Rinda mengenalkan sahabatnya yang bernama Dita dengan Danis, kekasihnya. Sikap dan kebiasaan Danis berubah, setelah Rinda kenalkan pada Dita. Tidak ada lagi Danis yang selalu ada disetiap Rinda membutuhkannya. Karena setiap kali Rinda butuh Danis, pria itu selalu bersama Dita.
Rinda menyesal mengenalkan Dita pada Danis. Rinda tidak menyangka orang terdekatnya akan mengkhianati dirinya seperti ini.
Puncak penyesalan Rinda, dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, Danis dan Dita masuk ke dalam hotel sambil menautkan jari-jari tangan mereka. Kebetulan Rinda sedang bersama Keenan, pria yang baru saja menjadi temanya. Rinda tidak tahu, jika Keenan adalah calon suami Dita.
Bagaimana sikap Rinda selanjutnya pada Danis dan Dita?
Keputusan apa yang akan dipilih Rinda tentang hubungannya dengan Danis
Bagaimana sikap Rinda pada Keenan, setelah tahu pria itu calon suami Dita?
Yuk simak cerita 'MENYESAL' selengkapnya, hanya di NOVEL TOON
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Mengunjungi Makam
"Kamu itu belum menikah Keenan. Bagaimana bisa punya a....."
Mama Mitha tidak melanjutkan ucapannya. Pikirannya menjadi liar, mengira putranya itu sudah memiliki anak diluar nikah. "Mama tidak akan menerima anak kamu yang lahir diluar nikah," ucap mama Mitha.
"Ma, jangan sembarang menuduh," balas Keenan yang terkejut. Bagaimana bisa ibunya itu berpikir buruk tentang dirinya. Keenan selalu ingat apa yang mama Mitha ajarkan, untuk menghormati mahluk yang bernama perempuan.
"Kamu sendiri yang bilang, kamu akan -."
"Keenan sedang berkendara, nanti kita bicara lagi." Keenan memutuskan panggilan dari ibunya.
"Anak itu!" Mama Mitha menggerutu karena Keenan memutuskan panggilannya.
"Tidak bisa dibiarkan. Ini tidak boleh terjadi." Mama Mitha merasa Keenan hanya mengulur waktu untuk memberitahu keberadaan anaknya.
"Massss!" Mama Mitha memanggil suaminya yang baru saja lewat didekatnya.
"Ada apa Mi?"
"Mas gawat. Keenan, ... anak itu sudah punya anak."
"Kamu ini bicara apa? Mana mungkin Keenan punya anak."
"Itu masalahnya Mas, Keenan punya anak diluar nikah."
"Jangan asal bicara, kamu tahu sendiri putraku itu laki-laki baik dan bertanggung jawab. Tidak mungkin dia punya anak tanpa memberitahu kita." Papa Fardhan tidak percaya dengan keterangan yang baru saja istrinya sampaikan.
"Keenan bilang sendiri. Baru saja Mitha telepon dia. Karena Ana memberitahu Mitha, Keenan membatalkan perjodohannya dengan Dita."
"Bukan berarti dia punya anak, kan?"
"Dia akan mengenalkan anak itu pada kita. Karena itu dia membatalkan perjodohannya dengan Dita." jawab mama Mitha menjelaskan.
Papa Fardhan hanya diam saja, lalu meninggalkan mama Mitha seorang diri. Yang papa Fardhan tahu, Keenan sudah menolak perjodohan yang dilakukan Mitha dengan putri temannya itu sejak awal. Bukan kali ini saja.
Keenan menoleh pada Rinda sekilas, setelah dia memutuskan panggilan dari mama Mitha. "Maaf sudah merepotkan kamu," ucapannya.
"Saya tidak tahu alamat tujuan Saya ternyata alamat yang sama dengan rumah kamu," ucap Keenan lagi sambil menatap lurus jalanan kota Bandung yang dia lewati.
"Tidak sama, yang kamu tuju itu alamat tetangga depan Saya."
"Sama saja, hanya beda nomor rumah." balas Keenan.
Hening, Rinda tidak lagi menjawab. Keenan pun fokus dengan jalanan. Sampai dering smartphone milik Rinda memecahkan kebisuan antara keduanya.
"Ada apa?" jawab Rinda, setelah memutuskan untuk menerima panggilan itu. Dia tidak bisa terus bersembunyi.
"Kamu di mana Nda? Bunda bilang, kamu pergi sama teman kamu yang dari luar kota."
"Iya," jawab Rinda singkat.
