Merebut kekasih saudara tirinya, dan mengandung anaknya. Bercerita tentang gadis cantik yang dijuluki sebagai mawar hitam di sekolah. Dia selalu membawa mawar hitam ditangannya setiap ia akan memutuskan hubungan dengan kekasihnya. Dia memiliki sikap yang buruk, sehingga hampir tidak ada yang benar-benar menjadi temannya. Dia tidak pernah mendapatkan cinta yang tulus, sehingga ia mungkin tidak percaya cinta. Sampai saat dimana ia melihat sesuatu yang terlihat hangat di depan matanya. Saat ia melihat seorang murid laki-laki yang bukan miliknya tengah bersikap manis kepada pacarnya. Disaat itu juga, Valencia menginginkannya. Rasa ingin memiliki itu semakin lama berubah menjadi obsesi. Sampai mereka menjalani hubungan yang panjang dengan banyak masalah diluar dugaan mereka. Bagaimana jadinya jika mereka sampai menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ashelyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 ( Ketertarikan)
Kegiatan yang di agendakan sekolah pada hari kedua adalah melestarikan tanaman. Semua orang sibuk dengan sarung tangan dan juga tanah yang akan mereka gunakan untuk menanam tanaman. Felix selaku ketua kelas sibuk mengawasi semua teman kelasnya agar pekerjaan ini berjalan dengan lancar.
Felix lebih banyak membantu Lisa yang kesulitan untuk menggali tanah, ia sangat memperlakukan kekasihnya dengan sangat hati-hati. Banyak pasang mata yang melihat kearahnya, dan semua itu tidak luput dari pandangan Valencia.
“Bukankah mereka terlihat menyebalkan?” Ucap Leya.
“Kau benar, aku muak melihatnya” ucap Valencia.
“Aku mempunyai nama panggilan yang lebih mudah di sebut selain Valen” ucap Valencia.
“Kenapa tiba-tiba membahas ini?” Ucap Leya sembari terkekeh.
“Panggil aku Cia” ucap Valencia singkat.
“Cia? Bukankah nama imut itu tidak cocok dengan kepribadianmu?” Ucap Leya, dan Valencia hanya diam tidak berniat untuk menanggapi.
Felix tersenyum bangga saat tanaman milik Lisa sudah tertanam dengan sempurna. Ia melihat hasil karyanya yang sangat rapi, untuk sentuhan terakhir ia akan mengalungkan papan bernama Lisa di pohon kecil itu.
“Wah Terimakasih Felix!” Ucap Lisa sembari memeluknya.
Felix membalas pelukan itu, tatapannya terhenti pada keberadaan Valencia yang berada di depannya. Ia melihat Valencia memakai masker dan kacamata hitam. Felix mengira bahwa mungkin dia ingin menutupi luka memar di wajahnya.
Mata Felix melihat pohon kecil milik Valencia masih utuh di depannya, ia sontak melepaskan pelukan Lisa. Felix meminta Lisa untuk membelikannya minum, dan Lisa langsung menyetujuinya.
Setelah memastikan Lisa benar-benar pergi, Felix mulai melangkahkan kakinya mendekati Valencia. Dia berhenti sejenak di depannya, sementara Leya menatap Felix tanpa berkedip.
“Kau belum menanam pohon milikmu” ucap Felix.
“Aku tidak akan menanamnya” ucap Valencia.
“Kenapa?” Felix menatapnya tak suka.
“Hanya tidak ingin, aku tidak bisa terkena sinar matahari yang panas” ucap Valencia.
Felix kehabisan kata-kata dengan ucapan wanita di depannya. Ia sama sekali tidak bisa melihat ekspresi wajah seperti apa yang Valencia berikan padanya. Karena wajahnya tertutupi oleh kacamata hitam dan masker, terlihat seperti seorang idol yang menyamar.
“Apa kau ingin membantunya menanam pohon?” Ucap Leya.
Felix terdiam menatap Leya yang sedang menunggu jawabannya. Dengan tanpa mengatakan satu kata pun, Felix mengambil pohon kecil milik Valencia. Dan membawanya ke tanah yang masih kosong.
Dia membawa pohon kecil itu dan juga papan nama yang bertuliskan ‘Valencia’. Felix mulai menggali tanah yang dalam dengan mencurahkan sisa-sisa tenaganya. Sesekali ia melihat kesekelilingnya untuk memastikan bahwa Lisa belum kembali.
Felix segera memasukan pohon kecil itu dan menutupnya dengan tanah galian nya. Terakhir, Felix mengalungkan papan nama Valencia di dahan pohon kecil itu.
“Lihat, dia benar-benar membantumu” ucap Leya dengan senyuman diwajahnya.
“Dia masih saja dingin, tapi kurasa sikapnya lebih baik jika dibandingkan dengan sebelumnya” ucap Leya lagi.
Valencia tersenyum lebar dibalik maskernya, tidak ada satu orang pun yang mengetahui bagaimana senyumannya saat ini. Hatinya bersorak bahagia saat melihat Felix membantu pekerjaannya.
Tidak berselang lama Lisa datang dengan dua botol minum di tangannya, dia berlari menghampiri Felix dengan senyum lebar diwajahnya. Dia memberikan satu botol air mineral kepadanya.
“Aku harus pergi melihat pekerjaan temanku di sana” ucap Lisa.
“Baiklah, sebaiknya kau hati-hati” ucap Felix.
“Oke!” Ucap Lisa dan tiba-tiba ia langsung mencium pipi Felix di depan banyak orang.
Gerakan tiba-tiba itu membuat Felix menatapnya tak percaya, ia segera melihat kesekelilingnya memastikan bahwa tidak ada orang yang memperhatikannya. Dan pandangannya berhenti saat melihat Valencia melihat kearahnya.
