follow igku @zariya_zaya
"Aku Leopard Bay Pyordova berjanji, akan selalu mencintai Shena Narendra Bonscha tanpa syarat apapun selamanya. Sepanjang hidupku, hanya akan mencintai Shena. Tidak ada wanita lain dihatiku selain wanita yang kini sudah menjadi istriku."
Tak pernah terbayangkan di benak Shena, ia bakal menjadi istri seorang sultan dengan julukan gengster nggak ada akhlak. Siapa lagi kalau bukan Leopard Bay Pyordova.
Kisah cinta mereka yang sweet, romantis dan bisa dibilang ekstrim membuat kehidupan Leo dan Shena menjadi lebih berwarna. Ditambah lagi dengan hadirnya sang buah hati dari pernikahan keduanya. Setiap masalah selalu bisa mereka selesaikan dengan gaya khas si gengster Leo.
Ini adalah sekuel dari novel Playboy Jatuh Cinta (The King in Love)
Seperti apa kisah cinta Leo dan Shena selanjutnya? Yuk simak keseruannya disetiap episodenya. Tentu saja dengan gaya khas kesomplakan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Titin Supriatin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 24 Aku Ada, karena Kau Ada
Leo berdiri mematung di sisi jurang mengingat kata ‘Geng Kapak’ yang disebutkan preman tadi. Bayangan kisah kedua orangtua Leo yang dulu sempat Refald ceritakan padanya saat Leo masih anak-anak membuat suami Shena itu memejamkan matanya untuk memulai apa yang sudah ia persiapkan sejak pertama kali mempelajari ilmu bela diri. Geng itu sudah ada sebelum Leo lahir kedunia dan keberadaan geng tersebut membuat Leo semakin menguatkan kepalan tangannya.
Dalam hati, Leo bersumpah bahwa ia akan menghabisi semua anggota geng kapak itu dengan tangannya sendiri apapun yang terjadi. Karena itulah, ia terus berlatih dan terus mengasah kemampuannya karena Leo tahu, suatu saat nanti ia bakal berhadapan langsung dengan pemimpin geng kapak yang dulu sempat membunuh kedua orang tua Shena saat mereka menyelamatkan Leo dari penculikan atas perintah Kenzo.
Shena berjalan cepat dan berdiri disamping Leo sambil memerhatikan luka ditangan suaminya. “Kau terluka, Leo.” Shena membuyarkan lamunan Leo dan memegang tangan suaminya yang terluka.
Shena merobek bagian bawah bajunya dan mengikatkan sobekan kain itu ditangan Leo agar darahnya tidak terus-terusan mengalir.
“Kau tidak apa-apa, Sayang?” tanya Leo sambil memerhatikan istrinya yang sedang sibuk membalut lukanya.
Shena berusaha menahan air matanya agar tidak pecah. Ia mencoba berkosentrasi merawat luka suaminya. “Aku baik-baik saja, karena ada kau disini. Tapi lihat dirimu! Kau terluka gara-gara aku. Sebagai istrimu, aku payah sekali, aku benar-benar bodoh dan hanya menjadi bebanmu saja. Aku selalu buat masalah dan kaulah yang harus menanggung semua kekacauan yang aku buat.” Shena tak bisa berkata-kata lagi, ia menunduk sambil menangis merutuki dirinya sendiri. Seandainya saja ia tidak bertindak gegabah, kejadian ini tidak akan terjadi dan Leo tidak akan terluka seperti ini. “Semua ini salahku! Maafkan aku, Leo. Harusnya aku tidak pernah meragukan cintamu padaku. Aku benar-benar minta maaf,” isak Shena masih sambil memegangi tangan suaminya.
Senyum mengembang terpancar di wajah Leo, ia mengangkat dagu istrinya supaya mau menatapnya. Leo mengusap lembut sisa bulir air mata Shena sambil berkata, “Siapa bilang kau itu bebanku. Kau adalah sumber kekuatanku. Sudah sepantasnya aku membereskan semua kekacauan yang kau buat kerena itu adalah kewajibanku sebagai suamimu, juga perintah langsung dari ibuku. Kau tidak bodoh, Sayang. Justru kau sangat pintar. Disaat genting kau selalu menyelamatkan aku. Darimana kau belajar membuat ketepel itu, ha? Jangan bilang kau belajar dari Arga.” Leo tersenyum menatap Shena.
“Bukan, almarhum ayahkulah yang mengajariku. Ayahku suka memetik mangga dengan menggunakan ketepel itu dan aku lah yang memungut mangganya.” Shena jadi sedikit sedih mengingat kenangan indah saat ia masih anak-anak dulu.
Kebahagiaan saat kedua orang tuanya masih hidup begitu sempurna, tapi langsung berubah jadi neraka saat ayah dan ibunya pergi meninggalkannya selamanya. “Bagaimana dengan lukamu ini? Apa terasa sakit?” tanya Shena menepis semua kenangan itu agar tidak terlarut dalam kesedihan.
“Luka seperti ini, bukanlah apa-apa, sama sekali tidak ada artinya bagiku. Aku bahkan rela mati untukmu. Jangan menangis atau sedih lagi oke, karena suamimu ini jauh lebih kuat dari apa yang kau bayangkan. Aku punya 9 nyawa untuk menjagamu dan anak-anak kita dari semua musuh yang mengincar kita semua. Kau percaya padaku, kan?” mata Leo menatap mesra wajah Shena.
“Aku percaya padamu, kau memang satu-satunya suamiku yang paling luar biasa keren. Entah apa jadinya aku jika tidak ada kamu disisiku.”
Leo langsung mencium mesra bibir Shena tepat dipinggiran tebing diantara matahari yang hendak tenggelam diufuk barat.
