Follow ig @abil_rahma
Icha gadis cerdas disekolahnya, terbukti dari segudang prestasi yang dia dapatkan. Tetapi sayangnya dia gadis yang terlihat culun dan jarang bergaul, itu disebabkan karena Ayahnya mengatakan kalau dia sudah dijodohkan sejak bayi dengan anak sahabat Ayahnya. Yang dia tau sahabat Ayahnya itu orangnya sangat baik sekali. Tetapi dia tidak tau siapa orang yang sudah dijodohkan dengannya.
Vicky Al Ghifari seorang cowok yang terkenal playboy disekolahnya, suka gonta-ganti pacar. Dia juga tahu kalau sudah dijodohkan sejak bayi, tetapi keadaan itu dia manfaatkan buat mencari pacar sebanyak-banyaknya. Karena dia tak tahu siapa yang sudah dijodohkan dengannya.
Mereka harus menikah saat masih SMA kelas XII karena suatu alasan. Akankah mereka bisa menerima pernikahannya dan hidup bahagia atau sebaliknya?Karena ternyata orang yang dijodohkan tak sesuai dengan harapan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abil Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DMS 24
Al mengambil kalung tersebut lalu dia berdiri.
"Ayo berdirilah, biar aku pasangkan kalung ini," titah Al.
Icha pun berdiri dihadapan Al. Lalu Al memasangkan kalung tersebut ke leher Icha.
"Makin cantik kamu sayang," ucap Al sambil menatap Icha.
Mendengar ucapan Al, wajah Icha memerah karena ucapan sayang yang pertama kali dia dengar dari bibir Al.
"Makasih ya, hari ini kamu memberi banyak kebahagiaan padaku," ucapnya kemudian.
"Aku juga berterimakasih, karena kamu mau mencintaiku yang telah banyak menyakitimu," ucap Al lalu mengecup kening Icha.
"Kamu tau kenapa aku menyuruhmu memakai dress seperti ini?" tanya Al.
Icha menggeleng.
"Alasannya yang pertama karena ingin memasangkan kalung ini setelah aku memberikannya, kedua karena aku ingin melihat kecantikan kamu saat memakai dress ini, bukan maksud yang lain, dan kecantikan mu seperti ini hanya aku yang boleh menikmatinya," ucap Al masih menatap wajah cantik Icha.
Lalu Al mendekatkan wajahnya ke wajah Icha, seketika Icha langsung memejamkan matanya.
Cup
Al mengecup bibir Icha, kali ini kecupannya tidak sekilas tapi dia memperdalam kecupan tersebut hingga menjadi luma tan, tadinya Icha hanya diam saja menerima itu, tapi lama kelamaan dia pun membalas ciuman Al.
Mereka pun melepaskan diri setelah dirasa nafas keduanya hampir habis. Setelahnya Icha pun tak berani menatap Al karena malu, tetapi Al tidak tinggal diam dia mengangkat dagu Icha supaya Icha menatapnya.
Terlihat wajah Icha memerah, begitu pun dengan wajah Al, karena ini baru pertama kali buat mereka berdua.
"Manis," hanya itu yang keluar dari bibir Al. Icha dibuat semakin malu dengan ucapan Al.
"Aku tau ini pertama kali buat kamu dan juga aku," ucapnya lagi.
"Setelah ini mungkin bibirmu akan jadi canduku," Al tersenyum saat mengatakan hal tersebut.
Lagi-lagi Icha hanya diam saja tidak bisa berkata apa-apa.
"Ayo masuk, kita lanjutkan dikamar," Al mengedipkan sebelah matanya, lalu dia menuntun Icha masuk kedalam kamar.
Lampu yang tadinya padam pun sudah nyala kembali.
Keduanya masuk kedalam kamar dan duduk disisi ranjang.
Al lagi-lagi menatap Icha dengan tatapan penuh arti. Icha bertambah malu dibuatnya.
