Leticia Nathania yang sering di panggil Cia adalah gadis yang sangat cantik dan selalu ceria. Cia selalu di kelilingi oleh orang-orang baik yang sangat menyayanginya. Namun semuanya berubah ketika Cia terpaksa menikahi Carlo karena di jodohkan oleh almarhum kakeknya.
Awalnya Cia ragu menikah dengan Carlo karena melihat sikap pria itu yang terlihat sombong. Tapi akhirnya Cia bersedia juga menikah dengan pria itu karena orang tuanya berusaha dengan keras meyakinkannya. Orang tuanya mengatakan kalau cinta itu akan tumbuh setelah menikah.
Setelah menikah, Cia tinggal satu atap dengan mertuanya. Dan itu bukanlah hal yang mudah, terlebih mertuanya tidak menyukai kehadiaran Cia sebagai menantu.
"Cia, kamu bersenang-senang seharian di kamar dan membiarkan Ibu dan adik bekerja, maksud kamu apa?" tegas Carlo membuat Cia sangat kaget.
Pasalnya Cia yang mengerjakan semua pekerjaan rumah seharian.
Tiba-tiba saja air mata Cia menetes tanpa di minta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MartiniKeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah sakit
"Carlo muka kamu kenapa bonyok begitu?"tanya Linda sembari menaikkan alisnya.
"Biasa, Ma. Cowok biasa begini. Jadi gimana ceritanya Tania bisa kecelakaan?"tanya Carlo terlihat penasaran. Padahal dia sudah melarang Tania keluar dari rumah ini, tapi wanita itu sangat keras kepala.
"Tadi sebelum mama telepon kamu, Tania minta izin mau keluar, katanya mau ke Cafe depan. Nggak lama kemudian, dia telepon minta dijemput ke sana, katanya dia keserempet motor yang kebut-kebutan."
"Ngapain sih Tania keluar malam-malam begini ma? Bukankah aku sudah menyiapkan semuanya di rumah ini?"tanya Carlo dengan raut wajah memerah.
Linda sedikit gelagapan, lalu berdehem sebelum menjawab. "Ada makanan kesukaannya di Cafe itu, jadi dia ingin membelinya. Kalau keluar siang, dia takut ada yang melihatnya tinggal di sekitar sini."
"Di rumah ini kan ada pembantu . Kenapa nggak nyuruh pembantu aja? Atau jangan-jangan Tania nggak pergi ke sana?"
"Kamu nggak percaya sama mama?"
"Bukan begitu mah. Apa mama sudah lupa dengan perkataan papa saya dulu? Papa melarang kalian berkeliaran di kota ini. Jika papa melihat, lalu melakukan sesuatu pada kalian gimana?"
"Cih, kamu tenang aja. Papa kamu nggak akan berani melakukan sesuatu dengan kita."
"Maksudnya?" Carlo di buat bingung dengan perkataan mama mertuanya.
"Kamu akan tahu nanti, yang jelas papa kamu tidak akan melakukan apapun sama mama dan Tania, termasuk___"
"MAMA." Teriakan dari dalam kamar langsung menghentikan ucapan Linda.
"Masuk sana! Sepertinya Tania sudah bangun. Tadi dia nanyain kamu terus, jadi sebaiknya cepat masuk ke dalam."
"Iya, Ma. Kalau begitu aku ke dalam dulu."
Linda mengangguk dan membiarkan Carlo berlalu dari sana.
"Cih, kamu pikir bisa mengancam aku Farhan? Aku tahu rahasia besar keluarga kamu, dan kamu tidak akan berani macam-macam denganku."
Tanpa dia sadari, Carlo masih berdiri di belakangnya dan mendengar semua perkataan Linda barusan.
'Rahasia apa yang dia maksud? Apa dia mengetahui rahasia papa?' Pikir Carlo sembari memperhatikan mertuanya.
¤¤¤¤¤¤
Pagi harinya di kediaman orang tua Cia, mereka saat ini sedang sarapan bersama. Seperti biasa Cia sudah membuatkan sarapan kesukaan Damian. Tidak lupa juga ada segelas susu hangat di sana.
"Ticia." Damian menjerit saat Cia terlihat terkejut ketika dia memanggilnya. "Ticia kenapa?"
"Tahu tuh, dari tadi dia ngelamun terus, lagi mikirin apa sih kak? Kalau ada masalah cerita dong kak."
"Mana ada ngelamun Nic, aku biasa-biasa aja kok." Cia melihat ke arah Damian yang masih menatap penasaran ke arahnya. "Aku nggak apa-apa, kak Damian percaya kan sama aku?"
Damian hanya mengangguk dan kembali memakan sarapannya, meski sesekali masih melirik ke arah Cia, dan Nico pun ternyata melakukan hal yang sama sepertinya. Keduanya berpikir mungkin Cia masih memikirkan pembahasan semalam tentang suaminya yang tidak bisa datang.
" Oh iya Nic, kamu berangkat ke kampus mau pakai apa? Motor kamu kan di pake temanmu?" tanya Yudi sembari menatap putranya.
