Dark Knight

Dunia dilanda kepanikan, semua orang terlihat bingung apa yg harus mereka lakukan dengan World blessing di tangan mereka. Sampai siaran darurat dari pemerintah membuat mereka sedikit lebih tenang.

Dalam siaran tersebut, pemerintah mewajibkan semua penduduknya untuk menyerahkan world blessing di tangan mereka pada pihak berwenang dengan begitu pemerintah mampu mengatur sistem pertahanan untuk melindungi semua orang.

Orang orang dengan pengetahuan rendah dan hanya bisa bergantung pada orang lain dengan mudah percaya. Mereka berbondong bondong menyerahkan World blessing pada pihak pemerintah.

Tetapi orang yg lebih cerdas menggunakan uang dan harta benda untuk membeli world blessing di tangan orang lain karena mereka tahu jika World blessing memiliki nilai yg lebih tinggi dari sebongkah emas nantinya.

Pemerintah sendiri tidak bisa menghentikan hal itu karena mereka sendiri sedang sibuk memikirkan cara menjaga kedaulatan dan otoritas mereka di masa depan.

Mereka tahu dengan sistem world blessing yg tiba tiba muncul, otoritas dan aturan pemerintah akan sangat melemah. Cara satu satunya untuk memperkuat hal ini adalah meningkatkan kekuatan militer mereka terutama untuk orang orang khusus yg sudah terbangkitkan inti force.

Jadi cara terbaik bagi pemerintah adalah mengendalikan Elvin dan timnya agar mau bekerja loyal terhadap pemerintah dengan cara apapun.

Sesaat setelah world blessing di bagikan, sebuah layar hologram muncul di atas langit. Sebuah hitung mundur dengan waktu kurang dari 24 jam menyiratkan jika semua orang memiliki waktu kurang dari 24 jam untuk melakukan persiapan sebelum invasi jahat benar benar masuk ke bumi.

"Sudah kuduga, dunia ini menggunakan cara seperti ini untuk mempersulit dewa jahat menginvasi bumi tanpa harus melanggar aturan dunia. Sistem yg adil, memberi semua orang kesempatan untuk merebut milik orang lain sama seperti apa yg dewa jahat lakukan selama ini." Gumam Nolan sambil menatap jam hidung mundur di atas langit yg menunjukan angka 22:50:03

"Kak, orang orang mulai berkumpul di depan gerbang pintu. Apa aku harus membuka gerbang?" Ujar Nadia yg melihat titik titik abu abu yg berkumpul di depan wilayah mereka melalui layar pemantauan sistem.

"Tidak perlu, biar aku yg keluar." Nolan melompat ke atas tembok dan bersiap untuk turun tetapi sebuah penghalang tak kasat mata menghantam wajah Nolan, membuatnya kembali terjatuh di atas tembok.

"Pfftt...." Nadia tak bisa menahan tawa, dia tertawa lepas sambil berkata pada Nolan. "Pagar itu hanya tampilan saja, nyatanya seluruh wilayah kita di bungkus oleh perisai tak kasat mata dari atas hingga bawah tanah. Kita bagai di dalam sebuah telur tak kasat mata, kecuali aku setuju maka kakak tidak bisa keluar atau masuk."

Nolan berkedut kesal. "Kenapa tidak katakan dari tadi?"

"Kak Nolan gak nanya, weee..." Nadia menjulurkan lidahnya, memberi ejekan centil sebelum mengirim Nolan keluar.

Kemunculan Nolan membuat semua penduduk desa yg berkumpul terkejut, mereka melangkah mundur secara tak sadar. Baik tua maupun muda sambil menggenggam world blessing di tangan mereka.

"Jangan tegang, katakan saja tujuan kalian berkumpul di sini."

Mereka saling menatap sebelum kepala desa melangkah maju. "Kami melihat sosok bersayap terbang di atas langit untuk mengumpulkan hal hal di tangan kami. Kami yakin itu pasti Gek Nadia karena dia datang dari arah rumah mu dan setelah itu rumah mu berubah jadi seperti ini."

"Tujuan kami adalah memberikan hal ini padanya sebagai ganti perlindungan darinya."

