SEQUEL KEDUA ANAK MAFIA TERLALU MENYUKAIKU!
Lucas Lorenzo yang mendapati kenalan baiknya Philip Newton berada di penjara Santa Barbara, ketika mengunjunginya siapa sangka Lucas dimintai tolong oleh Philip untuk menyelamatkan para keponakannya yang diasuh oleh sanak keluarga yang hanya mengincar harta mendiang orang tua mereka.
Lucas yang memiliki hutang budi kepada Philip pun akhirnya memutuskan untuk membantu dengan menyamar menjadi tunangan Camellia Dawson, keponakan Philip, agar dapat memasuki kediaman mereka.
Namun siapa sangka ketika Lucas mendapati kalau keponakan Philip justru adalah seorang gadis buta.
Terlebih lagi ada banyak teror di kediaman tersebut yang membuat Lucas tidak bisa meninggalkan Camellia. Ditambah adanya sebuah rahasia besar terungkap tentang Camellia.
Mampukah Lucas menyelamatkan Camellia dari orang yang mengincarnya dan juga kebenaran tentang gadis itu? Lalu bagaimana jika Camellia tahu bahwa Lucas adalah seorang mafia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26. KESEMPATAN
Cahaya pagi merambat lembut melalui celah tirai, menyentuh perlahan sisi ranjang. Camellia perlahan membuka matanya, atau lebih tepatnya merasakan kehangatan yang berbeda di sampingnya. Ada napas yang teratur, ada tubuh yang terasa kokoh namun tenang di sebelahnya. Lucas masih berbaring, menghadap ke arah Camellia, satu lengan terlipat di bawah kepala, sementara lengan lainnya berada di atas selimut, seolah sengaja menjaga jarak tapi tetap melindungi.
Malam sebelumnya mereka berbicara begitu lama, hingga akhirnya tertidur bersama di bawah selimut yang sama. Anehnya, tidak ada rasa canggung yang tersisa. Justru ada ketenangan yang belum pernah Camellia rasakan selama bertahun-tahun.
"Pagi," sapa Lucas dengan suara yang terdengar rendah, serak, dan hangat. Ia rupanya sudah sadar sejak beberapa menit lalu, hanya menunggu Camellia bangun.
Camellia menoleh pelan, rona merah mudah tergambar di pipinya saat tahu kalau ada Lucas di samping gadi itu. "Pa-Pagi. Kau sudah lama bangun?"
"Tidak terlalu. Aku hanya ... terbiasa membuka mata lebih dulu, terlebih melihatmu di pagi hari benar-benar membuatku merasa beruntung," jawab Lucas, kali ini dengan nada menggoda.
"Berhenti berkata yang tidak-tidak," tegur Camelllia, malu dengan ucapan Lucas barusan.
Tawa kecil terdengar dari mulut Lucas, lalu mencium kening Camellia penuh afeksi sayang dan memeluk Camellia erat.
Gadis utu gelagapan, belum pernah ia mendapati Lucas seperti ini. Menempel manja hingga membuat Camellia kewalahan dengan kelakuannya.
Untuk beberapa saat mereka hanya terdiam, menikmati keheningan yang terasa aman. Hingga Lucas menarik napas sedikit lebih panjang, lalu berkata, "Camellia, boleh aku bertanya sesuatu?"
Camellia mengangguk, masih berusaha mengendalikan jantungnya."Tentu."
Lucas memiringkan tubuhnya sedikit lebih dekat agar dapat melihat dengan seksama wajah kekasihnya."Pernahkah kau ... berpikir untuk melakukan operasi mata? Untuk mencoba melihat dunia lagi?"
Pertanyaan itu membuat Camellia membeku sejenak. Tangannya yang berada di atas selimut perlahan menggenggam ujung kain. "Aku ... pernah. Dulu. Tapi dokter bilang mataku tidak bisa disembuhkan. Dan semakin lama, aku belajar menerima kenyataan. Aku berhenti berharap."
Lucas menatap wajahnya dengan serius, meskipun ia tahu Camellia tidak bisa melihat tatapan itu. "Jika aku bilang ada kemungkinan nyata? Bahwa ada cara untuk melakukannya dengan aman. Apa mau mau melakukan operasi?"
Camellia menghela napas. "Kenapa kau menanyakannya sekarang?"
"Karena aku tidak ingin kau hanya hidup dengan dunia yang mereka berikan padamu," jawab Lucas lembut. "Kau berhak memilih dunia yang lebih luas. Kau berhak punya kesempatan untuk melihat semua yang selama ini kau hanya bayangkan."
"Apakah sungguh ada kesempatan aku dapat melihat?" tanya Camellia.
"Ada. Tentu saja ada, Love," jawab Lucas.
"Sungguh?" Ada nada antusias dalam diri Camellia ketika ia mendengar hal itu.
"Beberapa waktu lalu, sebelum semua ini dimulai, aku diam-diam mencari tahu soal kondisimu. Tentang kebutaanmu. Bukan karena aku meragukan hidupmu yang sekarang, tapi karena ... aku tak ingin kau terus merasa gelap sepanjang hidupmu."
Camellia diam, hanya mengeratkan jari-jarinya di atas selimut. Ia mendengarkan Lucas dengan baik.
"Ada seorang dokter di Zurich. Salah satu yang terlibat dalam program bio-regeneratif retina dan transplantasi jaringan optik. Dia ... sudah memulihkan penglihatan pada beberapa kasus serupa. Butuh waktu, dan tidak mudah. Tapi peluang itu ada. Dan ..." Lucas terdiam sejenak, "aku ingin membawamu ke sana."