“Aku ada, karena kau ada, Sayang. Selamanya, kita akan selalu bersama sampai anak cucu kita. Aku punya hadiah spesial untukmu nanti, tapi kita harus kembali dulu. Roy dan Laura pasti sudah mencemaskan kita. Ah satu lagi, kenapa kau kabur dariku?” tanya Leo sambil terus menatap Shena.
“Ehm ... itu ... aku kiraaa ... kau ....” Shena hanya menunduk tanpa berani menatap wajah suaminya.
Leo tersenyum lagi. Ia tahu apa yang ada dalam pikiran Shena saat ini. “Ayo kita pergi! ada banyak hal yang harus kita lakukan. Aku juga ingin sekali bertemu dengan Leo junior kita.” Leo menggendong tubuh Shena seperti biasanya dan membawanya ke rumah Roy dan Laura karena lokasi rumah merekalah yang terdekat dari sini.
***
Setelah sampai dirumah Laura, Leo memerintahkan anak buahnya mengantar anak laki-laki yang ternyata bernama Raymond kembali ke tempat asalnya dengan menggunakan helikopter milik Leo. Sementara ia dan Shena akan beristirahat sebentar dikediaman Laura sampai Shena kembali pulih dari rasa shocknya.
Laura sangat senang mengetahui bahwa sahabatnya baik-baik saja. Gadis itu tak henti-hentinya memeluk Shena begitu ia melihat sahabatnya masuk kedalam rumah beriringan dengan Leo.
“Kau ini! Bikin orang khawatir saja? Kenapa kau malah lari dan tidak menunggu Leo saja disini? Sini, kau! Aku ingin mengomelimu!” Laura membawa masuk Shena kedalam kamarnya dan menutup pintunya rapat-rapat agar suami-suami mereka tidak ikutan masuk ke dalam.
“Kenapa firasatku tidak enak setiap kali Laura membawa pergi Shena dariku?” ujar Leo sambil terus menatap pintu kamar yang tertutup.
“Jangan lebay gitu? Mana mungkin mereka berdua berani kabur lagi menemui idola mereka?” sindir Roy sambil duduk di kursi. “Biarkan saja mereka, ceritakan apa yang terjadi? Apa lukamu parah? Aku sudah panggilkan dokter kemari, ia akan segera datang untuk memeriksa kalian berdua.”
“Oke, ini hanya luka ringan. Shena terlalu shock tadi.” Leo pun menceritakan detail kejadian yang ia alami selama proses pencarian Shena termasuk ia harus menghabisi anggota geng kapak yang ternyata selama ini ia cari-cari.
Keberadaan geng itu memang sulit dilacak karena mereka tidak menggunakan alat komunikasi modern apapun. Ternyata mereka sengaja tinggal di daerah terpencil dan membangun kekuatan disana dengan menyiksa dan memeras orang-orang lemah untuk bertahan hidup. Sebuah geng yang benar-benar menakutkan dan ditakuti banyak orang. Mereka juga tidak menetap disatu tempat saja. Tapi selalu berpindah-pindah sehingga keberadaannya tak pernah bisa ditemukan.
Roy yang mengetahui apapun tentang Leo, sangat mengerti dan memahami bagaimana perasaan sahabatnya sekarang. “Apa Shena tahu?” tanya Roy hati-hati agar tidak menyinggung perasaan Leo.
“Belum, aku tidak ingin dia panik atau shock. Itulah kenapa kak Refald dan ayahku masih belum mau menceritakan seperti apa kisah kedua orang tua kami. Tapi Refald pernah memberitahuku siapa yang sudah menyebabkan orangtua Shena meninggal demi menyelamatkan aku waktu itu.” tangan Leo mengepal kuat, betapa inginnya ia membunuh orang yang sudah membuat Shena menjadi yatim piatu.
“Sebaiknya kau beritahu dia, tidak baik menyimpan rahasia sepenting ini sendirian. Shena juga berhak tahu. Jika dia sampai tahu dari orang lain. Ia pasti marah padamu karena ia merasa kau tidak memercayainya. Kalian sudah suami istri, masalahmu juga masalahnya begitupun sebaliknya. Kejadian Zaya sudah cukup membuat kalian jadi seperti ini. Aku harap kau tidak mengulangi kesalahan yang sama. Kalau aku jadi Shena, wajar ia punya pikiran negatif padamu kerena selama kalian menjalin hubungan, kau tidak pernah menyinggung soal Zaya.”
Leo memikirkan apa yang dikatakan sahabatnya itu memang benar. Tidak boleh ada rahasia lagi diantara mereka berdua. Ia pun bermaksud mengutarakan semuanya pada Shena setelah dokter memeriksa keadaan Shena.
“Dimana kamarku?” tanya Leo tiba-tiba.
“Ada dilantai atas. Aku sudah menyiapkan semua segala sesuatu yang kalian butuhkan.”
“Terima kasih, malam ini tutup telinga kalian, aku mau main bulan tertusuk ilalang dengan Shena sampai pagi.” Leo bangkit berdiri menuju kamar yang didalamnya ada Laura dan Shena. Entah apa yang dilakukan mereka berdua di dalam kamar itu.
“Kau benar-benar sinting!” komentar Roy sambil geleng-geleng kepala. Dalam keadaan apapun, ritual itu tak pernah ketinggalan dimanapun Leo dan Shena berada. “Bagaimana bisa aku punya sahabat nggak ada akhlak sama sekali seperti si kampret itu!” gumam Roy.
“Aku mendengar gerutuanmu! Kau sama nggak ada akhlaknya denganku,” pekik Leo dari belakang punggung Roy.
BERSAMBUNG
****