"Kalian benar, itu memang Nadia tetapi aku menolak keinginan kalian." Semua orang terkejut dan Nolan kembali melanjutkan kata katanya. "Hidup kalian adalah tanggung jawab kalian, kami tidak mau repot mengurus hidup kalian."

"World blessing di tangan kalian juga kesempatan kalian untuk bertahan hidup atau kalian bisa menyerahkannya pada pemerintah dan mendapat bantuan dari mereka tapi aku yakin bantuan itu akan datang setelah kalian menjadi mayat."

"Jadi pilihan kalian hanya satu yaitu berjuang, jika kalian setuju maka aku akan membimbing kalian agar bisa bertahan hidup dan memberi bantuan yg bisa ku berikan."

"Tapi tidak ada di antara kami yg pandai bertarung." Jawab kepala desa.

"Maka berlatih, tidak manusia yg pandai bertarung sejak lahir, mereka pandai karena latihan. Jika tidak mau maka mati saja dan jangan merepotkan orang lain."

Jawaban cetus itu membuat beberapa orang tidak senang dan memberi tatapan penuh kebencian pada Nolan. Tetapi ada juga yg setuju dengan Nolan, mereka melangkah maju dan berkata.

"Bli Nolan, apa yg harus saya lakukan?" Tanya pak Parta, salah satu kepala keluarga yg bekerja sebagai petani.

"Berapa jumlah keluarga mu?" Tanya Nolan.

"Dua orang tua, satu istri dan 2 anak." Jawab Parta.

"Ditambah pak Parta jadi ada 6 world blessing." Parta mengangguk dan Nolan kembali melanjutkan. "Gabungkan semua world blessing dan gunakan pada rumah mu dengan cara menempelkannya pada bangunan rumah."

"Saat sistem world blessing aktif, daftarkan semua anggota keluarga pada sistem lalu perluas wilayah sesuai dengan lahan yg pak Parta miliki sampai poin habis. Baru setelah itu datang kembali ke tempat ini untuk membuat afiliasi yg nanti bisa membantu mu."

"Terima kasih bli Nolan" Parta dengan cepat kembali ke rumahnya untuk melakukan apa yg Nolan sarankan.

Setelah itu Nolan kembali berkata. "Caranya sesimpel itu, kumpulkan keluarga kalian jadi satu, pilih satu pemimpin dan lakukan seperti yg ku katakan pada pak Parta."

"Tapi saran ku adalah utamakan keluarga utama yaitu istri dan anak, jika ada orang tua jangan pernah jadikan mereka sebagai pemimpin atau hidup mu akan berbelit belit."

"Jangan berpikir untuk menyatukan keluarga besar hanya demi mendapat jumlah world blessing yg banyak karena di kemudian hari hal itu hanya akan membuat mu repot dalam mengambil keputusan."

"Sisanya terserah pada kalian tapi waktu kita terbatas, 2 jam lagi aku akan menunggu kalian disini, lebih dari itu aku anggap kalian memilih jalan lain." Nolan kembali masuk tanpa peduli wajah keluhan yg mereka tunjukan.

"Bagaimana?" Tanya Nadia.

"Beres." Nolan datar, masuk ke ruang tamu dan melemparkan diri ke sofa empuk kelas atas yg sudah di upgrade.

"Sepertinya akan ada masalah." Nadia duduk di pangkuan Nolan, meringkuk seperti kucing manja sambil memainkan dagu Nolan.

"Akan merepotkan jika tidak ada masalah."

"Kak, aku juga punya masalah."

"Dimana."

"Disini." Nadia meletakan tangan Nolan di perutnya dan perlahan mendorongnya turun kebawah.

Wajah Nolan segera muram dan berkata dengan ragu ragu. "Kapan kamu melepasnya?"

"Kenapa memakainya jika hanya ada kita berdua saja."

Senyum centil Nadia semakin membuat wajah Nolan suram sampai Nadia kembali berbisik di telinga Nolan.

"Ingat kakak sudah tanda tangan dan sekarang adalah hari Rabu, lima menit lagi waktunya bertugas. jadi bersiaplah..."