"Aku nggak tau sejak kapan mulai menyukaimu, tapi yang pasti aku ingin selalu ada di dekatmu Cha, aku sayang sama kamu," ucap Al dengan jujur.
"Aku juga sama sepertimu, gak tau sejak kapan menyukaimu dan ingin selalu bersamamu sayang," ucapan lalu dia memeluk Al.
"Apa tadi kamu bilang?" tanya Al.
"Yang mana?"
"Yang terahir,"
"Oh, sayang,"
"Apa aku gak denger Cha? kerasan dikit biar aku denger," pinta Al.
"S-A-Y-A-NG!" Seru Icha dengan mengeja.
Al pun mempererat pelukannya, dia menciumi puncak kepala Icha yang berada di dadanya tanpa henti. Setelah puas Al melepaskan pelukannya. Lalu dia kembali mendekatkan wajahnya ke wajah Icha, Icha pun langsung memejamkan matanya.
"Boleh kan sayang?" tanya Al sebelum melakukan keinginannya.
Icha mengangguk sebagai jawaban.
Cup
Mereka kembali mengulang yang terjadi saat di balkon kamar. Tetapi kali ini Al mengangkat tubuh Icha dan membaringkannya di atas ranjang tanpa melepas ciumannya. Dan kini Icha sudah berada dibawah Al.
Lalu Al melepaskan bibirnya dari bibir Icha, dan berpindah ke leher jenjang Icha. Icha pun tak menolaknya, karena hasrat keduanya yang semakin membara. Al memberikan tanda kepemilikannya di sana. Memenuhi leher Icha dengan tanda yang dia buat.
Icha hanya bisa melengkuh, karena merasakan sensasi yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Otomatis suara lengkuhan Icha membuat Al tambah bersemangat melakukan kegiatannya.
Tangannya pun tak tinggal diam, tanpa disadari dress yang dipakai Icha sudah terbuka setengah dan menampakkan dua gundukan di dada Icha. Melihat Icha tak menolak sentuhannya di sana, Al pun melanjutkan aksinya bermain-main dengan dua gundukan tersebut. Dan lagi-lagi Icha hanya pasrah menerimanya.
Sampai disaat Al akan membuka semua dressnya, dia pun menghentikan kegiatan Al.
"Sudah sampai sini aja sayang, aku takut nanti kalau hamil," ucapnya dan ucapan itu menyadarkan Al.
"Maafkan aku ya, aku khilaf sayang," Al mengakhiri kegiatannya dengan mengecup kening Icha. Lalu dia menutupi tubuh Icha yang setengah polos tersebut dengan selimut.
"Aku mau ke kamar mandi sebentar," ucapnya lalu pergi ke kamar mandi.
Icha yang melihat Al masuk kamar mandi secara terburu-buru jadi heran, ada apa dengan Al pikirnya.
Lima belas menit Al keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang tadi dipakai Icha dan tidak sempat dia bawa keluar.
"Kamu mandi malam-malam gini apa gak dingin?" tanya Icha dengan polosnya.
"Aku mandi juga gara-gara kamu," ucap Al, lalu dia mengambil baju ganti dan berganti pakaian di sana tanpa malu dengan Icha. Padahal dia di kamar mandi hanya sebatas mandi tanpa melakukan apa pun, karena rasa panas dalam tubuhnya setelah melakukan kegiatan panas itu dengan sang istri. Ia berfikir jika dengan mandi air dingin maka suhu tubuhnya akan kembali normal, dan nyatanya itu benar, karena saat ini ia sudah tidak merasakan hawa panas yang tadi menyerang.
Icha heran mendengar kata 'gara-gara kamu', emangnya kenapa aku, pikirnya.
"Kok gara-gara aku sih? Emangnya aku kenapa? Apa karena tadi aku mandinya lama dan kamu gak sempet mandi?" tanya Icha penasaran.
