NovelToon NovelToon
Possesif BADBOY

Possesif BADBOY

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Bad Boy / Romansa
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Abil Rahma

Pertemuan pertama yang tak disangka, ternyata membawa pada pertemuan kedua, ketiga dan seterusnya. Membuat rasa yang dulu tak pernah ada pun kini tumbuh tanpa mereka sadari.

kehidupan seorang gadis bernama Luna yang berantakan, membuat seorang Arken pelan-pelan masuk ke dalamnya. Bahkan tanpa Luna sadari, setiap dia tertimpa masalah, Ken selalu datang membantunya. Cowok itu selalu dia abaikan, tapi Ken tak pernah menyerah atau menjauh meski sikap Luna tidak bersahabat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abil Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 24 Jangan Pergi

"Anjir! Serius Lo mau di jual sama bokap Lo?" Bella terperangah, mendengar cerita Luna.

Memang Bella belum mengetahui seperti apa masalah yang Luna hadapi, dia hanya mendengar sedikit saja dari Ken. Ternyata masalahnya serumit itu, bahkan orang tua gadis itu berniat menjualnya dengan orang kaya. Sungguh gila, bahkan sangat gila menurutnya.

Luna menganggukkan kepala, "Ya, awalnya gue mikir kok tega Papa gitu, ternyata setelah gue tau faktanya, gue jadi nyadar," sahut gadis itu.

"Tapi Lo udah pastiin kalau yang bokap lo bilang itu beneran atau bohong? Siapa tahu cuma akal-akalan bokap Lo doang." Bella merasa tak yakin jika Luna bukanlah anak kandung Papanya.

Luna terdiam memikirkan apa yang Bella katakan, tapi sepertinya dia sudah sangat yakin jika ucapan Papanya sangatlah benar.

"Dulu banget, waktu gue kecil. Keluarga gue harmonis Bell, tiap pagi Papa sama Mama selalu berangkat kerja bareng, dan sebelum mereka berangkat kerja, mereka nganterin gue ke sekolah, sampai suatu saat gue gak tahu apa penyebabnya, Papa gak pernah lagi mau deket sama gue, bahkan selalu marah-marah tiap gue deketin." Luna menghela napas, mengingat bagaimana sikap Papanya dulu.

"Terus, pas gue SMP, ternyata Papa selingkuh, sejak saat itu keluarga gue makin berantakan. Tapi gak lama setelah itu Mama hamil, bahkan saat Mama hamil pun Papa udah jarang pulang, sekalinya pulang pasti marah-marah gak jelas, dan melampiaskan semua kemarahannya sama gue. Sejak saat itu gue jadi anak yang keras, egois, bahkan sering menindas di sekolahan, sebenarnya cuma cari perhatian orang tua gue, tapi yang gue dapat bukannya perhatian malah makian dan pukulan, bahkan mereka seakan gak peduli sama gue." Luna mengusap air matanya yang tak sengaja jatuh.

"Sorry gue jadi nangis gini. Soalnya ini pertama kalinya gue cerita kaya gini, sama temen-temen gue, sama sekali gue gak berani cerita, takut mereka ninggalin gue Bell. Dan ternyata benar, setelah mereka sedikit banyak tahu masalah keluarga gue, mereka ninggalin gue sekarang." Bukannya berhenti, air matanya justru makin deras saat mengingat bagaimana sikap teman-temannya saat ini.

Bella langsung memeluk gadis itu, "Lo boleh curhat atau cerita apapaun sama gue Luna, Gue siap dengerin, dan gue janji gak akan ninggalin Lo kaya temen-temen Lo itu," ucapnya, berharap Luna bisa sedikit lebih tenang. Dia mengusap punggung Luna lembut.

"Mereka bukan temen yang baik Lun, cuma mau saat senengnya doang, tapi gak mau saat temennya membutuhkan, gue yakin pertemanan kaya gitu gak bakalan tahan lama. Mereka tidak tulus dalam berteman," ucap Bella lagi.

