Novel ke tiga ini hanya kisah fiktif khayalan penulis semata, jika ada kesamaan nama, tempat semua itu hanya kebetulan.
Gadis bernama Airin Nurani usia 21 tahun, yang nekat ke kota Metropolitan untuk merubah nasib dan menyekolahkan adik nya, setelah kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan.
Berbekal Ijazah SMA dan selembar kertas bertuliskan alamat seorang teman di desa yang sudah lebih dulu kerja di Jakarta, dan mendapatkan pekerjaan sebagai Pramusaji.
Airin yang akhirnya bertemu dengan kekasihnya ketika masih di desa begitu bahagia, hingga sang kekasih meminta sesuatu dari dirinya...
Apakah Airin akan memberikan permintaan sang kekasih? Bagaimana kelanjutan kisah nya,,,
Simak terus di hari Rabu dan Sabtu jam 20:00 mlm.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Venus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 - Menolong Asih Lahiran
Happy Reading ☕
**********🌹🌹🌹🌹🌹***********
Ternyata setelah dua Minggu berlalu Asih kembali menelepon di pagi hari nya, ternyata hari ini sejak subuh tadi perutnya mengalami konstraksi berulang tapi masih perlahan-lahan segera dia mengambil hape nya menghubungi Airin agar segera ke kosan. Airin yang kaget lepas sholat subuh menjadi panik dengan cepat berlari ke kamar mbok Yem untuk meminta ijin.
"Assalamualaikum mbok,,mbok Yem." panggil nya dengan mengetuk pintu.
"Kenapa neng, ko kaya panik gitu? Ada apa?" mbok Yem melihat wajah Airin agak pucat.
"Mbok, saya ijin ya ke kos an saya yang lama ya, temen saya disana sendirian dan mau melahirkan saya harus mendampingi dia mbok. Boleh kan, please mbok." dengan menangkupkan kedua telapak tangan.
"Oh,, iya iya gak pa pa, tapi ini masih pagi sekali kamu kesana naik apa?"
"Mau kemana?" suara berat sudah ada di pintu dapur berjalan masuk mendekat.
"Anu, pak saya ijin mau ke tempat kos saya yang dulu, disana temen saya mau melahirkan kasian pak dia sendirian."
"Oh ya sudah ayo biar saya antar, ini masih terlalu pagi belum banyak taksi online juga, ngeri juga. Kamu siap-siap aja, saya ke kamar ambil kunci mobilnya."
"Iya pak, makasih pak."
Setelah Airin pergi ke kamarnya untuk bersiap, Daffa pun naik ke kamarnya berganti pakaian sebentar lalu turun. Kebetulan hari ini weekend di hari Sabtu. Daffa yang dari semalam di wanti sang mama agar siang ikut pergi menemani makan siang bersama keluarga Delia, dengan happy memilih menemani Airin membawa sahabatnya ke rumah sakit, memilih kabur.
"Kosan nya masih yang dulu itu kan?" Daffa bertanya hati-hati tak ingin menyinggung kejadian yang lalu.
"Iya pak, agak cepet ya pak. Takutnya bayi nya keburu keluar."
"Ya gak mungkin secepat itu lah bayi keluar, kontraksi melahirkan juga ada tahapan nya." jawaban santai Daffa membuat Airin melongo.
"Emang bapak tau soal ibu melahirkan?"
"Tau sih belum, cuma beberapa hari ini saya mencoba mencari tau. Saya juga bingung kenapa juga saya kepo sama hal hamil dan melahirkan."
"Oh, tapi bagus pak, jadi nanti kalau istri bapak hamil dan akan melahirkan bapak sudah siap." dengan perasaan getir dan agak sedikit sedih Airin mengelus perutnya.
"Iya sih, tapi saya jadi kepo hal itu sejak lihat kamu hamil Rin, kenapa ya?"
"Pak udah sampe, untung masih pagi jalanan sepi, ayo pak." lebih aman menghindari pertanyaan jebakan Daffa.
"Iya, tunggu pelan-pelan turun nya!" Daffa setengah berteriak melihat Airin segera membuka pintu dan melompat. Daffa hanya bisa geleng-geleng kepala.
TOK...TOK...TOK...
"Sih,,, Asihh,,, kamu masih di dalam kan?" mengeraskan suaraku.
"Iya Rin, tunggu sebentar kontraksi lagi nih!" teriak Asih dari dalam, dengan tertatih berjalan pelan ketika kontraksi hilang lalu meraih gagang pintu, memutar kunci dan membuka. Terlihat wajah sedikit pucat Asih, Asih pun memandang kaget melihat menampilan Airin yang dengan memakai celana leging dan tunik tak bisa menyembunyikan perutnya yang buncit.
"Hei kok bengong, barang yang mau di bawa udah disiapin apa belum?" aku pun menyadarkan lamunan Asih yang menatap perutku.
"Eh...udah-udah. Tas nya di kamar, tapi tunggu sebentar ya aku kebelet pup, kamu kesini naik apa?" Asih mulai berjalan pelan menuju kamar mandi, aku memapah nya.
"Alhamdulilah dianterin pak Daffa, kayanya dia nunggu di luar deh."
"Oh, ya udah ambilin tas bayi yang di deket lemari ya, itu udah lengkap isi nya." Asih masuk ke kamar mandi menunaikan hajat nya.
