Penculikan yang terjadi membuatnya merasa bersalah dan bertekad untuk pergi dan menjadi lebih kuat agar bisa melindungi seorang gadis kecil yang sangat ia sayangi yaitu cucu dari Boss ayahnya. Tanpa ia sadari rasa sayangnya terhadap gadis kecil itu berubah menjadi rasa cinta yang sangat mendalam saat mereka tumbuh besar namun menyadari statusnya yang merupakan seorang bawahan, ia tidak berani mengungkapkan hati kepada sang gadis.
Namun siapa sangka saat mereka bertemu kembali, ternyata menjadi kuat saja tidak cukup untuk melindungi gadis itu. Nasib buruk menimpa gadis itu yang membuatnya hidup dalam bahaya yang lebih dari sebelumnya. perebutan kekayaan yang bahkan mengancam nyawa.
Apakah pria tersebut dapat melindungi gadis yang disayanginya itu? dan apakah mereka bisa bersama pada akhirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Skyla18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Keesokan paginya, Kakek Alya bersikeras meminta Alya untuk memimpin presentasi strategi bisnis ke investor lokal. sebuah tugas yang biasanya dikerjakan oleh divisi eksekutif.
"Kamu harus mulai berdiri sendiri, Alya. Perusahaan ini butuh wajah baru yang bisa mereka percaya," ucap kakek Alya
Azka mengantar Alya ke ruang pertemuan namun kali ini tidak sebagai pengawal melainkan sebagai sosok yang menjaga pertemuan tetap berjalan lancar dibelakang layar.
Alya tampil dengan tenang, percaya diri dan menguasai semua materi presentasinya dengan baik. Presentasi berjalan dengan lancar dan diakhiri dengan tepuk tangan dari semua orang yang puas dengan presentasi Alya. Beberapa investor pun mulai mendekatinya dan menawarkan kerja sama.
Saat acara selesai, Alya berjalan melewati lorong kantor dan Azka sudah menunggunya di ujung lorong.
"Bagaimana?" ucap Alya menatap Azka dengan senang
"Kamu sudah siap memimpin perusahaan," ucap Azka sambil menahan diri hendak mengelus kepala Alya yang terlihat sangat manis sekarang
"Terima kasih," ucap Alya sambil menunduk menyembunyikan senyumnya.
_____________________
Malam ini, Azka menerima email dari orang yang tidak dikenal. tanpa teks dan hanya 1 foto Alya di kampus yang diambil dari jauh dan detail tanggal 2 hari yang lalu di foto itu. Azka membalik foto itu dan menemukan tulisan di belakangnya:
"Tidak selamanya bayangan bisa menyelamatkan cahaya"
Azka memejamkan matanya dan mengatur nafasnya. Email ini bukan hanya ancaman belaka namun Regan tahu segalanya tentang dia dan perang ini baru saja dimulai.
Azka berdiri di depan jendela asramanya menatap ke arah mansion yang terlihat tenang dan indah di malam hari, namun pikirannya tidak setenang mansion yang dilihatnya. Foto Alya yang dikirim regan terus menganggu pikirannya. Ancaman itu membuktikan bahwa saat ini Regan mengawasi dirinya dan juga Alya.
Azka membuka lemari kecil di sudut ruangan, mengeluarkan kotak besi yang selama ini terkunci. Kotak itu berisi paspor lama, tanda pengenal militer, foto hitam putih para rekan satu tim, dan satu amplop yang tertutup rapat. Azka membukanya perlahan, amplop itu berisi dokumen misi terakhirnya bersama Regan. ia membacanya berulang kali , berusaha mendapatkan petunjuk tentang Regan yang sebelumnya tidak pernah ia dapatkan. Hingga akhirnya ia mendapatkan sebuah petunjuk.
"Markas Empat Belas" merupakan tempat pelatihan ilegal, tempat terakhir yang dikunjungi Regan sebelum menghilang. Jika benar Regan ada disana maka Regan pasti bukan orang yang sama lagi dengan Regan dulu yang ia kenal.
______________
Alya sedang berada di ruang kerja kakeknya, membantu kakeknya menandatangani beberapa dokumen. Ia sudah mulai terbiasa dengan kursi pimpinan dan pekerjaan ini, namun hatinya masih merasa ada yang salah. Setiap keputusan besar selalu membuatnya ragu dan ia sadar bahwa satu-satunya orang yang bisa ia percaya dan inginkan kehadirannya adalah Azka.
Namun, entah mengapa Alya merasa Azka semakin jauh darinya.
"Kakek, kenapa aku merasa Azka berbeda dengan Azka yang dulu?" ucap Alya
"Berbeda bagaimana?" ucap Kakek Alya
"Jika dulu ia selalu menemaniku, sekarang ia semakin diam dan semakin menjauhiku," ucap Alya
"Mungkin Azka memang orang yang tidak banyak bicara. Dan untuk apa kamu ingin dekat dengannya? ia hanya seorang pengawal. Dan kakek akui dia memang pengawal yang setia," ucap Kakek Alya
Alya mengangguk pelan, namun hatinya tetap merasa salah dan sedikit tidak setuju dengan ucapan kakeknya.