Luna melepas pelukannya lalu mencoba tersenyum menatap Bella, "Makasih ya, gue jadi kaya nemuin kakak baru," ucapnya.

Bella membalas senyuman Luna, "Sama-sama, gue juga seneng bisa dengerin Lo curhat," sahutnya tersenyum menatap Luna.

"Keluarga gue juga berantakan Lun, bisa dibilang broken home. Papa sama Mama cerai sejak gue masih SMA, makanya gue sekarang pindah ke sini sama Mama, rumah yang dulu yang deket sama rumah Ken ditempati Papa sama istri barunya. Awalnya emang menyakitkan, tapi setelah gue dewasa, gue sadar sepertinya perceraian Mama dan Papa adalah hal terbaik, soalnya setelah mereka cerai, hubungan keduanya justru makin baik, bahkan istri baru Papa sering datang ke sini sekedar jenguk gue kalo Mama pergi perjalanan bisnis kaya sekarang." Kali ini Bella sedikit menceritakan kehidupannya yang hampir sama dengan Luna, yang tidak semulus jalan tol.

"Lo lebih beruntung sepertinya Bell," sahut Luna.

Bella menganggukkan kepala, "Hm, Lo bener. Sepertinya masalah keluarga Lo sangat rumit, gue doakan semoga semuanya lekas selesai," ujarnya.

"Makasih Bell. Tapi kalo bener gue bukan anak Papa, terus Papa gue siapa ya kira-kira, gue jadi pengen ketemu sama laki-laki itu." Luna menerawang jauh, tapi sama sekali tak memiliki bayangan apapun.

"Lo gak usah pikirin itu dulu, besok Lo bisa tanya langsung sama nyokap Lo, apa bener yang dibilang bokap Lo itu atau cuma akal-akalan dia doang, buat mastiin yang sebenarnya," Bella memberi sarah, sebab dia masih ragu dengan ucapan Papanya Luna.

Luna mengangguk, kali ini dia meneguk air dari dalam tumbler yang Bella bawa dari lantai bawah, lalu kembali mengambil cemilan yang tadi mereka beli.

"Lain kali gue boleh main ke sini lagi gak Bell?" tanya Luna sambil mengunyah kripik rasa pedas.

"Ck, boleh lah, rumah gue selalu terbuka buat semua orang. Lo bisa kapan pun datang ke sini, nginep tiap hari juga boleh banget," jawab Bella yang juga sedang menikmati makanan ringan di hadapannya.

"Bagus deh, gue bakalan sering nginep di sini," sahut Luna enteng.

Bella menganggukkan kepala santai, sama sekali tidak masalah akan hal itu, justru membuatnya senang karena ada teman di rumah.

"Lo sama Ken gimana?" tanya Bella, cukup penasaran dengan hubungan Luna dan Ken.

Luna memutar bola matanya malas, "Lo kan udah gue ceritain kemarin, gue gak ada hubungan apapun sama tu cowok," jawabannya. Entahlah dia selalu saja kesal tiap kali nama itu disebut.

Bella terkekeh lalu menganggukkan kepala, "Tapi Lo harus tahu Lun, selama bertahun-tahun Ken itu gak pernah ngejar cewek, yang ada dia yang dikejar-kejar sama cewek, tapi Lo tahu tanggapan dia gimana? Dia cuek, bahkan mengabaikan mereka semua, tapi gue heran kenapa sama Lo terkesan ngejar-ngejar gitu, dan Lo malah cuek gini," ujarnya membeberkan sedikit fakta tentang Ken. "

"Ken karma mungkin ya," ucap Bella lagi, sebab Luna tak menanggapi ucapannya. Gadis itu terkekeh geli setelah menyadari ucapannya sedikit konyol.

"Bisa jadi. Tapi serius gue tuh bawaannya kesel kalo sama dia, bahkan denger nama tuh cowok aja bikin gue kesel. Padahal Ken beberapa kali nolongin gue, tapi entahlah gue sama sekali gak simpati sama dia, jahat banget ya gue?" Luna menatap Bella saat mengajukan pertanyaan.