"Aku mau cerita. Aku baru saja putus dengan calon suamiku. Aku sedih Nda, aku mau tetap sama dia."
"Aku sibuk, nanti saja ceritanya." Rinda memutuskan panggilan dari Dita.
Rinda tidak akan meluangkan waktu hanya untuk mendengarkan curahan hati wanita itu. Dita pasti berbohong dengan mengatakan sedih. Sudah ada Danis yang menjadi cadangannya untuk dijadikan suami.
Ingin sekali Rinda mengatakan hal tersebut pada Dita, agar sahabatnya itu tahu, dia sudah tahu apa yang dita dan Danis lakukan di belakangnya. Tapi Rinda harus sabar. Akan ada waktunya, untuk dia memberitahu Dita dan Danis.
"Kamu baik-baik saja?" Keenan mencoba bertanya, karena Dita terlihat murung setelah menerima panggilan dari orang yang Keenan tidak tahu siapa.
"Saya baik-baik saja," jawab Rinda.
"Bagus kalau begitu. Sekarang kamu bisa mulai menunjukkan jalan menuju tempat yang bisa membuat kamu melepaskan amarah dan kekesalan kamu," ucap Keenan.
"Bukankah masih ada satu alamat lagi yang akan kamu tuju?" Tanya Rinda.
"Bukan hal penting. Bisa lain kali."
Rinda tidak akan berdebat, dia memang butuh tempat untuk berkeluh kesah. Bukan dengan marah seperti yang Keenan katakan. "Belok kiri," ucap Rinda.
Keenan tidak percaya Rinda mengajaknya ke tempat pemakaman umum, bukan ke taman bermain atau tempat wisata yang bisa menghibur gadis itu.
"A' Rendi, Teh Dian, Rinda datang." Rinda berjongkok setelah menyapa nama yang tertulis di dua nisan yang berdampingan.
"Maaf, Rinda tidak mengajak Ardi menemui kalian. Rinda hanya ingin memberitahu, kalian benar tentang Dita. Dia sudah berubah, bukan berubah jadi Avenger."
Keenan yang sebelumnya terharu, menyunggingkan senyum, saat mendengar Rinda bercanda. Gadis itu tidak lemah seperti yang Keenan kira.
"Dita berubah jadi liar. Bukan liar seperti rumput, tapi seperti binatang buas. Seperti yang pernah kalian sampaikan pada Rinda waktu itu. Maaf, Rinda tidak percaya kalian. Sekarang Rinda percaya. Dia sudah menerkam Rinda dari belakang." Ucap Rinda lagi.
"Beberapa hari lagi, Rinda akan bawa Ardi. Mungkin untuk pamit pada kalian berdua. Jangan khawatir, Rinda tetap akan mengajak Ardi menemui kalian."
Rinda diam sejenak. Dia melafazkan doa dalam hati, untuk dua orang yang dia sayangi. Untuk kakak yang selalu menjaga dan melindunginya. "I love you A' Rendi. Teh Dian, terima kasih sudah setia menemani A' Rendi. Rinda pulang dulu."
Rinda berdiri lalu berbalik. Dia menemukan Keenan berdiri tepat dihadapannya. "Maaf lupa mengenalkan kamu dengan mereka," ucap Rinda.
"A' Rendi, Teh Dian, Rina mau mengenalkan seseorang. Dia yang mengantarkan Rinda menemui kalian. Dia teman Rinda. Kami baru kenal kemarin malam. Namanya Keenan."
Rinda mengajak Keenan kembali ke mobil, setelah Keenan menyapa Rendi dan Dian. Tidak ada yang bicara selama perjalanan ke mobil. Hanya saja Rinda sedikit merasa lega, sudah meminta maaf pada kedua kakaknya. Khususnya pada Rendi, yang sering mengingatkan Rinda untuk menjaga jarak dengan Dita.
"Mereka siapa?" Keenan yang sejak tadi penasaran, tidak tahan untuk tidak bertanya.
"A' Rendi itu kakak saya, ayah Ardi. Dan Teh Dian, istrinya. Wanita yang melahirkan Ardi."
"Pantas saja Ardi mirip sama kamu dan juga bunda Nara. Saya sempat ragu, jika Ardi bukan anak kamu," balas Keenan.
"Kamu bukan orang pertama yang mengira akan hal itu. Tapi, kamu beruntung mengetahui kebenarannya lebih cepat. Dulu Danis, ...."
"Kenapa tidak dilanjutkan?" tanya Keenan, karena Rinda tidak juga bersuara. Keenan jadi penasaran.