_____________
Hari itu Azka meminta izin untuk keluar kota selama satu malam dengan alasan ingin menyelesaikan urusan pribadi. ia menyiapkan 2 bodyguard tanbahan untuk Alya selama dia pergi.
Namun sebelum pergi, ia menunggu Alya diluar kampusnya saat jam pulang kampus.
"Aku akan pergi semalam, aku harap kamu jaga dirimu dengan baik," ucap Azka
"Pergi kemana?" ucap Alya
"Ada sesuatu yang harus aku selesaikan," ucap Azka
"apa aku tidak boleh ikut? apakah kamu pergi menemui pacarmu? apakah kamu memiliki pacar?" ucap Alya yang merasa tidak rela membiarkan Azka pergi.
Namun Alya tidak mendapatkan jawaban sedikitpun, melainkan hanya Azka yang menatapnya dengan dalam
"Apakah berbahaya?" ucap Alya kembali karena tau semua pertanyaannya tadi salah
"Sedikit," ucap Azka
Alya hanya bisa terdiam sesaat walaupun dalam hatinya ia merasa khawatir dan ingin melarang Azka untuk pergi.
"Kamu akan kembali kan?" ucap Ayla
Azka menatap mata Alya lagi, ia melihat kekhawatiran dalam diri Alya untuknya dan itu sudah cukup untuk menjadi penyemangatnya untuk tetap berjuang kembali.
"Aku akan selalu kembali. Jaga dirimu baik-baik," ucap Azka sambil memasangkan jaketnya pada Alya dan kemudian pergi
_______________
Markas empat belas terletak 300 kilometer dari kota, di tengah hutan yang sepi. Azka datang dengan identitas palsu, membawa alat bela diri ringan dan satu alat komunikasi satelit.
Begitu memasuki markas itu, kenangan menyakitkan terlintas kembali dipikirannya. Malam yang penuh jeritan, darah di mana-mana, dan tangisan tanpa henti.
ia berhasil menyelinap ke salah satu ruangan di markas itu dan menemukan apa yang dia cari. Dinding ruangan itu penuh dengan peta, catatan dan foto yang berkaitan dengan Alya.
Azka mengigit rahangnya untuk menahan emosi. Regan tidak hanya mengincar perusahan tapi ia juga mengincar Alya. Dan selain itu Azka juga menemukan satu folder khusus berisi data internal perusahaan Hartono yang sepertinya didapatkan dari salah satu direktur yang masih aktif di perusahaan.
Azka pun memotret semua dokumen, lalu keluar dari ruangan itu secepat mungkin. Tapi sebelum Azka berhasil kabur dari markas itu, sebuah suara menghentikannya
"Sudah lama tidak bertemu, Azka" ucap Regan yang tiba-tiba muncul.
Azka pun berbalik perlahan dan melihat Ragen yanh berdiri di belakangnya mengenakan jaket militer dengan tangan di saku dan tatapan mata yang tajam.
"Kenapa harus Alya?" tanya Azka
"Kamu itu bodoh ya. Karena Alya bukan hanya sekedar pewaris perusahaan tapi dia adalah kunci," ucap Regan sambil tersenyum miring
"Kunci? Kunci apa?" tanya Azka tidak mengerti
"Kunci untuk menjatuhkan semua sistem lama. Kakeknya dan Ayahnya menyimpan kebusukan yang kamu lindungi sekarang. Kamu pikir kamu sedang menjadi pahlawan? kamu hanyalah bidak catur yang dimainkan majikan seperti mereka," ucap Regan
Mendengar hal itu, darah Azka langsung naik. Ia mengeluarkan senjatanya, tapi Regan tidak takut.
"Bunuh aku kalau kamu bisa. Tapi kamu tau ini bukan tentang peluru tapi tentang siapa yang benar dan siapa yang berani membongkar kebenaran," ucap Regan
Regan pun pergi meninggalkan Azka dengan pertanyaan yang tidak terjawab dan rasa takut bahwa Alya mungkin menyimpan warisan gelap yang belum ia ketahui.
_______________
Azka telah kembali ke kota dengan membawa bukti yang dia temukan ke ruang pribadi Kakek Alya. Kakek Alya membaca dan melihat semua bukti itu dengan wajah kaku.
"Jadi Tuan besar tau selama ini?" ucap Azka saat melihat reaksi Kakek Alya yang biasa saja
"Semua keluarga besar punya rahasia, Azka. Dan rahasia ini untuk menjaga Alya, bukan malah menghancurkannya" ucap Kakek Alya
"Regan akan menyerang Alya secara langsung. karena ia tau bahwa Alya adalah kelemahan kita," ucap Azka sambil mengepalkan tangannya
"Maka lindungi dia seperti sumpahmu saat kecil dulu," ucap Kakek Alya sambil menatap Azka dengan yakin
Bersambung