Aisha Febriani menikahi seorang pria yang belum ia kenal sebelumnya. Sejak kecil ia tinggal di kampung halaman neneknya. Namun setelah ia menginjak usia 19 tahun, ia dijemput oleh kedua orangtuanya dan pindah ke kota.
Di saat yang sama, Aisha dilamar oleh seorang pria tampan yang belum ia kenal. Mereka menikah berdasarkan wasiat ayah pria itu. Tapi, tidak ada yang tahu bahwa ternyata pria itu memiliki seorang kekasih, dan mereka saling mencintai. Namun pria itu juga bersikap baik pada Aisha sampai suatu hari, kejadian tidak terkira membuat Aisha harus menerima penderitaan yang bertubi-tubi.
Aisha, tidak akan pernah menyerah. Meskipun pada awalnya ia tidak mengenal suaminya, tapi ia yakin, ia sudah lebih dulu jatuh cinta pada suaminya sejak pandangan pertama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queisha Calandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24.
Rey merasa kacau, hatinya benar-benar hancur setelah mendengar cerita Aisha. Selama ini apa saja yang ia lakukan? Sampai membiarkan hal buruk terjadi pada Aisha. Ia menyesal membuat Aisha meninggalkannya waktu itu. Kenapa harus Aisha?
Namun, apapun yang terjadi pada Aisha, Rey tidak pernah sedikit pun mengubah perasaannya pada Aisha. Ia tetap ingin Aisha kembali padanya. Ia akan membayar semua kesalahannya pada Aisha dengan menjaga wanita itu dengan baik, membuat hidup Aisha bahagia bersamanya meskipun bagaimana pun caranya.
Rey duduk sendirian di sudut ruangan sebuah cafe, ia sedang menunggu seseorang untuk membahas masalah pekerjaan. Ia tidak tahu kenapa pria tua yang menjadi partner bisnisnya itu membuat janji di tempat yang bagus Rey tidak sesuai itu.
Rey bahkan hampir pergi karena merasa terlalu lama menunggu. Sudah beberapa kali menghubungi lewat telepon dan pria tua itu hanya mengatakan akan segera sampai meskipun sudah lewat dari setengah jam.
"Maaf, nak Rey. Kami terlambat." Suara bariton seorang pria tua membuat Rey muak. Sudah berapa kali pria itu terlambat? Apakah ia orang pertama yang merasa dipermainkan?
"Tidak apa-apa." Jawab Rey, pria itu tersenyum kemudian meminta seorang gadis yang ada di sampingnya untuk ikut duduk di sampingnya.
"Nak, Rey. Perkenalkan ini putri saya, Aileen. Dia putri sulung saya, baru lulus kuliah dan sedang belajar untuk meneruskan bisnis keluarga kami." Ucap Rey. Rey hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Ok, langsung saja ke topik yang perlu dibahas." Ucap Rey.
"Tidak perlu terburu-buru, nak Rey. Niat saya membawa putri saya kesini juga ada maksud lain." Kata Pria tua itu.
"Maksud lain?" Tanya Rey.
"Ehm, jadi begini. Putri saya masih lajang dan cukup cantik. Saya rasa cocok jika disandingkan dengan anda. Saya rasa anda dan juga Aileen bisa saling mengenal satu sama lain dulu." Kata Pria tua itu.
"Saya rasa itu tidak perlu." Jawab Rey mulai mengendus niat pria tua itu.
"Kenapa? Anda belum mencobanya. Selain cantik dan pintar, Aileen juga putri yang penurut." Ucap Pria itu ngeyel.
"Jadi, apakah kerja sama kita harus dilanjutkan atau dibatalkan? Saya tidak punya banyak waktu untuk membahas hal yang sama sekali tidak penting." Kata Rey.
"Baiklah, baiklah. Saya mohon maaf jika kata-kata saya mengganggu anda. Jadi, bagaimana dengan proyek pemandian air panas?" Ucap pria itu itu sambil memberi kode pada putrinya.
Rey dan pria itu mulai membahas proyek mereka, Rey juga tidak ingin membuang waktu untuk membahas hal yang sebenarnya membuatnya malas. Sekarang, harus berurusan pria tua karet yang menyebalkan.
"Baiklah, kalau begitu semu sudah jelas, proyek pemandian air panas akan segera kita mulai Minggu depan. Jika tidak ada hal lain, saya permisi!" Ucap Rey.
"Tunggu, nak Rey, sebagai tanda kerjasama kita dimulai, minumlah sedikit agar kami merasa terhormat." Ucap Pria itu.
Tanpa merasa ragu, karena ingin cepat pulang, Rey meminum minuman yang disediakan pria tua itu.
"Sudah. Saya permisi. Terimakasih!" Ucap Rey kemudian pergi meninggalkan tempat itu.
"Tunggu apa lagi? Susul dia dan dapatkan malam ini juga!" Ucap pria tua itu pada putrinya, Aileen.
