Kisah ini bukanlah tentang perasaan yang timbul karena adanya ketertarikan pada seseorang, melainkan tentang adanya perasaan yang diawali dari kebencian, lebih tepatnya adalah balas dendam.
Semuanya dimulai dari Devano Alian Laxbara, seorang pemimpin geng motor besar sekaligus pengendali teknologi. Dia memiliki sikap dingin, tegas, dan wajah yang nyaris sempurna. Siapa sangka, seorang Vano yang tak ingin terjerumus ke dalam percintaan kini seketika berubah saat bertemu Azzura Hasnal Alexander, gadis yang dikenal ramah dan ceria, namun ternyata menyimpan banyak rahasia dalam dirinya. Ia sengaja mendekati Vano dengan alasan balas dendam melalui pembunuh bayaran. Seiring berjalannya waktu, ia malah terlanjur jatuh cinta berkali-kali sehingga ia lupa dengan rencana balas dendamnya, yang pada akhirnya ia masuk ke dalam perangkapnya sendiri.
Vano yang curiga akhirnya mengetahui bahwa Zura, yang selama ini ia prioritaskan, ternyata ingin menghancurkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LidaAlhasyim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PENYESALAN
Vano kini berada di sebuah cafe terdekat. Cowok itu sedang menunggu seseorang yang ingin ia tanyakan satu hal. Tak lama orang yang ditunggu pun tiba.
"Udah lama bang, nungguin gue? " Jayvan baru saja tiba dengan rambut yang masih basah, sepertinya ia baru saja mandi dan tak sempat mengeringkan rambutnya karena terburu-buru.
"Gue juga baru dateng."
Vano sempat bepikir jika cowok didepannya itu kemungkinan tidak datang. Jayvan sangat sibuk akhir-akhir ini, apalagi semenjak kejadian di gedung batu bara itu. Cowok itu di tugaskan oleh Vano mencari informasi dari seluruh penjuru hanya untuk mengetahui kebenaran.
"Kenapa lo harus peduli ke Zura, yang notabenya sebagai musuh Albatros? "
Jayvan tiba-tiba merasa bibirnya begitu kelu untuk menjawab pertanyaan itu. Jayvan menyangka akan terjadi masalah besar yang menimpanya saat ini. Akhir-akhir ini, Jayvan memang selalu menjaga gadis itu secara diam-diam.
"Gu---gue cuma gak tega aj----"
"Makasih jay! "
Jayvan tersentak mendengar jawaban itu. Ini benar-benar diluar dugaannya . Bahkan, Vano tak menunjukkan kemarahannya sedikitpun. Terlihat dari mata tajam ketuanya itu tidak ada kemarahan, malah yang terlihat adalah sebuah penyesalan yang begitu dalam.
"Gue selama ini cuma salah paham tentang dia. Kenapa lo gak ngasih informasi ke gue soal kejadian yang sebenarnya?"
Vano kembali menunggu jawaban apa yang akan dilontarkan oleh bawahannya itu.
"Gue gak bisa lakuin itu bang," jawab Jayvan sembari melihat-lihat kesekitar. Bisa saja ada orang yang mencurigakan di tempat itu.
"Kenapa?" tanya Vano heran.
"Gue cari waktu yang tepat untuk kasih tau semuanya."
Jayvan lagi-lagi membuat Vano heran. Bukankah memberitahunya lebih awal akan lebih baik?
"Apa yang belum lo kasih tau?"
"Lion ngancem Zura."
◦•●◉✿ 𝑣𝑎𝑛𝑜𝑟𝑎 ✿◉●•◦
Vano memasuki ruangan yang sudah jarang ia kunjungi saat ini. Tempat ini khusus untuk melacak, dan mencari informasi penting. Bahkan, anggotanya sendiri tak tau akan ruangan ini terkecuali Arlino dan Bundanya. Lebih tepatnya, tempat ini ia namakan 'Electronic place.'
Setelah mendengar penjelasan dari Jayvan tadi , cowok itu mulai mengetik apa yang ingin ia cari tahu. Dulu ia sempat mencurigai Zura yang sempat ingin membunuh dan menghancurkan anggotanya. Namun, ia tak langsung ambil tindakan karena gadis itu menghentikan aksinya. Ia berpikir, gadis itu tak akan mengulangi hal yang sama, tapi kepercayaannya terhadap gadis itu sudah gugur sejak kejadian di gedung itu.
Vano pun merasa janggal dengan sikap Zura yang tiba-tiba berubah, hal itu ia perhatikan ketika gadis itu tidak pernah berusaha untuk meminta maaf ke Vano sekecil apapun itu.
Vano kemudian memeriksa seluruh ruangan gedung itu melalui komputernya.
Ia dapat melihat ruangan itu bukan dari CCTV, melainkan dari alat kecil yang diam-diam dipasang oleh Jayvan tanpa sepengetahuan Lion dan anggotanya.
Vano pun akhirnya menemukan nya......
