Setan apa yang telah merasuki suamiku. Dengan teganya ia bermain dibelakangku. Terlebih didalam kamar yang sering aku dan suamiku memadu kasih.
Aku buka perlahan knop pintu itu. Dan untungnya tidak terkunci. Perlahan aku melangkah. Namun aku dikejutkan dengan dua sosok manusia yang sedang berada dalam satu selimut. Aku mendekat. Aku tarik rambut perempuan itu. Tak peduli ia merasakan kesakitan atas perlakuanku.
Dan sejak saat itu. Aku Ajeng Shafanina akan membalaskan atas luka yang mereka torehkan kedalam hatiku. Dan aku akan buktikan bahwa aku pun bisa tanpanya. Tanpa seorang Yudha Mahardika, suami yang tak tau diri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faza Nihaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belum Move On
"Ap.. Apa Mas? Pisah? Aku gak mau pisah sama kamu Mas, aku gak mau." desis Fiona, airmata itu pun akhirnya lolos mengenai pipinya.
Yudha mengacak rambutnya dengan kasar. Ia merasa hidupnya sudah diambang kehancuran. Kursi CEO yang selama ini ia duduki, mungkin sebentar lagi tak akan ia kuasai. Sadar karena itu bukan hak miliknya, ia hanya beruntung karena sebagai sahabat Abian yang sangat dipercaya. Tapi kepercayaan itu membuatnya terbuai akan kekuasaan.
"Mas, aku mohon, jangan ceraikan aku." isak Fiona bersimpuh dikaki sang suami.
Namun Yudha melangkah meninggalkan Fiona begitu saja. Ia memasuki kamarnya dan hendak menghubungi seseorang.
Telepon pun tersambung.
"Kamu bodoh. Kenapa bisa sampai ketahuan." ucap Yudha kesal.
"Kita ketemuan besok ditempat biasa." kata Yudha lalu menutup teleponnya.
"Semua gara-gara kamu Fiona. Aku tak akan bisa memaafkan kamu kalau sampai aku beneran dipecat." umpatnya sambil mengepalkan tangannya.
Lalu ia pun keluar dari dalam kamar. Melangkah keluar dan naik kedalam mobil.
Fiona mengejarnya namun lelaki itu menghiraukannya.
"Mas Yudha. Maafin aku." kembali Fiona terisak. Ia sadar. Karena selama ini ia banyak menuntut. Tapi memang itulah keinginannya menikahi Yudha. Ia ingin seperti teman-temannya yang terlihat glamour.
Karena ia pikir Yudha adalah orang yang sangat kaya raya karena sebagai CEO sekaligus pemilik perusahaan itu, tapi nyatanya dugaannya salah.
Fiona teringat pada Ajeng, karena ia sempat memergokinya dengan Abian didalam caffe.
"Perempuan itu. Dia ternyata sangat pintar bisa menggaet para pria kaya raya. Setelah lepas dari Mas Yudha, ia bisa dekat dengan pemilik perusahaan itu. Punya pelet apa dia? Sehingga pria manapun bisa kena umpannya." celetuk Fiona.
Yudha melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, hampir saja ia tergelincir kedalam jurang, untungnya ia langsung ngrem mendadak.
"Ahhhh sial, hidupku kenapa jadi sial." teriaknya sambil memukul setir.
Ia pun kembali melajukan mobilnya, setelah melaju lumayan jauh, matanya menangkap Ajeng dari kejauhan sedang duduk di taman bersama pria yang pernah ia lihat di pinggir jalan waktu itu.
"Ajeng? Lagi-lagi pria itu, dia sebenarnya siapa sih? Dari tatapannya kayaknya dia suka sama Ajeng." gumamnya sambil terus mengamati.
Ajeng dan Luthfan pun berpisah. Padahal Ajeng diajak satu mobil dengan Luthfan, tapi ia memilih naik angkot. Dan Luthfan sudah pergi dari taman itu.
Yudha berniat menghampiri Ajeng yang masih duduk di bangku taman. Ia pun turun dari mobil.
Langkahnya pasti karena ingin menanyakan siapa pria tadi.
"Ajeng." sapa Yudha yang sudah berdiri di hadapannya dan Ajeng pun mengangkat wajahnya, ia pun berdiri.
"Ngapain kamu disini?" tanya Ajeng tanpa menatap wajah mantan suaminya sama sekali.
"Kamu ternyata semakin cantik saja. Pantas saja pria tadi menyukaimu. Kamu suka dandan ya sekarang setelah berpisah denganku, karena untuk mengincar para pria di sekitaran." ujar Yudha.
"jaga mulut kamu Yudha." Ajeng menatap nyalang pada Yudha.
"Wiihhh panggilannya sudah berganti saja sekarang." kekeh Yudha.
Ajeng tak mau meladeninya lagi. Ia pun melangkah pergi, namun tangannya dicekal.
"Lepasin." kata Ajeng sambil melepaskan cekalan tangan itu yang justru semakin kuat.
"Mau kamu tuh apa sih? Tolong lepasin. Aku mau pergi."
"Katakan! Siapa pria tadi?" tanya Yudha sambil terus mencekal tangan Ajeng.
