Di balik kebahagiaan Daniel dan Naina yang sudah bersatu di dalam ikatan pernikahan, ada dua hati yang harus patah karena harus kehilangan sosok yang begitu mereka cintai.
Namun siapa sangka, dengan berjalannya waktu mereka yang ditinggalkan pun akhirnya mendapatkan sosok pengganti yang baru yang tidak pernah mereka sangka hingga akhirnya terikat dalam pernikahan.
Siapakah dua sosok itu? Ayuk simak kelanjutan cerita Dia Anakku, Bukan Adikku di sini, ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Baik-baik sayang
"Aku baik-baik saja." Balas Naina seraya mengelus kepala Daniel yang kini tengah berada di pangkuannya.
"Kau tidak baik-baik saja, Sayang. Lihatlah wajahmu pucat sekali." Ucap Daniel seraya mengelus wajah Naina.
Naina menempelkan sebelah tangannya di atas tangan Daniel. "Aku sungguh baik-baik saja, Sayang." Ucap Naina meyakinkan.
Daniel menggelengkan kepalanya tanda tak percaya.
"Sudahlah... lebih baik sekarang kau bangun dan bersiap pergi bekerja." Ucap Naina.
"Tapi..." Daniel hendak protes namun jari telunjuk Naina yang sudah berada di atas bibirnya menghentikannya.
"Mandilah segera karena aku juga ingin mandi dan memandikan Zel." Ucap Naina dengan tegas.
Daniel menghela nafas panjang lalu bangkit dari pembaringannya. "Kau masih ingin bekerja dengan kondisimu seperti ini?" Tanya Daniel.
"Memangnya ada apa dengan kondisiku? Aku baik-baik saja." Ucap Naina meyakinkan kembali.
"Kau ini terlalu keras kepala." Ucap Daniel lalu mengacak gemas rambut Naina.
Naina tersenyum lalu kembali meminta Daniel untuk membersihkan tubuhnya lebih dulu. Setelah Daniel masuk ke dalam kamar mandi, Naina pun beralih membangunkan putrinya yang masih nyaman terlelap dalam tidurnya.
"Sayang... anak Mama ayo bangun." Naina mengusap-usap kepala Zeline untuk membangunkannya. "Zeline sayang..." ucap Naina lagi karena Zeline tak kunjung membuka matanya. Naina menghela nafas sesaat melihat putrinya yang begitu sulit untuk dibangunkan. Cukup lama Naina berupaya membangunkan Zeline hingga akhirnya kedua kelopak mata Zeline perlahan terbuka.
"Napa mangunin, Mah?" Tanya Zeline seraya mengucek kedua matanya.
"Sudah saatnya bangun, sayang... Mama dan Papa akan berangkat bekerja dan mengantarkan Zel ke rumah Nenek." Ucap Naina.
"Masih ngantuk ini, Mah." Keluh Zeline sambil membenamkan wajahnya di perut Naina.
Naina tersenyum melihatnya. Dengan perlahan Naina pun mengangkat tubuh Zeline dari atas ranjang. "Tuh Papa sudah selesai mandi. Sekarang saatnya kita mandi." Ucap Naina.
Zeline mengangangguk saja lalu menjatuhkan wajahnya di pundak Naina.
*
"Apa kau yakin akan tetap bekerja hari ini?" Tanya Daniel setelah mereka mengantarkan Zeline di rumah Ibu dan Ayah.
"Aku yakin. Lagi pula aku baik-baik saja." Balas Naina dengan tersenyum.
Daniel menghela nafas lalu kembali fokus pada kemudinya. Ia dibuat tak dapat berkata-kata jika keras kepalanya istrinya itu kambuh. Hingga sampai di perusahaan Daniel kembali bertanya tentang kesanggupan Naina untuk bekerja hari ini. Dan lagi Naina menjawab jika ia baik-baik saja hingga Daniel terpaksa mengikuti keinginan istrinya itu.
Di saat jam makan siang tiba, Naina terlihat begitu sulit untuk bangkit dari kursi kerjanya saat sakit di kepalanya kembali mendera.
"Naina, apa kau baik-baik saja?" Tanya Sasa yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik Naina.
"Aku baik-baik saja." Balas Naina berupaya tetap tersenyum.
"Jika kau kurang enak badan lebih baik kau di sini saja biar aku membelikan makan siang untukmu." Tawar Sasa.
Naina menggelengkan kepalanya. "Aku akan ikut dengan kalian ke kantin." Ucap Naina lalu bangkit dari duduknya.
Sasa pun terpaksa menurutinya. Mereka pun keluar dari dalam ruangan divisi Humas diikuti Dimas dan Thoriq di belakangnya.
"Sasa, kalian duluan saja, ya. Aku ingin ke kamar mandi sebentar." Ucap Naina saat mereka sudah hampir sampai di depan lift.
"Tapi..." Sasa nampak ragu.
"Aku tidak apa-apa." Ucap Naina meyakinkan.
Sasa menghela nafas lalu mengangguk. Pandangannya pun terus tertuju pada Naina yang kini berjalan ke arah kamar mandi. Baru saja Sasa mengalihkan tatapannya ke arah lift kembali, pandangannya kembali dibuat tertuju ke arah Naina saat mendengar suara keributan di depan kamar mandi.
"Naina?" Pekik Sasa melihat tubuh Naina yang terjatuh tepat di depan pintu kamar mandi.
***
Jangan lupa berikan vote, like dan komennya sebelum lanjut ke bab berikutnya☺️
Jangan lupa follow IG SHy ya : @shy1210_ untuk mengetahui informasi update☺️