Follow IG @ersa_eysresa
Bagaimana jika kekasih yang kamu cintai ternyata bermain hati dengan adikmu. Dan di hari pertunanganmu dia membatalkan pertunangan kalian dan mempermalukanmu dengan memilih adikmu untuk dinikahi.
Malu sudah pasti, sakit dan hancur menambah penderitaan Rayya gadis berusia 23 tahun. Gadis cantik yang sudah mengalami ketidakadilan di keluarganya selama ini, kini dipermalukan di depan banyak orang oleh adik dan kekasihnya.
Namun di tengah ketidakadilan dan keterpurukan yang dia alami Rayya, muncul sosok pangeran yang tiba-tdi berlutut di depannya dan melamarnya di depan semua orang. Tapi sayangnya dia bukanlah pangeran yang sebenarnya seperti di negeri dongeng. Tapi hanya pria asing yang tidak ada seorangpun yang mengenalnya.
Siapakah pria asing itu?
Apakah Rayya menerima lamaran pria itu untuk menutupi rasa malunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Dua Wajah Berbeda
Ruangan kerja Bara siang itu terasa lebih sunyi dari biasanya. Tumpukan berkas penting tidak tersentuh sama sekali dibiarkan begitu saja, saat ini pikirannya tidak terpusat pada tumpukan dokumen yang menanti tanda tangannya. Ia duduk tegak, menatap layar laptop di hadapannya, menunggu tepatnya menanti jawaban dari penyelidikan kecil yang ia perintahkan pagi tadi.
Sudah hampir satu jam. Jarum jam di dinding menunjukkan pukul 11.00 ketika akhirnya "ding", sebuah notifikasi email masuk. Bara segera membukanya, membaca cepat dengan alis yang perlahan-lahan terangkat.
"Nita..." gumamnya lirih.
Dia membaca lebih seksama, baris demi baris. Matanya menyipit saat melihat dokumentasi foto-foto Nita di sebuah klub malam, berpakaian minim, bersama beberapa pria berbeda di tempat dan waktu yang berbeda pula. Laporan itu juga mencatat rekam jejak check-in hotelnya, terlalu sering, terlalu mencurigakan, dan nyaris selalu dengan pria yang berbeda.
"Ini… tidak seperti wanita yang diceritakan oleh Alam," gumamnya penuh kecewa.
Alam selalu menceritakan bahwa Nita adalah gadis sopan dan lembut, calon istri ideal untuk Saka, anak semata wayangnya. Tapi kenyataan yang ia lihat sekarang sungguh jauh dari kenyataan.
"Apakah wanita seperti ini pantas untuk anakku? Pewaris perusahaanku. Bisa-bisa dialah yang akan menghabiskan semua uang Saka jika menjadi istrinya." Bara berbicara sendiri, lebih seperti bertanya kepada nuraninya. Tidak. Tentu saja tidak. Saka butuh pendamping yang kuat, pekerja keras, dan punya nilai hidup."
Ia menghela napas panjang, lalu mengetik cepat perintah di ponselnya.
"Cari tahu semuanya tentang Rayya. Aku ingin laporan sebelum jam makan siang."
Kembali Bara menyandarkan tubuh di kursinya, menatap langit-langit. Harinya benar-benar kacau. Padahal ia adalah seorang pebisnis ulung, terbiasa membuat keputusan penting dalam waktu singkat. Tapi hari ini berbeda, ini soal masa depan anaknya. Dan itu jauh lebih rumit dari bisnis mana pun.
*********
Jam dinding hampir menyentuh pukul satu ketika notifikasi kedua muncul. Bara langsung membuka email itu. Kali ini, tidak ada foto-foto klub malam, tidak ada rekam jejak check-in hotel. Yang ada hanyalah seorang gadis muda dalam balutan baju lusuh dan beberapa gambar tentang pekerjaan kasar yang dia lakukan. Menggunakan celemek lusuh, sedang menata rak roti di sebuah toko kecil.
Namanya Rayya.
Ia membaca lebih lanjut. Gadis ini ternyata bukan siapa-siapa, hanya anak angkat dari keluarga sederhana yang tak pernah benar-benar menerimanya. Orang tua angkatnya hanya menjadikannya pengurus rumah, sementara saudari angkatnya memperlakukannya lebih buruk dari pembantu.
Tapi, yang membuat Bara terdiam adalah kalimat berikutnya:
"Meski penuh tekanan dari kedua orang tuanya, Rayya memilih bertahan dan diam-diam mengembangkan usahanya dengan uang yang dia kumpulkan sedikit demi sedikit sejak dia kecil. Menjadi buruh cuci, mengamen setelah pulang sekolah. Fia seorang pekerja keras di tengah tekanan keluarganya. Kini, dia memiliki toko roti kecil yang sangat terkenal dan disukai warga sekitar. Semua dari hasil kerja kerasnya."
Bara tertegun.
