NovelToon NovelToon
Dibayar Oleh CEO Kejam

Dibayar Oleh CEO Kejam

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO
Popularitas:335
Nilai: 5
Nama Author: Sansus

CERITA UNTUK ***++
Velove, perempuan muda yang memiliki kelainan pada tubuhnya yang dimana dia bisa mengeluarkan ASl. Awalnya dia tidak ingin memberitahu hal ini pada siapapun, tapi ternyata Dimas yang tidak lain adalah atasannya di kantor mengetahuinya.
Atasannya itu memberikan tawaran yang menarik untuk Velove asalkan perempuan itu mau menuruti keinginan Dimas. Velove yang sedang membutuhkan biaya untuk pengobatan sang Ibu di kampung akhirnya menerima penawaran dari sang atasan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Setelah selesai makan malam di salah satu restoran yang ada di dalam pusat perbelanjaan, Dimas dan juga Velove memutuskan untuk langsung pulang ke apartemen lelaki itu karena sudah malam.

“Pak Dimas mandi duluan aja, saya mau ke bawah dulu buat anterin laundryan.” Ucap Velove begitu mereka berdua sampai di dalam unit apartemen Dimas.

“Kenapa nggak besok aja sekalian pas mau berangkat ke kantor? Daripada kamu turun lagi ke bawah.”

Memang ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh Dimas, tapi asalan perempuan itu ingin mengantarkan pakaian kotor untuk dilaundry sekarang karena Velove malas jika melihat sosok Dimas di sekitarnya saat ini.

Seraya berjalan ke kulkas yang ada di dapur untuk mengambil air dingin, perempuan itu melirik ke arah Dimas. “Ya nggak apa-apa sekarang aja, mumpung nggak lagi lupa.” Ucap Velove seraya membuka tutup botol. “Lagipula kita kalo pagi suka buru-buru.” Perempuan itu melanjutkan perkatannya.

“Terserah kamu.” Balas Dimas yang membawa langkah kakinya untuk masuk ke dalam kamar, meninggalkan Velove yang kini tengan menuangkan air dingin yang ada di dalam botol ke dalam gelas yang tadi dia ambil dari dalam kabinet dapur.

Melihat punggung Dimas yang menghilang dibalik pintu kamar, Velove berjalan ke arah keranjang kotor seraya meminum air dingin yang ada di dalam gelas.

Perempuan itu tidak mungkin membawa pakaian kotor mereka berdua turun ke bawah hanya menggunakan keranjang seperti itu, maka dari itu Velove membawa langkah kakinya ke dapur untuk meletakan kembali gelasnya yang sudah kosong, lalu membawa langkah kakinya masih ke dalam kamar.

Seingat Velove, perempuan itu mempunyai goodie bag besar yang dia simpan di dalam kamar. Begitu perempuan itu masuk ke dalam kamar, Velove biasa mendengar suara shower yang menyala di dalam kamar mandi dan sudah pasti Dimas yang ada di dalam sana.

Tidak ingin membuang-buang waktunya lagi, setelah menemukan barang yang dia butuhkan, perempuan itu segera keluar dari dalam kamar dan berjalan menuju ke tampat keranjang baju tadi, lalu kemudian memindahkan baju yang ada di dalam sana ke dalam goodie bag yang dia bawa.

Lalu perempuan itu langsung keluar dari unit apartemen Dimas, masuk ke dalam lift untuk turun ke lantai lobby. Sedangkan Dimas yang tubuhnya hanya tertutupi dengan selembar handuk untuk menutupi bagian bawahnya karena baru saja keluar dari dalam kamar mandi kelaut dari dalam kamar dan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru unit apartemennya yang kosong.

Sekretarisnya itu ternyata benar-benar pergi ke bawah untuk melaundry pakaian mereka, Dimas seharusnya tahu kalau Velove sekarang sudah berubah menjadi lebih berani dan menentang pada dirinya.

***

Keseharian Dimas dan juga Velove di kantor dalam seminggu ini berjalan seperti biasanya, walaupun terkadang beberapa kali disertai dengan perdebatan kecil karena saat ini Velove sudah mulai berani untuk melawan atasannya itu.

Hari ini adalah hari Jumat, Velove sudah menyandarkan tubuhnya yang terasa lelah pada senderan kursi penumpang yang ada di dalam mobil hitam Dimas seraya menghela napasnya lelah, sedangkan lelaki yang ada di kursi pengemudi mulai menyalakan mesin mobilnya dan melajukan mobilnya untuk keluar dari area kantor.

“Besok saya mau pulang ke kostan.” Sang sekretaris berucap saat mobil hitam milik Dimas mulai masuk ke jalan raya.

Lelaki itu melirik sekilas ke arah Velove yang ada di sebelahnya. “Kenapa harus pulang? Temani saya di apartemen.” Ucap Dimas.

