NovelToon NovelToon
Hangatnya Godaan Boss Duda

Hangatnya Godaan Boss Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Kehidupan di Kantor
Popularitas:22k
Nilai: 5
Nama Author: Kim99

"Kamu itu cuma anak haram, ayah kamu enggak tahu siapa dan ibu kamu sekarang di rumah sakit jiwa. Jangan mimpi untuk menikahi anakku, kamu sama sekali tidak pantas, Luna."

** **

"Menikah dengan saya, dan saya akan berikan apa yang tidak bisa dia berikan."

"Tapi, Pak ... saya ini cuma anak haram, saya miskin dan ...."

"Terima tawaran saya atau saya hancurkan bisnis Budhemu!"

"Ba-baik, Pak. Saya Mau."

Guy's, jangan lupa follow IG author @anita_hisyam FB : Anita Kim

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Heboh Semua

“Keluar Zea! Aku tahu kamu ada di sini.” Arsen bicara dengan nada yang datar dan wajah gelap.

Perempuan yang lebih muda dari Luna keluar dengan kepala tertunduk dan buru-buru dia bersembunyi di belakang punggung Bu Monik.

Arsen menarik ujung bibirnya, lalu berjalan mendekat tapi Zea menarik Bu Monik untuk mundur.

“Kenapa di sini? Nginep aja di rumah teman ahli surgamu itu! Mereka yang kasih kamu makan? Mereka yang kasih kamu fasilitas, apa mereka yang gendong kamu ke rumah sakit pas kamu sakit!” bentaknya.

Bu Monik ikut ciut, dia tidak tahu kenapa Arsen sangat marah. Dari dulu, Arsen selalu menurut, bahkan untuk urusan wanita, dia bisa berkompromi, tapi kenapa sekarang?

“Lanjutin hasut ibu, tapi jangan salahkan aku kalau semua fasilitas kamu aku cabut.”

“Om!”

Zea mendongak, dia hendak mendekat tapi juga takut, akhirnya terkatung-katung di depan Arsen dan Bu Monik.

“Aku cuma mau yang terbaik buat Om Arsen. Istri Om itu, dia cuma cantik aja, enggak ada lebihnya, kalau Om mau, aku bisa ....”

“Masih berani ikut campur?”

“Tapi, Om .....”

Tanpa menghiraukan Zea, Arsen langsung menoleh ke arah ibunya. “Bu, besok aku bawa pulang istriku ke sini, sebelum kalian bertemu langsung sama dia, aku harap Ibu enggak ngelakuin apa-apa. Kalau sampai ....”

“Ibu ngerti, sekarang pergilah!” katanya sambil memeluk lengan Zea, berusaha menenangkan cucunya yang gemetar.

Sekali lagi Arsen melirik Zea, pria itu berpaling lantas meninggalkan mereka pergi begitu saja.

“Nenek ....” Zea merengek, dia mulai menangis dalam pelukan neneknya. “Om Arsen marah sama aku, Nek.”

“Ya kamu juga, kenapa kayak gitu. Udah, enggak usah nangis. Kita lihat aja nanti, dia atau kita yang akan menang.”

Setelah mendengar itu, Zea mulai tersenyum. Rencana pertamanya mungkin gagal, tapi masih ada rencana lain dan dia yakin, setelah neneknya tahu siapa yang Arsen nikahi, neneknya akan semakin marah.

** **

Pintu kaca Paviliun bergeser perlahan. Arsen keluar dari sana dengan langkah panjang.

Begitu menapaki jalur menuju bangunan utama rumahnya, pria itu menarik napas panjang dan kasar, terlihat sekali kalau dia merasa lelah, kesal, dan entah apa lagi. Udara malam terasa dingin, tapi pikirannya jauh lebih bising dari suara jangkrik yang datang dari taman belakang.

Tangannya menyusuri rambut dan mengacaknya pelan. “Dasar bocah,” gumamnya.