"Bukan urusanmu." timpal Ajeng.
"Katakan." teriak Yudha.
"Kenapa kamu jadi ingin tau urusanku? Kamu sudah bukan siapa-siapa aku lagi sekarang. Jadi tolong lepaskan." bentak Ajeng.
"Ikut aku." kata Yudha sambil menarik paksa tangan Ajeng.
"Gak mau. Lepasiiin." dengan sekuat tenaga, Ajeng terus berusaha melepaskan tangan itu, namun tentu tenaganya kalah di banding dengan tenaga seorang laki-laki.
Ajeng dipaksa naik kedalam mobil. Dan setelah itu Yudha pun naik dan langsung melajukan mobilnya. Ajeng sempat mau kabur pada saat Yudha akan naik. Namun ia kalah cepat sehingga pintu mobilnya langsung terkunci.
"Mau apa kamu? Cepat turunkan aku." bentak Ajeng.
"Aku ternyata salah telah melepaskan perempuan secantik kamu. Aku bahkan baru menyadarinya sekarang." kekeh Yudha sambil sesekali menatap perempuan yang berada di sampingnya.
"Jangan gila kamu Yudha." timpal Ajeng. Ia mulai ketakutan.
"Ya, aku memang sudah gila. Karena sebenarnya aku belum benar-benar bisa melupakan kamu."
"Lepasin gak? Atau aku bisa saja melakukan sesuatu."
"Lakukan saja. Karena aku pun tak akan melepaskan kamu Ajeng."
Segera Ajeng mengambil alat yang selalu ia siapkan didalam tas takut ada orang jahat padanya dan ternyata benar dan orang itu malah mantan suaminya sendiri.
Ajeng memukul kaca mobil disampingnya dengan menggunakan alat besi sekecil dua jari jika digabungkan.
"Hentikan, apa yang kamu lakukan? Nanti mobilku rusak." Yudha panik karena kaca itu pun hampir retak akibat pukulan benda keras itu.
"Sudah ku bilang, aku akan melakukan sesuatu kan? Dan ini yang akan aku lakukan."
"Oke baiklah, aku akan turunkan kamu sekarang juga, tapi tolong jangan rusak kaca mobilku." kata Yudha.
Akhirnya pintu mobil pun sudah tidak dikunci. Dan Ajeng segera turun namun lagi tangannya ditahan kemudian ditarik dan ... Kecupan mendarat dipipinya.
Sontak Ajeng langsung menampar Yudha untuk ke sekian kalinya.
"Apa yang kamu lakukan lelaki brengsek." teriak Ajeng sambil terisak setelah apa yang Yudha sudah lakukan padanya.
Ajeng pun turun dengan menahan isakan sambil tangannya terus menghapus jejak bibir tadi.
Ia berjalan dan terus berjalan tak tau tujuan. Hingga akhirnya tak sengaja harus bertemu Abian lagi yang kebetulan ia pun sedang menepikan mobilnya. Ia pun turun dari mobil.
"Ajeng." Panggilnya lalu mendekat.
"Kamu ngapain berjalan sendirian disini?" tanya Abian dan Ajeng menoleh padanya dengan mata sembab.
"Kamu habis nangis?" tanyanya lagi.
Tapi tak ada jawaban sama sekali dari mulut Ajeng.
"Ayo ikut aku, kita naik mobil sekarang." ajak Abian dan Ajeng pun mengikutinya dari belakang tanpa penolakan sama sekali seperti biasa.
Setelah keduanya berada di dalam mobil. Abian tak langsung melajukan mobilnya.
"Apa ada masalah? Sehingga kamu menangis seperti itu." tanya Abian.
Ajeng tetap diam saja.
"Aku bisa jaga rahasia kok! Kamu udah kenal lama sama aku kan?"
Ajeng menganggukkan kepalanya.
"Kalau boleh, aku mau jadi tempat curhatmu, siapa tau aku bisa bantu." kata Abian.
"Ini ... Soal mantan suamiku." ujar Ajeng sambil menundukkan kepalanya.
"Kenapa lagi dengan dia?"
"Dia sudah berani ... Menciumku." akhirnya Ajeng kembali terisak, kali ini di hadapan lelaki yang mencintainya dari dulu.
Abian sangat geram mendengarnya, tangannya reflek merangkul dan menenangkan perempuan yang di cintainya.
Didalam dekapan lelaki itu, Ajeng tak kuasa menahan isakannya lagi sehingga kini tubuhnya berguncang.
"Menangislah, agar hatimu tenang." kata Abian.
Dengan durasi yang cukup lama, Ajeng berada dalam dekapan Abian. Hingga akhirnya tersadar, dan ia pun melerai dekapan itu.
"Maaf." kata Abian.
"Iya, aku juga minta maaf." jawab Ajeng yang sudah mulai reda isakannya.
Keduanya kini hening, tak ada obrolan lagi sama sekali. Sampai akhirnya Ajeng minta diantarkan ke tempat ruko nya.
y nma jua lg kesel y bu..
nasib yudha jd apes setelah pisah sma
istri ...
kmu lambat..quien jua suka sma kmu ..
bersukur sdh lepas dri suami mu...