"Baik, ayah." Jawab Aileen.
Rey baru akan menginjakkan kakinya keluar dari cafe, namun tiba-tiba kepalanya sangat pusing dan juga wajahnya yang mulai memanas.
"Sial, apa yang sudah mereka berikan?" Gumam Rey Pelan.
"Tuan, Rey. Tunggu!" Ujar Aileen menghentikan langkah kaki Rey. "Anda terlihat kurang fit, bagaimana jika saya mengantar anda pulang. Saya bisa mengemudi." Ucap Aileen. Rey tersenyum sinis dan berdecak pelan.
"Murahan." Batinnya.
"Saya bisa sendiri." Jawab Rey.
"Tapi, anda tidak terlihat baik-baik saja. Bagaimana jika terjadi sesuatu?" Tanya Aileen.
"Itu bukan urusanmu." Jawab Rey kemudian berjalan cepat dan masuk ke mobilnya. Membuat Aileen menghentak-hentakkan kakinya kesal mendapatkan penolakan dari pria meskipun Rey sudah terpengaruh oleh obat perangsang yang sengaja ia campurkan ke minuman Rey.
Sementara itu, Rey tidak tahu sampai kapan ia bisa bertahan untuk tetap sadar, kepalanya semakin berdenyut dan juga sesuatu dalam dirinya siap meledak kapan pun. Jika ia pulang, apakah masih sempat? Apakah tidak akan terjadi apa-apa? Di rumah, ada ibunya, wanita tua itu pasti akan khawatir melihatnya yang seperti itu.
.........
Aisah masih terjaga meskipun hari sudah larut malam, Aisha tidak mengerti kenapa hatinya seakan tidak tenang setelah beberapa hari tidak bertemu dengan Rey. Padahal seharusnya ia merasa lega karena Rey menyerah untuk mendapatkannya kembali. Ia tidak mungkin bersama Rey karena dirinya sendiri sudah ternodai oleh dua orang pria yang menghancurkan hidupnya.
"Tok tok tok.."
Aisha berjingkat kaget mendengar suara pintu rumahnya diketuk. Siapa yang malam-malam bertamu? Apakah orang kurang kerjaan? Tapi, bagaimana jika ternyata perampok dan semacamnya?
"Tok tok tok .."
Ketukan pintu semakin keras dan sering, Aisha berjalan jinjit untuk mengintip terlebih dulu siapa yang dengan kurang ajar mengetuk pintu seperti mengetuk kentongan pos ronda itu.
Saat sampai di depan pintu, ia mendengar suara Rey memanggil namanya dengan suara parau. Ada apa dengan pria itu?
Aisha membuka pintu dan tubuh Rey langsung ambruk ke pelukannya.
"Rey, kamu kenapa?" Tanya Aisha kaget.
"Bantu aku, Aisha! Aku butuh kamu!" Ucap Rey lemah.
"Apa yang bisa aku bantu?" Tanya Aisha. Tanpa menjawab Rey menarik Aisha masuk ke kamar Aisha setelah menendang pintu rumah Aisha sampai tertutup.
"Rey, apa yang kau lakukan?" Protes Aisha begitu Rey mendorong Aisha telentang di atas ranjang dan menindihnya.
"Bantu aku, Aisha. Kumohon!" Ucap Rey.
Aisha tidak sempat menjawab, Rey sudah menyatukan bibir mereka. Meskipun Aisha mengelak dan ingin lepas dari tindihan Rey, pria itu tetap saja menahan Aisha agar tidak bisa lepas dari kunjungannya.
"Kumohon!" Ucap Rey memelas.
Aisha melihat dari sorot mata Rey, pria itu tampak tersiksa. Entah karena apa, yang jelas, Rey begitu tersiksa saat ini. Rey kembali mencium Aisha dan mulai membuka pakaian Aisha dan juga pakaiannya sendiri. Ciuman Rey tidak berakhir disana saja, pria itu menjelajahi wajah, leher hingga dada Aisha dengan bibirnya.
"Rey, hentikan! Cukup! Menyingkirkan!" Ucap Aisha sadar dengan apa yang seharusnya tidak boleh ia lakukan dengan Rey. Ia ingin Rey menjauhinya, sekarang pria itu malah sangat intim dengannya.
"Sebentar saja! Ku mohon Aisha!" Ucap Rey kemudian meloloskan satu-satunya penghalang yang di antara mereka.
"Rey, aku akan membencimu!" Ucap Aisha melihat Rey yang tidak bisa dikendalikan lagi.
Pria itu tampak tidak peduli dengan apapun yang Aisha katakan untuk mengancamnya. Kekuatannya kalah jauh dari Rey. Ia tidak bisa melakukan perlawanan apapun sampai ia pasrah saat Rey ingin melakukan apapun.
Bersambung ....