Tangga menuju lantai atas ia naiki tanpa suara. Hingga akhirnya, ia sampai di depan pintu kamarnya.

Warna abu-abu tua berpadu dengan hitam legam pada setiap detail interior: dinding, karpet, lemari, hingga tempat tidur berukuran king dengan kepala ranjang minimalis. Sebagian dinding sisi kanan terbuat dari kaca tebal yang menghadap langsung ke Paviliun, tempat yang tadi baru saja ia tinggalkan. Dari situ, ia masih bisa melihat cahaya lampu yang samar di sana, membuat bayangan lembut menari di matanya.

Arsen meletakkan jam tangan di meja yang ada di dalam walk in closet, menanggalkan kemejanya, lalu berjalan menuju kamar mandi.

Air hangat mengalir dari shower, membasahi rambut dan tubuh tegapnya. Setiap tetes air seolah membersihkan segala beban yang menggumpal di pikirannya. Namun, semakin lama ia diam di bawah guyuran air, semakin jelas satu nama terlintas di kepalanya.

Tetes air mengalir di rahang dan lehernya, menuruni dada yang tegang oleh tarikan napas berat.

Ia memejamkan mata. Apa yang sedang kamu lakukan sekarang? Masih terjaga, atau sudah tertidur sendirian di kamar itu?

Selesai mandi, Arsen mengenakan celana panjang rumah berwarna hitam dan kaus abu tipis. Ia mengeringkan rambutnya dengan handuk, berdiri di depan jendela besar, menatap pantulan Paviliun dari kejauhan.

Tanpa sadar, jarinya menekan layar ponsel, ikon video call menyala.

Butuh beberapa detik sebelum panggilan itu tersambung. Ketika akhirnya wajah di seberang muncul, Arsen terdiam.

Luna terlihat dengan wajah segar, pipi sedikit merona karena baru selesai mandi. Rambutnya masih basah dan menetes di ujung-ujung, dan ia hanya mengenakan piyama lembut berwarna biru muda.

“Mas?”

Suara lembut itu terdengar, membuat napas Arsen terasa lebih ringan dari sebelumnya.

“Kok video call malem-malem? Ada apa?”

Pria itu sedikit terbatuk, mencoba menyembunyikan alasan sebenarnya.

“Hmm… soal proyek Bandung. Aku baru dapat revisi gambar dari tim Aditya. Kamu sempat baca, ‘kan?”

“Aku belum mau baca, tapi… masa Mas mau bahas proyek jam segini? Tumben banget.”

Arsen mengusap rambutnya dengan handuk, pura-pura tidak peduli. “Proyek besar, Dek. Tidak bisa ditunda.”

“Ya, ya, aku tahu… tapi ini bukan alasan buat lembur sambil video call, Mas.”

Tatapan Arsen menurun ke wajahnya. Pipinya, matanya, cara Luna menatapnya dengan sedikit geli, semuanya membuat dadanya terasa hangat dengan cara yang tidak bisa ia jelaskan.

“Aku cuma mau memastikan,” ucapnya akhirnya, “lagipula, kenapa kamu belum tidur.”

Pernyataan itu membuat Luna mengangkat alisnya. “Mas Arsen, masa segitu pentingnya aku sampai harus dicek segala?”

“Penting.” jawab Arsen singkat. Tapi, dia buru-buru tolah-toleh saat sadar kalau dia salah ngomong. “Maksudku penting, karena kalau kamu enggak jaga kesehatan, proyek bisa terhambat.”

Namun, jawaban itu malah membuat Luna semakin terkekeh sampai matanya berair.

“Alesannya ih, kenapa makin aneh.” Luna dibuat berbaring di ranjang. Dia menatap Arsen lalu tersenyum. “Daripada bahas kerjaan yang bisa dibahas diwaktu kerja, Mas mau main tebak-tebakan enggak?”