"Berangkat sama aku pa. Sekalian aku juga mau nganterin kak Damian buat terapi."
"Ticia ingat?" Cia tersenyum menganggukkan kepala.
"Inget dong, kenapa? Kak Damian pikir aku bakal lupa?" Kini giliran Damian yang mengangguk polos. "Enggak mungkin lah aku lupa, aku ini bukan orang pelupa."
"Cih, bukan orang pelupa sih, tapi nggak pernah peka." Sindir Nico
"Kakak peka yah, enak aja kamu."
"Peka sama apa coba?"tanya Nico kemudian.
"...itu__ck, udah cepetan sarapannya nanti kakak tinggal yah."
Orang tua mereka hanya diam saja membiarkan kedua kakak beradik itu bertengkar, karena sudah terbiasa bagi mereka.
Setelah selesai sarapan mereka langsung mengantarkan Nico, dan sekarang keduanya udah ada di rumah sakit, hanya tinggal menunggu kedatangan dokter saja.
"Kak, aku ke toilet sebentar yah, kakak nggak apa-apa kan sendiri?"
"Enggak apa-apa, Ticia hati-hati yah." Ticia mengangguk dan langsung pergi dari sana meninggalkan Damian sendiri.
"Kak Damian?" Damian mengangkat pandangannya menatap Carlo dan perempuan yang ada di sampingnya. "Kasihan sekali sih hidup kakak, ke rumah sakit aja sendiri." sindir Carlo
"Jangan ngurusin hidup orang, pergilah! Ngeliat muka kalian hanya bikin aku muak."
"Cih, cacat aja belagu." Tania yang sedang bergelayut manja memandang remeh ke arah Damian.
"Siapa kamu berani menyebutnya cacat?" Ketiganya langsung melihat ke arah sumber suara.
"Ticia."
Carlo membeku di tempatnya bahkan secara tidak sadar dia menghempaskan tangan Tania yang melingkar di lengannya.
Semalam memang Tania yang meminta untuk di bawah ke rumah sakit, dan Carlo menurutinya. Tapi siapa sangka dia malah bertemu dengan Damian bahkan, Cia?
"Sayang, kamu apa-apaan sih?! Kok jadi kasar begini." Carlo menoleh ke arah Tania saat dia dengan santainya memanggilnya dengan kata sayang di depan istrinya.
Padahal baru saja tadi pagi pria itu menghubungi Cia, entah dari mana Carlo mendapatan nomer Cia. Pria itu meminta maaf atas semua yang sudah dia lakukan selama ini pada Cia. Carlo mengatakan kalau dia sudah tidak berhubungan lagi dengan Tania. Dia juga mengatakan akan serius dengan Cia.
"Diam lah Tan. Tutup mulutmu!"
Carlo kembali menatap Cia yang sedang bersedekap dada memandang datar ke arahnya. "Ini tidak seperti yang kamu lihat, saya bisa jelaskan."
"Ck, siapa juga yang minta penjelasan kamu. Santai aja, gak usah panik, apalagi sampai kasar begitu sama 'wanitamu' itu. Cukup aku saja yang kamu perlakukan dengan kasar kak." Kata Cia dengan raut wajah yang terlihat sangat kecewa.
"Dia buka__"
"Oh jadi ini perempuan yang ngerebut kamu dari aku sayang? Bukankah perempuan ini yang kamu bilang pembantumu saat aku ke rumahmu ? Jangan-jangan kamu membohongiku? "
Tania memandang Cia dari atas sampai bawah. Dia akui kalau wanita itu sangat cantik seperti barbie hidup. Sial! Tiba-tiba dia merasa insecure dengan visual dan pakaian yang dipakai oleh perempuan di depannya. Tapi dia berusaha untuk biasa saja, gengsi kalau sampai ketahuan.
"Perebut? Siapa yang kamu maksud perebut?"tanya Cia dengan raut wajah bingung.
"Cih, pake pura-pura polos. Kamu itu wanita tidak tahu diri yang bisanya cuma merebut kekasih orang lain!"
"Begitu rupanya?" Cia melirik suaminya dan Damian sekilas. "Apa kak Carlo nggak pernah cerita sama kekasih kakak, siapa yang mengejar siapa di sini. Aku__atau justru kamu?"
"Tania cukup! Kamu apa-apaan sih!"
"Kamu yang apa-apaan? Kenapa kamu belain wanita murahan itu?" tanya Tania dengan wajah memerah.
"CUKUP!" Damian menatap tajam ke arah Tania. "Siapa kamu berani menyebutnya murahan?"teriak Damian dengan suara yang melengking
Tania malah tertawa keras mendengarnya. "Wah...wah..ternyata kalian saling melindungi? Cocok sih kalau kalian jadi pasangan, sangat serasi. Yang satu murahan, yang satu lagi cacat!"kata Tania dengan tawa yang semakin keras.
Terima kasih ya krn sudah mampir, jangan lupa like dan komentarnya ya kakak2, biar author tambah semangat nulisnya😊