°°°°°°°°°°
"Lo gak mau dia mati kan?" terlihat di rekaman itu Zura menggelengkan kepalanya sembari menangis. Miris sekali rasanya melihat Zura diikat bukan dengan tali, tetapi di rantai. Gadis itu tak bisa bergerak sama sekali karena ikatan yang sangat kuat.
"Ikuti kata gue!" Terlihat disana Lion dengan seseorang laki-laki yang tak ia kenal. Namun sepertinya Vano pernah bertemu cowok ketika tawuran.
Apa orang itu bayaran Zura? Batin Vano.
Disana juga terlihat orang asing itu memberikan jaket kebanggaan Zalgar kepada Zura. Sontak Zura dibuat terkejut olehnya.
"Pake nih jaket, lo harus berlagak seperti penghianat, kita gak bakalan biarin Vano di keroyok sampai mati kalo lo berhasil bikin cowok itu benci ke diri lo sendiri, gimana? lo mau kan, demi Vano?"
DEG!
Demi apapun, Vano kini membenci dirinya sendiri. Bagaimana bisa selama ini ia menilai Zura begitu buruk. Bahkan, gadis itu rela melakukan apapun demi keselamatan nyawanya.
Sialan!
◦•●◉✿ 𝑣𝑎𝑛𝑜𝑟𝑎 ✿◉●•◦
"Cari neng Zura ya?"
Vano membalikkan badanya kearah Sumber suara, ia yang awalnya mengetuk rumah Zura kini menghadap orang itu. Vano sejenak memperhatikan Satpam kali ini begitu muda, apa mungkin Satpam yang kemarin sudah digantikan.
"Emang Zura kemana Pak?"
Sebelum menjawab, Pak Satpam yang bertugas dirumah itu melirik Vano dari atas hingga bawah.
"Neng Zura tadi pergi sama temen nya, kayanya mau di ajak jalan" Vano menganggukkan ucapan itu, mungkin gadis itu keluar bersama Syailen.
"Kalo Bunda Arza, kemana pak?"
"Kalo si ibu, lagi keluar kota," ucap pak satpam membuat Vano berpikir dua kali. Biasanya , jika Arza sedang diluar kota, tidak mungkin ia mengizinkan Zura untuk pergi pada malam hari, sekalipun bersama perempuan.
"Temennya cowok atau cewek? "
"Yang tadi mah cowok, pake motor Sport warna biru."
Pak satpam menjelaskan sembari mengingat ciri-cirinya. Vano seketika naik pitam, mengingat Zura di bawah pengaruh Lion.
Tak butuh waktu lama, Vano pun memberi tahu Ariyan untuk melacak lokasi dimana Zura berada.
__________________________________
> __________________________________ Zura di club taruna, bareng Lion. Lo perlu bantuan? ^^^kabarin Sasya soal^^^ ...ini.... __________________________________ Setelah mengetahui Zura berada dimana, cowok itu pun langsung menaiki motornya dengan terburu-buru, tanpa memperdulikan pak Satpam yang bengong melihatnya. Vano melajukan motornya dengan kencang, tak peduli sejuknya angin malam menembus tubuhnya yang hanya berkaos tipis. Lokasi Zura masih sangat jauh, Lion memang benar-benar nekat ingin menghabisi gadis itu. Jalan yang semulanya sepi, kini dipenuhi oleh anggota Zalgar yang mengejar Vano. Vano sadar bahwa ia di jebak, setelah mengingat kembali wajah Pak Satpam yang bertugas di rumah Zura. Inilah kelemahan Vano yang sebenarnya, ia sangat mudah di kelabui jika begitu fokus mengejar satu tujuan tanpa memikirkan persiapan sebelumnya. Vano kemudian menghajar mereka satu persatu, untung mereka hanya lima orang. Namun, Vano tidak menyadari jika dua anggota lainnya muncul dari arah berbeda dan langsung merusak motor Vano dengan membelah bagian ban, agar cowok itu tidak menganggu rencana Lion. Melihat semuanya sudah terkapar lemas, Vano pun menuju motornya. Cowok itu sangat terkejut melihat keadaan motor itu. Vano berteriak penuh emosi sembari mengusap wajahnya gusar. Pikirannya semakin kalut, apa yang harus ia lakukan? Tak punya pilihan lain, Vano pun berlari sekuat tenaga menuju perumahan yang masih sangat jauh. Saat ini Vano masih berada dalam jalan di pinggir hutan. Rasanya tidak mungkin untuk meminta anggotanya untuk datang, karena ia sudah sangat jauh dari lokasi. Dengan nafas terengah-engah, Vano masih berlari dengan sekuat tenaga. Cowok itu tidak peduli dengan bekas luka di dalam perutnya perlahan kembali terbuka akibat berlari. Kaki jenjangnya masih menelusuri jalan keluar hutan. Hingga akhirnya Vano berpikir untuk mencari jalan pintas dengan bermodalkan cahaya ponselnya. ◦•●◉✿ 𝑣𝑎𝑛𝑜𝑟𝑎 ✿◉●•◦