"Anak ini... bukan hanya baik, tapi kuat," ujarnya lirih.
Tiba-tiba pintu diketuk. Saka masuk pelan, tampak canggung.
Sebelumnya diruangannya Saka sama sekali tidak merasa tenang dan dia terus memikirkan apa yang sudah dilakukan oleh papanya. Yang ingin menjodohkannya dengan Nita. Hingga dia memutuskan untuk bicara lahi dengan sang papa di jam makan siang.
“Pa, Aku mau bicara soal Rayya.”
Bara menatap anaknya, lalu menunjuk kursi di depannya.
"Duduklah," katanya tenang tidak ada nada emosi atau penuh tekanan.
Saka duduk, dan menggenggam kedua tangannya sedikit ragu.
"Aku tahu mungkin papa tidak setuju dengan pernikahanku dengan Rayya. Tapi Rayya… dia berbeda. Dia tidak punya apa-apa, tapi dia bisa bangkit sendiri, berdiri dengan kakinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Dia nggak pernah minta dikasihani. Aku…"
Bara mengangkat tangan, menyuruhnya berhenti bicara.
"Papa tahu semuanya. Papa sudah meminta orang mencaritahu tentang Nita… dan juga Rayya."
Saka mengangkat wajahnya dan menatap sang papa dengan tatapan tak percaya.
"Dan sekarang papa tanya padamu," lanjut Bara, "kenapa kamu pilih Rayya?"
Saka menatap ayahnya, penuh keyakinan.
"Karena dia wanita yang penuh dengan luka,tidak pernah berpura-pura. Apa adanya. Dan... dia memperjuangkan hidupnya. Aku bertemu dengannya tanpa sengaja dan di waktu terburuknya, lalu menikahinya. "
Saka lalu menceritakan apa yang terjadi sebelum pernikahannya debgan Rayya terjadi. Wanita yang dikhianati tepat di hari pertunangannya oleh adik angkatnya. Wanita yang kembali terluka setelah mengetahui kalau dia hanyalah anak angkat dari keluarga yang selama ini merawat dan membesarkannya dengan sebuah ketidak adilan.
"Dengan melihat semua lukanya, aku menikahinya. Aku tidak mencari tahu siapa dia. Yang aku pikir kan saat itu hanya menyelematkannya dari rasa malu. Tapi sekarang aku ingin mengganti semua luka yang menganga di dalam dirinya selama ini dengan sebuah kebahagiaan. "
Bara mengangguk pelan. "Papa mengerti. Dan papa rasa keputusanmu itu sudah benar. Mengangkat Rayya dari tempat penuh kubangan menuju istana yang sesungguhnya."
Saka mengangkat wajahnya, terkejut mendengar semua ucapan papanya.
"Rayya memang bukan dari keluarga berada, dan hanya anak angkat. Tapi dia punya karakter yang nggak bisa dibeli. Itu kualitas yang bahkan lebih langka dari harta."
Saka tersenyum lega. "Jadi… papa merestui pernikahan kami?"
Bara menatapnya serius. "Aku hanya ingin kamu bahagia, dan menemukan wanita yang tepat. Dan jika Rayya bisa membuatmu jadi pria yang lebih baik, maka dia memang pantas menjadi bagian keluarga kita, "
Mata Saka berkaca-kaca dia tidak percaya ternyata papanya memikirkannya dan tidak bersikap egois seperti biasanya.
"Terima kasih, Pa, "
Bara tersenyum, lalu menepuk bahu anaknya.
"Tapi kamu tetap harus buktikan satu hal," katanya.
"Apa itu?"
"Kalau kamu cukup layak untuk berdiri di samping wanita sekuat Rayya. Papa akan segera mengundurkan diri dari perusahaan dan kamu yang akan mengambil alih kursi pimpinan ini. "
"Pa... aku belum siap.
"Siap tidak siap, mau tidak mau. Kamu harus melakukannya, karena kamu adalah anak satu-satunya di keluarga kita. Dan satu hal lagi, sampaikan pada Rayya kalau papa ingin bicara dengannya empat mata. "
Saka terdiam mendengar semua ucapan dari Papanya. Memang benar apa yang dikatakan oleh Bara papanya dia adalah anak satu-satunya dan pasti akan menduduki kursi itu. Siap tidak siap, dia harus melakukannya.
Lalu kenapa papanya masih ingin bicara dengan Rayya. Tapi itu tidak masalah, Dia yakin Rayya akan mampu menghadapi sang papa dengan baik.
Hari mulai menjelang sore. Bara duduk kembali di kursinya setelah Saka pamit. Ia kembali menatap foto Rayya di layar laptopnya seorang gadis muda, sederhana, dengan senyum kecil dan mata yang bersinar.
Ia menutup laptopnya perlahan, lalu menatap keluar jendela.
"Hidup memang tidak selalu tentang asal usul," gumamnya. "Tapi tentang siapa yang mau berjuang sampai akhir."
masih aja nuntut balas budi