Al pun mendekati Icha yang duduk di ranjang dan sudah berganti kostum.
"Kamu itu polos banget sih Cha, aku jadi gemes sendiri," ucapnya setelah duduk di samping Icha.
"Aku bingung Al, apa yang kamu ucapkan tadi," ucap Icha masih dalam mode bingung.
"Udah gak usah dipikirin, sekarang kita tidur, ini sudah malam," titah Al dan diangguki oleh Icha.
Keduanya berbaring dan saling berhadapan, saat Al menatap leher Icha, dia kaget melihat begitu banyak karya yang dia buat disana. Tapi dia tersenyum setelahnya.
"Kamu mikir mesum ya? Kok senyum-senyum gitu?" tanya Icha malu-malu, dia masih teringat kejadian beberapa menit yang lalu.
"Siapa bilang aku mikir mesum, kamu itu ya yang mikir mesum?" Ucap Al sambil mengedip-ngedipkan sebelah matanya.
Sebelum Icha menjawab Al sudah bersuara kembali.
"Aku tadi lihat banyak karya yang aku ciptakan disini." Al menunjuk leher Icha.
"Aku bahagia bisa menandainya, lebih bahagia lagi kalaupun aku penuhi lehermu dengan lukisan bibirku tidak akan ada yang melihat selain aku, karena tertutup oleh jilbabmu. Beruntung sekali aku sayang," ucap Al panjang lebar.
Lagi-lagi Icha tidak mengerti dengan apa yang Al bahas, karena dia belum melihat keadaan terahir lehernya.
"Kamu nggak ngerti juga?" tanya Al saat tahu wajah kebingungan Icha.
"Ayo sini ikut aku, biar kamu paham apa yang ku katakan," keduanya bangkit lalu Al membawa Icha kedepan cermin.
Saat sampai didepan cermin, Icha menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Leher mulusnya penuh dengan tanda merah keungu-unguan, kenapa tadi dia tidak menyadarinya?
Al tersenyum melihat keterkejutan Icha.
"Bukan hanya disitu saja sayang, tapi didadamu aku rasa juga penuh," bisik Al ditelinga Icha.
Ucapan Al tersebut membuat Icha ingin membuktikannya. Tapi dia urungkan karena ada Al disampingnya.
"Kenapa gak jadi dilihat?" tanya Al saat Icha mengurungkannya.
"Aku akan lihat dikamar mandi saja," ucap Icha dan hendak kekamar mandi. Tetapi Al mencegahnya.
"Gak usah malu sayang, aku sudah melihat semuanya," ucap Al dengan tersenyum.
Sontak ucapan Al itu membuat wajah Icha memerah.
"Ayo bukak, aku juga mau lihaat," pinta Al.
"Aku malu Al," rengek Icha.
"Yaudah kalo kamu mau gak apa-apa, lihatlah sendiri aku tunggu diranjang," ucapnya lalu meninggalkan Icha didepan cermin.
Setelah kepergian Al, Icha langsung membuka kancing bajunya, diapun langsung terkejut karena dadanya penuh dengan tanda kepemilikan. Kemudian dia tersenyum, karena semua itu dia berikan kesuaminya. Orang yang berhak atas dirinya.
Lalu Icha menyusul Al naik keatas ranjang dan berbaring disamping Al dengan wajah saling berhadapan.
"Sekarang tidur ya sayang, ini sudah terlalu larut," ucap Al.
Cup
Cup
Al mengecup sekilas kening dan bibir Icha.
"Selamat malam sayang, I love you," ucap Al.
"Love you too sayang," balas Icha.
Lalu keduanya memejamkan mata sambil berpelukan. Itu sudah menjadi rutinitas malam mereka.
Bersambung.....
Aku membuat chapter ini sampai ku ulang-ulang nulisnya, tulis hapu tulis hapus berkali-kali. Maaf jika tidak sesuai keinginan atau khayalan kalian.
sholat terus maksiat jalan