Begitu aku kembali ke depan kulihat Daffa berdiri membelakangi pintu. Ku tatap punggung lebar tubuh tinggi tegap satu-satunya pria yang telah ku tolong tapi malah mengambil kehormatan ku, pria yang kini menjadi majikan ku. Membuang napas kasar tak ingin pikiran ku menghayal tinggi.
"Ehm.. Pak Daffa ini tas nya Asih, saya taruh di mobil ya pak." kataku sembari melangkah ke mobil.
"Eh,,,sini biar saya aja yang bawa. Kamu tunggu Asih aja." dengan cepat mengambil tas besar dari tangan ku dan membawanya ke mobil.
Ya Allah,,,, kenapa engkau pertemukan aku dengan nya lagi? Aku gak mau menimbulkan dan membiarkan rasa berlebih kepadanya.
Aku hanya bisa menatap sendu. Majikan ku ini memang baik, berbulan-bulan lamanya aku bekerja di rumahnya melihat sikap dan juga sifatnya. Perhatian kecil saat ia ingin mengelus perutku tapi ragu. Aku tau sebenarnya dia pria yang baik dan sopan, aku tak menyalahkan kejadian buruk waktu itu karena semua diluar kuasa ku dan dia. Meski akhirnya hanya aku yang akan merasakan, menjaga, merawat, menyayangi, bayi ini seorang diri Tak apa aku ikhlas.
"Rinnnn!!!" suara asih memanggil.
"Iyaaa,,, udah pup nya? Ayo kita langsung aja ke rumah sakit." aku kembali memapah Asih, membantu mengunci pintu lalu ke mobil.
Asih terus menatap wajahku dan perutku lalu menatap pria dibelakang kemudi. Dengan colekan dilengan, aku menatapnya. Asih memberi kode mata dan anggukan kepala lalu menoleh ke arah Daffa.
"Hah...apa?!" aku gak paham kode anehnya. Asih gemes melihat ku yang gak ngerti, baru ingin bersuara perut nya kontraksi lagi.
Tiba di rumah sakit bersalin, Asih segera di dudukkan di kursi roda, aku ingin mendorong tapi dilarang dan tangan Daffa cepat mengambil alih pegangan kursi itu. Asih melihat tatapan khawatir kearah Airin khawatir dengan keadaannya, nampak begitu sayang dan menjaga. Sejenak membuat Asih iri, perasaan hormon melow wanita hamil tanpa suami begitu melihat hal romantis, segera membawa hatinya kembali sedih.
Kamu beruntung Rin, memiliki suami yang begitu perhatian dan baik juga tampan. Andai saja aku pun mendapatkan pria seperti dibelakang ku ini, entah bagaimana bahagia ku.
Asih segera dibawa ke kamar bersalin setelah melakukan pendaftaran, aku membantunya berganti kain di kamar mandi, didalam ruang tindakan ada sekitar tiga ibu hamil lainnya dan kami hanya disekat dengan kain. Kontraksi Asih pun sudah semakin sering dan bertambah cepat tingkat sakitnya. Suster memasang gelang pasien di lengan Asih, lalu memasang infus. Seorang bidan datang mengecek ke arah tengah kedua kaki Asih.
"Wah,,, sudah pembukaan lima ini. Sabar ya gak lama lagi ketemu sama dede bayi nya. Saya tinggal dulu ya, kalau mules nya semakin sering teriak aja saya ada di meja sana." bu bidan beranjak pergi.
"Sih,,, jangan lupa istigfar ya, baca doa apapun yang kamu bisa ya. Aku tunggu kamu disini." kataku sambil mengelap bulir keringat Asih yang mulai berembun di dahi nya. Asih mengangguk.
"Itu tadi suami kamu Rin? Ini hamil nya udah berapa bulan? Kamu nikah ko gak bilang sama aku sih?" Asih memberondong pertanyaan.
"Maaf ya Sih, sebenernya dia ituuu...."
"Aduhhhh,,, suster, Rinnn aduhhhh ya Allah sakit, astagfirullah sakitttt...!!!" Asih berteriak menahan mules.
**********🌹🌹🌹🌹🌹**********
apa reaksi bapak Faisal jumpa dengan mantan istrinya dan apa sebenarnya niat Bu Widya mau jumpa ya
tp kok zaman dah modern gini masih aja ada hal² yg berbau nganu..
hmm 🚶♀️🚶♀️🚶♀️
wlopun cara itu diluar nalar sekalipun 🤦♀️
aduh Del, km ini wanita masa kini kok percaya hal kek gitu sih 😶
inget lho, nyawamu sndiri yg jd taruhannya itu..
smua masih abu².. aku nunggu jd merah muda dan biru aja deh 🚶♀️🚶♀️🚶♀️
km baik² aja kn?!
klo smpe terjadi sesuatu sm km kelak, apa Airin bakal kembali sm Daffa??
hmm, bolak balik dekok w mren ieu mh
kek nya 11 12 sm Delia..
apa mungkin Rachel yaa??
jadinya gini kan..
km sndiri yg tersiksa krna jelas² km yg berjuang sndiri
km hrus berusaha lebih keras lagi utk mencari Airin dan mendapat maaf darinya..
ehh ini Faisal sakit apa sih..
jgn bilang dia mengidap penyakit berbahaya yg mengancam nyawanya.. halahhh klo kek gitu, bisa jd angin segar buat Daffa..