Eva Calista, seorang siswa jenius berusia 17 tahun, terjebak dalam sebuah cerita novel yang membuatnya tertarik. Saat membaca tentang penindasan yang dilakukan protagonis terhadap antagonis, Eva merasa tidak tahan dan tertidur karena kelelahan.
Namun, saat terbangun, Eva menemukan dirinya berada di tubuh antagonis saat masih bayi. Ia tidak mengerti apa yang terjadi, tetapi ada sebuah sistem yang muncul dan menjelaskan bahwa Eva telah bereinkarnasi ke dalam cerita novel.
Sistem tersebut memberitahu Eva bahwa ia harus mengarungi peran sebagai antagonis dan mengubah jalannya cerita. Eva harus menggunakan kecerdasan dan kemampuan analitisnya untuk memahami sistem dan mengubah nasibnya sebagai antagonis.
Dengan sistem yang menemani dan membantu, Eva mulai menjelajahi dunia cerita novel dan menghadapi tantangan-tantangan yang ada. Apakah Eva bisa mengubah jalannya cerita dan menjadi antagonis sejati? Cerita ini akan membawa Anda ke dalam petualangan yang menarik dan penuh kejutan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyelir 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18
Di Kelas
Suasana di kelas hening. Semua siswa menatap ke arah siswa baru yang dibawa oleh guru mereka.
"Baiklah anak-anak mari kuta berkenalan dengan murid baru. Silahkan, nak!" guru pun mempersilahkan siswa itu.
"Perkenalkan, saya Erika Callista. Saya berasal dari desa Caguran."
Semua terkejut saat mendengar identitas dari murid baru itu. Kecuali Reva dan teman-temannya yang sempat mengetahui identitas Erika.
Reva menatap ke arah Erika. Dirinya yakin bahwa Erika hadir sebagai dampak perbuatannya yang mengubah alur. Dirinya ingat, karakter Erika tidak pernah hadir secara nyata dalam novel. Dan saat ini, karakter Erika berdiri dihadapannya.
"Lo kenapa lihatin dia kayak gitu?" tanya Laila yang curiga dengan tatapan Reva.
"Tidak masalah. Hanya ingin waspada saja," ujar Reva
Mendengar itu, tentu saja Laila paham. Apalagi Erika yang dijumpai Reva dan Aura saat itu adalah Erika yang dikatakan orang gila oleh warga setempat bahkan dari penampilan memang mendukung. Namun sekarang, Erika berdiri dengan santai dan tegak serta rapi. Bahkan Erika terkesan misterius dimatanya.
"Mau gue lacak?" tawar Laila
"Boleh, jika bisa."
"Ternyata anak kampung. Terus gimana lo bisa sekolah disini, anak kampung!" ejek salah satu siswa di kelas yang mendengar identitas Erika
"Saya mendapatkan bantuan dari keluarga Quinlan. Adik saya ternyata adik beliau, jadi mereka ingin balas budi," jelas Erika yang mampu menuai tertawaan dari yang lain.
"Ternyata numpang hidup enak guys sama adik angkatnya!" ejek salah satu siswa bernama Dina
"Bodoh," lirih Cia yang masih bisa di dengar Reva dan Laila yang duduk di depannya.
"Dia memang bodoh," ejek Aura
"Sepertinya, kelompok lebah pengganggu akan mendapatkan mangsa baru," ujar Laila yang mulai merasa pusing karena memikirkan kejadian tak mengenakkan kedepannya.
"Tidak hanya lebah. Lihat, kucing garong itu udah kelihatan lapar," ujar Cia yang menunjuk ke arah Jessika yang menyeringai bersama 3 temannya.
"Kucing lapar melihat ikan. Bukankah mereka tak mungkin menolak," komentar Aura
"Tapi sepertinya dia tak akan kalah dari para croco itu," ujar Reva yang mampu dengan baik menilai seseorang. Di mata Reva saat ini, Erika tak selemah itu untuk selalu dilindungi.
Jika di kelas Reva terjadi kegaduhan karena mereka satu kelas dengan anak miskin, maka berbeda dengan kelas milik Mason.
"Halo semuanya. Namaku Ellianore Quinlan, salam kenal semuanya." Perkenalan itu di sambut dnegan meriah. Apalagi mendengar nama belakang yang bersanding di belakang namanya.
"Halo ellie, sama kenal," ujar semua orang dengan serempak.
"Lo dari keluarga Quinlan?" tanya Hani
"Ya, saya adalah putri mereka." Sontak semua terkejut mendengar itu. Mereka berpikir sejak kapan putri keluarga itu tiba-tiba masuk begitu saja. Kemudian satu per satu mengajukan pertanyaan, dan tentu saja guru itu dengan cepat menghentikannya.
"Anak-anak diam semuanya!" teriak guru itu untuk menghentikan suara muridnya.
"Baiklah, sekarang sudah damai," ujar bu kades
"Ellie, kamu bisa duduk di samping Hani. Hani, bisakah kau mengangkat tangan agar Erika tau posisimu,"
Dengan senang, tentu saja wangi dengan segera mengangkat tangannya.
Kelas Reva
Suasana kelas yang awalnya biasa berubah menjadi mencekam. Guru pengajar menatap tajam para siswa saat mereka secara terang-terangan di hadapannya.
"Kami nggak mau bu, satu kelas dengan anak art di kelas kita bu,"
"Tidak, bu. Kami tak ingin satu kelas dengan anak art itu!"
"Benar, anak elit kayak gitu bergaul dengan anak itu!"
Semua orang memaki Erika yang hanya memberanikan memperkenalkan dirinya sendiri, apa adanya.
"Anak-anak, bisa diam sebentar," ujar Bu Mila selaku wali kelas mereka mencoba melerai mereka dalan pemberian hukuman. Hukuman sesuai dengan perbuatan.
"Jika kalian tidak bisa diam sekarang, semuanya lari putaran!!!!" bentak guru itu
Seketika, semua hening kembali.
"Kamu bisa duduk di pojok sana. Gapapa ya duduk sendiri,"
"Gapapa bu," Erika berjalan ke arah tempat duduk yang dimaksud.
'Siapa dia sebenernya? ' batin Reva saat melihat Erika berjalan melewatinya tanpa rasa canggung sedikitpun