Rinda menggeleng, Keenan tidak perlu tahu. "Kamu mau kemana lagi?" Tanya Rinda, mengalihkan pembicaraan.
Keenan tidak akan memaksa. Mereka baru kenal, wajar jika Rinda tidak bisa bercerita lebih banyak. Keenan sudah merasa senang, dia bisa mengenal dua orang keluarga Rinda yang lain. Biarpun mereka sudah tiada.
***
"Halo, halo Rin, Rinda." Dita menatap layar pipih miliknya yang gelap, menandakan Rinda memutuskan panggilannya.
Dita merasa ada yang berubah dengan Rinda sejak kemarin. Sahabatnya itu tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya, mengabaikannya. Rinda akan selalu ada waktu untuknya, sesibuk apapun itu.
Dita merasa butuh teman bicara. Dari semua teman-temannya, hanya Rinda yang setia mendengarkan. Karena itu Dita mempertahankan Rinda menjadi temannya. Meskipun dia sangat membenci adik Rendi itu.
"Apa dia tahu hubungan aku dengan Danis?" Dita bertanya dengan dirinya sendiri.
"Danis, aku coba tanya dia. Mungkin dia tahu, ada apa dengan Rinda."
Berkali-kali Dita menghubungi nomor Danis, selalu berakhir dengan panggilan tidak terjawab. Dita lupa, jika dia yang mematikan smartphone milik pria itu. Sementara Danis masih sibuk mengikuti Rinda dan Keenan.
Danis memantau dari jauh. Dia penasaran, pekerjaan apa yang Rinda dan Keenan kerjakan. Dan Danis terkejut, saat keduanya mengunjungi makam.
"Apa ini yang menurut mereka bekerja," gumam Danis.
Selama dua tahun Danis menjalin hubungan dengan Rinda, tidak satu kali pun Rinda membawa Danis menemui Rendi dan Dian. Danis juga tidak pernah bertanya, dimana kedua orang tua Ardian di makamkan. Yang Danis pikirkan, hanyalah Rinda, Rinda dan Rinda.
Menerima keberadaan Ardian, adalah satu-satunya cara agar Rinda melihat padanya. Danis tidak sungguh-sungguh menyukai Ardian. Semua dia lakukan, agar Rinda tidak pergi darinya. Namun kehadiran Keenan, sepertinya menggoyahkan Rinda. Danis tidak akan tinggal diam. Apalagi kendaraan yang Keenan kemudikan menuju hotel tempat dia dan Dita menginap.
"Jadi ini, mengapa mobil kamu ada di parkiran. Kamu menolak ku karena pria itu. Lihat saja Rinda, aku akan membuat kamu memohon kembali pada ku," ucap Danis.
Danis ikut menghentikan kendaraannya, begitu Rinda turun dari kendaraan Keenan. Beberapa saat kemudian, Rinda menemui temannya. Danis mengenali gadis yang bersama Rinda. Dia adalah Delia, sahabat yang juga rekan kerja Rinda di kantor.
"Rinda ke hotel menemui Delia?" gumamnya.
Rencana Danis untuk menangkap basah Rinda gagal. Danis tidak bisa mendapatkan bukti, bahwa Rinda ada hubungan dengan Keenan. Itu berarti dia tidak bisa mengancam Rinda dengan bukti perselingkuhan Rinda dengan Keenan.
Danis, Danis. Kamu tidak tahu, justru Rinda yang punya bukti kamu selingkuh dengan Dita. Tunggu saja tanggal mainnya. Kamu yang akan memohon pada Rinda untuk kembali padamu.
"Itu mobil Danis," bisik Delia, waktu bercipika dan bercipiki dengan Rinda.
"Aku tahu," ucap Rinda.
"Karena itu kamu mengajak aku bertemu di sini?" Tanya Delia.
"Mobil aku ada di basement hotel ini," jawab Rinda.
"Kok bisa?"
Rinda tersenyum. "Ceritanya panjang, nanti saja. Sekarang, mana profil CEO kita yang baru. Ceritakan tentang dia, biar besok aku lulus, diterima jadi asisten merangkap sekretaris CEO."
"Kamu benar mau meninggalkan Bandung?" Tanya Delia memastikan.
"Aku tidak mau jauh dari kamu, Del. Setelah menikah, kamu ikut suami kamu, kan?"
Delia mengangguk. "Kamu beruntung Nda, calon suami aku teman baik CEO baru kita."
lanjut thor ttp semangat cetita bagus
lanjut ttp semangat thor💪 ceritanya bagus 👍