“Kenapa dia selalu memperhatikanku?” Batin Felix.
Lisa pergi begitu saja, meninggalkan kekasihnya yang masih terdiam di tempatnya. Felix memutuskan untuk membereskan alat-alat untuk menanam pohon kedalam keranjang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pesta malam terakhir kegiatan sekolah.
Valencia memakai jaket tebalnya, ia juga memakai syal di lehernya. Malam ini benar-benar terasa sangat dingin, ia mengutuk siapapun orang yang telah mengusulkan untuk berkemah di malam terakhir tamasya.
“Ahhh sial! Dingin sekali!!!” Ucap Valencia dengan nada keras, membuat sebagian orang di dekatnya menatap kearahnya.
Valencia tidak memperdulikan tatapan itu, ia hanya akan melakukan apapun yang ia inginkan. Seperti sekarang, dia tidak peduli dengan wajahnya yang penuh luka. Ia membiarkan wajahnya terlihat oleh semua orang.
“Astaga lihat wajahmu” ucap Leya.
“Bukankah ini hasil karyamu” ucap Valencia sembari terkekeh.
“Maafkan aku Cia” ucap Leya memasang muka memelas.
Valencia tersenyum melihatnya, di keramaian orang di tempat ini, hanya Leya yang bersedia berdekatan dengannya. Valencia mulai merasa bahwa leya adalah seseorang yang baik untuknya.
“Kenapa kau ingin berteman denganku?” Ucap Valencia pada Leya disampingnya.
“Karena kau sangat keren. Aku suka sikap angkuh dan tidak biasa mu” ucap Leya sembari terkekeh.
Valencia tanpa sadar tersenyum lebar, ia merasa bahwa ucapan Leya sangat menghiburnya. Dia tidak tau bahwa di sebrang tempatnya berdiri, ada seseorang yang sedang memerhatikan senyumannya. Dia terlihat menatap dengan menggandeng tangan kekasihnya.
“Felix, apa yang kau lihat?” Ucap Lisa saat menyadari Felix melihat kearah lain.
“Ah tidak, aku hanya memperhatikan api besar di tengah sana” ucap Felix.
Lisa semakin merapatkan tangannya. Dia mencari kehangatan disana, sementara Felix kembali menatap kearah Valencia yang masih tersenyum dengan lebarnya. Ia baru kali ini melihat senyuman itu, senyuman yang terlihat berbeda dari biasanya.
“Felix bukanlah perokok, dia sama sekali belum pernah menyentuh benda itu” ucap Lisa pada temannya.
“Felix? Kau sungguh bukan perokok?” Ucap salah satu teman disana.
“Bukan. Aku tidak merokok” ucapnya sembari tersenyum tipis.
“Ah dia memang pria idamanku!” Ucap Lisa terkekeh, tapi tawanya terhenti saat ia melihat kearah lain.
“Kau lihat Valencia disana? Lihat wajahnya, kurasa dia bertengkar” ucap Lisa.
“Dia seperti wanita yang nakal. Dari yang kudengar, dia sama sekali tidak diurus oleh keluarganya. Keluarganya yang kaya itu hanya mengirimkan sejumlah uang yang banyak untuk biaya hidupnya” ucap teman sekelas Felix.
“Dia bahkan tinggal di apartemen mewah yang berada di dekat sekolah kita. Harga sewa disana sungguh fantastis!” Ucapnya lagi.
Felix mendengar itu semua, dia menyadari bahwa sikap buruk Valencia pasti ada penyebabnya. Dan mungkin saja, sikap buruknya itu akibat dari latar belakang keluarganya yang berantakan.
“Aku akan pergi bersama temanku, kau bisa berkumpul dengan temanmu disini” ucap Felix sembari melepaskan genggaman tangan Lisa.
“Baiklah, hubungi aku nanti” ucap Lisa.
Felix mengangguk dan pergi begitu saja, langkah kakinya semakin lama semakin cepat saat ia mulai berada di kegelapan. Ia berniat untuk melihat pemandangan kota dari atas bukit ini.
Felix menghela nafasnya kasar saat ia akhirnya sampai di tempat yang ia tuju. Dibawah sana, terlihat pemandangan indah lampu kelap-kelip yang berasal dari kota. Ia mulai mengambil sesuatu disaku jaketnya.
‘Sebungkus rokok dan pemantik’
Felix mengambil rokok dari bungkusnya, dengan gerakan santai ia menyalakannya dengan pemantik. Kemudian ia menghembuskan asap rokoknya sembari memejamkan matanya.
“Ternyata kau perokok” ucap sebuah suara di belakangnya, membuat Felix menoleh terkejut.
“Cia” ucapnya lirih.
Valencia melangkah maju berdiri di dekatnya, dia juga menghembuskan asap rokok ditangannya. Dengan gerakan cepat, Felix merebut rokok itu dan membuangnya. Dia menginjak rokok milik Valencia sampai apinya benar-benar mati.
“Apa yang kau lakukan!!” Ucap Valencia tak percaya.
“Berhenti merokok! Karena itu tidak baik untukmu” ucap Felix.
“Memangnya kau siapa? Mengatur apa yang boleh dan tidak boleh aku lakukan?” Ucap Valencia.
Felix terdiam, dia memalingkan wajahnya kearah pemandangan di depannya. Ia menghindari kontak mata dengan Valencia, dia menghembuskan asap rokoknya berulangkali. Sementara sebuah senyuman tipis terukir di bibir Valencia, ia mulai melihat ketertarikan Felix pada dirinya.
“Mau berciuman?” Ucap Valencia, membuat Felix menatap kearahnya.
“Hentikan, kau terlihat murahan” ucap Felix.
...----------------...