Kali ini Bella mengangguk, "Iya Lo jahat, harusnya Lo bersikap baik lah sama dia, terlepas dia temen gue atau bukan ya. Kalau sama orang yang udah bantu kita, ya tentu saja kita harus bersikap baik, sebagai tanda terimakasih, bukan kaya Lo itu," sahutnya.

"Gue harus gimana dong?" tanya Luna bingung.

"Lo coba berbaik hati sedikit gitu kek, sekalipun Lo gak bales perasaan dia, tapi sikap Lo kudu diperbaiki," saran Bella.

Luna menghela napas, "Bakalan gue coba deh," sahutnya tak yakin, tapi dia tetap akan mencobanya.

☘︎☘︎☘︎☘︎

Pagi hari sebagai tamu yang baik dan bermalam di rumah orang, tentu saja Luna bermaksud membantu sedikit pekerjaan art di rumah itu, sekalian kenalan dengan art di rumah Bella. Apalagi si pemilik rumah juga tak sungkan berada di dapur sepagi ini.

"Udah Lo duduk aja Lun, biar bibik yang ngerjain," cegah Bella yang saat ini duduk di meja makan dengan segelas susu miliknya.

"Gak apa-apa Bell, gue udah biasa kaya gini, sekalian kenalan sama Bibik, ya gak Bi?" Luna meminta persetujuan art di rumah Bella yang sedang memasak itu.

"Bener kata Non Bella, Non duduk aja, biar Bibi yang ngerjain. Ini juga hampir selesai," sahut Bibi setuju dengan Bella.

"Ini bawa ke meja makan kan Bi?" Luna mengabaikan ucapan art itu, dia lebih memilih membawa hasil masakan wanita paruh baya itu ke meja makan.

"Ah iya Non, makasih ya," sahut Bibi.

Luna sibuk membantu Bibi bahkan mengabaikan susu hangat yang sudah Bibi buatkan sebelumnya, sedangkan Bella duduk di meja makan sambil bermain ponsel. Tak lama Bella beranjak dari duduknya dengan tergesa, entah ada hal apa yang membuatnya melakukan itu.

"Biasa kalo pagi gini Den Raka datang," ucap Bibik saat Luna terlihat heran menatap kepergian Bella.

"Oh, kirain ada apa sampai lari-lari gitu," sahut Luna.

Bibi terkekeh, "Makanya tiap pagi Bibi selalu wajib buat sarapan, ya karena Den Raka. Sesuai perintah Non Bella," ucapnya.

"Berarti walaupun di rumah ada Mamanya Bella juga gitu ya Bi?" tanya Luna penasaran.

Bibi mengangguk, "Iya Non, mereka sering kok sarapan bertiga. Den Raka itu udah kaya keluarga di sini," jawabnya.

Luna menganggukkan kepala, ternyata hubungan Bella dan Raka sudah sedekat itu. Ah, gak sabar melihat dua insan itu menikah, apalagi mereka terlihat cocok.

"Apalagi semenjak mereka tunangan," ucap Bibi lagi.

"Oh pantesan, ternyata mereka udah tunangan toh Bi, aku baru tahu itu," sahut Luna yang baru saja mengetahui fakta tersebut.

"Iya Non. Udah siap semuanya Non, sekarang silahkan kalau mau sarapan, Bibi tinggal dulu ya. Masih ada banyak kerjaan." Art itu pamit meninggalkan Luna seorang diri.

Gadis itu menyahut seadanya, karena sedang fokus bermain ponsel. Bahkan dia tidak sadar jika di ruang makan tersebut telah hadir seseorang.

"Kenapa nginep di sini? Terjadi sesuatu?" tanya seseorang itu membuat Luna terkejut bahkan langsung menoleh ke arah sumber suara. Dia hapal betul itu suara siapa.

Luna memutar bola matanya malas melihat siapa yang berdiri tepat di sebelahnya, "Kenapa sih Lo itu ada di mana-mana kaya set*n? Gak bisa apa, sehari aja gak muncul di depan gue?"