Camellia mengangkat wajahnya perlahan, dan walau matanya tak bisa menyampaikan ekspresi seperti orang awas, ketenangan dan kejutannya terasa dalam suaranya.
"Kau mau membawaku ke sana?" tanya Camellia.
"Tentu saja. Aku ingin menunjukkan betapa luar biasa dunia ini. Dunia ini terlalu indah untuk kau hanya dengarkan. Aku ingin ... kau bisa melihat matahari, bunga-bunga di tamanmu, wajahmu sendiri di cermin. Dan ... Melihat pria yang ada di depanmu sekarang," kata Lucas.
Camellia terdiam lama.
Ada keheningan panjang, seperti dunia menahan napas. Kemudian ia berkata pelan, "Aku tak pernah tahu bagaimana rupa langit, Lucas. Aku tak tahu biru itu seperti apa. Tapi dalam kepalaku, aku menciptakan warnaku sendiri. Aku hidup dengan itu."
Lucas tersenyum tipis, tahu apa yang saat ini Camellia rasakan. Takut. "Aku tahu."
"Aku takut. Aku yang selalu hidup dalam kegelapan, tiba-tiba akan melihat banyak hal. Itu membuatku takut," kata Camellia.
"Ya." Lucas mengangguk. "Aku tahu ini menakutkan. Dan aku tahu kau sudah terbiasa dengan gelap. Tapi ... jika ada sedikit saja kemungkinan untukmu melihat dunia, aku ingin kamu tahu bahwa itu mungkin. Bahwa kamu layak untuk melihat langit yang kamu dengar dalam puisi. Dan dunia dalam buku cerita yang selalu kau baca dengan indra perasamu."
"Lucas ..." suara Camellia lirih, gemetar. "Bagaimana kalau aku tak sanggup melihat dunia? Bagaimana kalau dunia tak seindah seperti yang kubayangkan?"
Lucas mendekat, tangannya meraih tangan Camellia yang dingin. Gadis ini gugup.
"Maka aku akan menjadi penuntunmu. Aku akan selalu ada di sisimu dalam keadaan apa pun," ucapnya pelan. "Jika dunia terlalu menyilaukan, aku akan menutupinya dengan tangan. Jika terlalu mengerikan, aku akan jadi tempatmu berlindung."
Camellia tidak bisa menahan air matanya. "Aku takut, Lucas. Takut kecewa. Takut harapan ini hanya lelucon dari takdir."
Lucas menunduk, mencium punggung tangan Camellia. "Dan aku lebih takut jika kau selamanya tersesat dalam kegelapan. Percayalah dunia yang akan kau lihat nanti, adalah dunia hang luar biasa. Kita akan keliling dunia jika kau mau, akan kutunjukkan seluruh isi dunia kepadamu setiap sudutnya. Karena itu, jangan takut."
Camellia terisak pelan. Tangannya yang satu menggenggam erat jari-jari Lucas.
"Aku mau. Aku mau melakukan operasi, Lucas," kata Camelllia setuju akan keputusan besar ini.
Lucas meraih tangan Camellia perlahan. Mencium punggung tangan putih itu penuh rasa hormat. "Kalau begitu, biarkan aku jadi orang pertama yang kau lihat nanti," bisiknya. "Agar kau tahu tidak takut akan dunia yang terasa asing nantinya karena kehadiranku."
Air mata kembali menetes dari sudut mata Camellia yang selama ini hanya mengenal dunia lewat sentuhan, suara, dan imajinasi. Dan ia benar-benar akan dapat melihat lagi? Itu sungguh kebaikan Tuhan atas kesabaran Camellia selama ini. "Apakah menurutmu ... aku layak melihat?" tanyanya pelan, hampir seperti gumaman doa.
Lucas menautkan jari-jarinya lebih erat. "Lebih dari siapa pun di dunia ini."
Hening yang jatuh setelah itu bukan kekosongan, melainkan ketenangan. Suatu kesepakatan yang tak perlu dijelaskan lewat kata-kata.
Beberapa saat kemudian, Camellia menarik napas panjang, dan berkata, "Terima kasih sudah mau memberiku kesempatan yang sudah aku lupakan selama ini."
Lucas tersenyum, netra biru tampak begitu lembut namun penuh harapan. "Terima kasih kembali, Love."
Hari itu, Zen langsung menghubungi dokter spesialis transplantasi yang telah bekerja sama dengan Lucas sejak awal penyelidikan. Ternyata donor mata yang kompatibel memang telah disiapkan, hasil dari upaya diam-diam Lucas sejak mengetahui lebih banyak soal kondisi saraf Camellia.
Camellia mendengar semuanya dari kursi malas di ruang baca, mencoba membayangkan seperti apa langit biru yang sering digambarkan Lucas, atau warna matanya yang hangat seperti musim gugur.
Di sela suara napasnya sendiri, Camellia berbisik pelan dalam hati bahwa dirinya bersyukur karena bertahan hidup hingga saat ini. Mungkin jika Camellia menyerah pada hidupnya dulu, ia tidak akan pernah menemukan kebahagian seperti ini.
Ia sudah tidak sabar untuk melihat dunia, terutama melihat Lucas.
karna saking kaget nya Cammy bisaa meliy lagi, dan orang² yg pernah mengkhianati Cammy menyesal
oiya btw kak, kan kemarin ada part yg Lucas bilang " dia lebih tua dari mu " itu Arthur atau Rose, terus umur Rose berapa sekarang, aku lupaa eee