“Tebak-tebakan?”

“Heumm ... Aku punya tebak-tebakan baru.”

Mereka mengobrol semakin dekat, bahkan kali ini Arsen juga ikut tertawa kecil, dan lucunya, kedua orang itu memang agak sefrekuensi.

“Kenapa agen properti enggak pernah kehilangan harapan?” tanya Luna.

“Kenapa?” Arsen balik bertanya .

“Karena, setiap hari mereka open house, hati mereka juga selalu open.”

“Dih ....” Arsen mencibir tapi dia terkekeh juga.

Satu kehormatan bagi Luna karena dia bisa mendengar tawa Arsen. Sampai pagi, setelah dia bangun tidur, selesai shalat dan lain sebaginya, dia masih tertawa-tawa sendiri.

“Budheeeee!” pekiknya heboh. Luna memeluk bibinya yang sedang menghidangkan makanan di meja. “Bibi baik-baik aja kan?”

“Lepas, Luna!” bentak Budhe tiba-tiba.

Luna sontak terdiam, lalu melongok melihat wajah bibinya. “Budhe marah? Kenapa? Aku ada bikin salah? Aku salah apa, Budhe?”

Tak ada jawaban, Budhe Ratna masih saja marah, dia tidak mau menjawab pertanyaan Luna, apalagi menatapnya.

“Budheee ....”

“Pergi!” bentak Budhe Ratna sambil menunjuk pintu. Matanya melotot dengan tangan gemetar. Luna sampai mematung terkejut. “Apa begini caramu membalas Budhe, Luna? Apa karena aku tidak melahirkanmu kamu enggak Sudi dengerin apapun yang aku bilang?”

“Budhee ....”

“Keluar! Kalau kamu enggak mau dengerin Budhe lagi, keluar dari rumah ini. Bawa semua barang-barang kamu.”

1
Pjjmakkem
nah lo.. drama apa lagi pagi2.. siap2 luna.. jreng.. jreng.. jreng..
Nurlaila Elahsb
whatttt???gk mau punya anak!!aduh pak Arsen jgn gitu donk KL Luna tau dia bisa sedih lho😭😭
Piet Mayong
woahhh tadi apa Arsen bilang gak mau punya anak dr istrinya.....
jadi maksudnya apa ya?????
erviana erastus
mulut mu terlalu lancang zea ....
Wandi Fajar Ekoprasetyo
ayo Luna saatnya melihat org² yg menghina mu tertunduk dgn dirimu
neny
zea itu pasti saudara nya arsen,mknya dia menghindari bertemu dng arsen,,tp apa yg membuat zea berpihak ke yg lain,bkn ke arsen,,itu yg jd pertanyaan,,lanjut akak,,semangat 💪😘
Piet Mayong
jadi zea si keponakan toh disini judulnya
Yunita Aristya
nah kan, jadi penasaran sama keluarga nya arsen
iqha_24
ada hubungan apa Arsen dan Zea ?
DianWulanDari
nah siap2 si raja singa cemburu nih🤣🤣🤣
DianWulanDari
nah kan si duda GK sabaran🤣🤣
Yunita Aristya
jangan2 Zea ini ponakan ntah saudara jauh sama arsen
💞Aulia Adriani💕
recommended
DianWulanDari
wah Arsen agak lain nyamar jadi marbot🤣🤣🤣🤣
erviana erastus
cari mampus keluarga satu ini yg katax ahli surga eh ahli neraka kali ya
iqha_24
hadehh sama2 pada gila
Eka ELissa
zea...tamat kmu sblum sntuh.... Luna kmu lupa siapa Arsen.....
Eka ELissa
ahli surga go... mulutnya pdes bgt ma suka rendahkan orang 😡😡😡🤣🤣
DianWulanDari
nah kan si kang duda kagak sabaran banget si/Facepalm//Facepalm/
Piet Mayong
lanjutkan....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!