Ken tak menanggapi ucapan gadis itu, dia memilih menggeser kursi dan duduk tepat di sebelah Luna, "Kenapa Rel? Ada masalah di rumah? Kenapa gak nelpon gue aja?" tanyanya lagi.

"Lo tahu gak sih? Kalau gue malas ketemu sama Lo!" kesal, itulah yang Luna rasakan saat ini. "masih pagi bikin mood gue rusak aja Lo!"

Ken menghela napas, "Maaf, gue cuma khawatir sama Lo Rel," ucapnya. "karena Lo baik-baik aja, gue balik kalau gitu." Dia mendorong kursi yang dia duduki, bersiap untuk meninggalkan meja makan tersebut.

Entah kenapa Luna tak suka mendengar ucapan Ken yang seperti itu. Biasanya lelaki itu akan ngotot berada di dekatnya, tapi kini lihatlah, dia bahkan langsung akan pergi. Padahal mereka baru saja berbicara sebentar. Menyadari Ken sudah beranjak dari sana, reflek Luna langsung mencegatnya.

"Gak usah pergi, sarapan dulu," cegah Luna.

Ken mengernyitkan dahi, sedikit heran dengan perubahan gadis itu. Pasalnya Luna berbicara dengan nada rendah, tidak ketus seperti biasanya.

"Kalau gue pergi?" tanya Ken.

"Yaudah, Lo gak usah nemuin gue lagi," jawab Luna mengancam dan membuat dirinya sendiri terkejut. Kenapa bisa dia berbicara seperti itu?

Ken tersenyum mendengar jawaban gadis itu, meski sering menolak kehadirannya, ternyata dalam lubuk hati gadis itu sangat menginginkan kehadirannya. Itu yang Ken pikirkan saat ini.

"Gak usah ge-er!"

ೋ❀❀ೋ═══ ❀ ═══ೋ❀❀ೋ

haii semua sayang-sayang ku, terimakasih yang udah mampir di novel terbaruku ini. aku minta dukungan dari kalian semua, dengan cara beri like dan komen ya. jangan lupa beri ulasan bintang 5 juga. terimakasih semuanya, semoga kalian suka dengan cerita ini.

tolong koreksi kalau ada typo,

1
RaVaNieZka
Luar Biasa
Felycia R. Fernandez
ada saatnya orang bakalan mengalah Luna,bosan ngejar2 mulu
Siti Nina
Oke ceritanya 👍👍👍
Kim Rahma💜: makasih kak😍
total 1 replies
Felycia R. Fernandez
udah biarin aja Ken,lama lama gue Gedeg juga ma Luna.udah di tolong pun,klo gak hidupnya bakalan kelar kemaren.udah dibantuin juga.
Felycia R. Fernandez
Payah,Luna tipe pembangkang tapi gak bisa bela diri...keras kepala tapi payah...
ntar ujung ujungnya Ken juga yang repot
Felycia R. Fernandez
Dania dapat karma ini,niat hati menjual anaknya malah dia yang dijual suami tersayangnya😆😆😆
Felycia R. Fernandez
jahil banget si Ken 😆😆😆😆
Felycia R. Fernandez
mampus la,yang bela bela suami...
bucin tolol,rasain lho kan udah kek LC dibuat suami sendiri
Felycia R. Fernandez
menjijikan 🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬
Felycia R. Fernandez
untung ada Satria
Felycia R. Fernandez
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Felycia R. Fernandez
karena ada pujaan hatinya disekolah Bun Yah 😆
Felycia R. Fernandez
tadi juga udah mau ditolong Ken,kamu aja yang sok
Felycia R. Fernandez
rasain
Felycia R. Fernandez
pedes apa perih
Felycia R. Fernandez
apa sebelum ini ada novel lain kk Thor,kayak udah kenal banget Ken dengan Luna
Kim Rahma💜: ada, tapi cuma cuplikan doang,
total 1 replies
RaVaNieZka
Ini karya yg sama sprt *Bad Boy Tampan itu Suamiku*
Kim Rahma💜: beda kak, ini kisah lain, dri abang mereka, terimakasih udah mampir🙏😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!