG!” bentaknya, membuat seluruh ruangan hening.
mungkinn
jgn bodoh trlalu lm jo.... kekuasaan jga hrtamu slm ini tk mmpu mngendus jejak musuhmu yg trnyata org trsayangmu🙄🙄
klo nnti nadia bnyak uang.... bkalan balik lgi tuh wujud asli nadia....
krna sejatinya nadia dlunya cantik... hnya krna keadaan yg mmbuat dia tak mungkin merawat dirinya....
jdi kurang"i mncaci & merendhkn ibu dri ankmu....