“Saya kangen tidur di kostan saya.” Jelas alasan Velove itu tidak bisa diterima begitu saja oleh sang atasan.

“Kamu kan baru dua hari yang lalu tidur di sana.”

“Ya pokoknya saya besok pengen pulang ke kostan, lagian di apartemen Pak Dimas bikin saya bosen.” Ya, memang itu kenyataannya. Lama-lama tinggal bersama Dimas di apartemen lelaki itu membuat Velove ikut-ikutan monoton dan membosankan.

“Emangnya kamu mau ngapain di kostan kamu? Kamu cuma kangen tidur disana kan? Kalo sekedar tidur, di apartemen saya juga bisa.” Ah, rupanya lelaki itu benar-benar tidak ingin kalah.

“Saya nggak betah tinggal di apartemen Bapak.” Perempuan itu memberikan alasan lain.

“Apa yang bikin kamu nggak betah tinggal di sana?” Dimas kembali bertanya.

“Ya pokoknya saya nggak suka tinggal di sana, udah deh Pak Dimas jangan tanya-tanya terus. Besok pokoknya saya bakalan tetep pulang ke kostan.”

“Ingat soal kontrak kita, waktu kamu menginap di apartemen saya itu satu bulan.” Lelaki itu mengingatkan soal kontrak di antara mereka.

Perempuan itu hanya bisa menghela napas lelah, Velove sempat melupakan soal kontrak itu, dia masih terikat oleh Dimas dalam tiga minggu kedepan. “Terserah Pak Dimas.” Ucap perempuan itu seraya mengalihkan padangannya ke luar jendela.

Setelah mobil hitam itu membelah jalan raya yang ramai di sore hari, akhirnya kuda besi Dimas itu mulai masuk ke area apartemen dan masuk ke parkiran apartemen tersebut yang ada di basemen. Lelaki itu memarkirkan mobilnya di tempat biasa lalu mematikan mesin mobil tersebut.

Dimas melirik ke samping seraya membuka sabuk pengamannya, ternyata Velove yang ada di sampingnya sudah tertidur, tapi lelaki itu memilih untuk tidak langsung membangunkan sang sekretaris.

Lelaki itu malah lebih tertarik untuk memandangi wajah Velove yang tampak kelelahan dan dahi perempuan itu sedikit mengerut seperti sedang memimpikan hal yang buruk atau sedang memiliki banyak pikiran.

Sebenarnya lelaki itu bisa saja membantu biaya operasi Ibu sang sekretaris dengan cuma-cuma saat itu, hanya saja begitu tahu kalau Velove memiliki kelebihan pada tubuhnya, hal itu tidak bisa Dimas sia-siakan begitu saja.

Terdengar jahat memang, ditambah lagi tanpa perempuan itu tahu kalau obat yang Velove dapat dari rumah sakit sudah Dimas tukar dengan obat pelancar ASI. Entahlah apa yang akan Dimas dapatkan jika suatu saat nanti Velove mengetahui hal itu.

“Vel, bangun.” Ucap lelaki itu seraya menyentuh lengan sang sekretaris yang ada di sampingnya.

Memang pada dasarnya Velove tidak tidur dengan nyenyak di sana, maka hanya dengan sentuhan dan juga ucapan Dimas barusan sudah bisa membuat perempuan itu terganggung dari tidurnya. “Eungh??” Velove melenguh seraya membuka matanya dengan perlahan.

“Turun, kita udah sampe.” Setelah mengatakan hal itu, Dimas langsung keluar dari dalam mobil dan meninggalkan Velove yang masih mengumpulkan seluruh kesadarannya di dalam sana.

Setelah kesadarannya kembali terkumpul, perempuan itu membuka sabuk pengamannya dan meraih tas kerja miliknya lalu keluar dari dalam mobil milik Dimas itu. Menyusul sang atasan yang sudah lebih dulu berjalan di depannya, lalu masuk ke dalam lift untuk naik ke lantai dimana unit apartemen Dimas berada.

Begitu Velove sudah masuk ke dalam unit apartemen atasannya itu, perempuan itu langsung membawa langkah kakinya menuju sofa yang ada di depan televisi, lalu menjatuhkan dirinya dengan asal di atas sofa empuk itu.

Sedangkan Dimas langsung menuju ke arah kulkas untuk mangambil air dingin yang ada di dalam sana, lalu menuangkannya ke dua gelas yang sudah dia ambil. Lelaki itu kemudian membawa langkah kakinya menuju sofa dimana sanh sekretaris berada.

Tangan lelaki itu menyodorkan satu gelas air dingin pada Velove begitu sampai di hadapan perempuan itu. “Minum.” Ujarnya.

Velove yang kebetulan sedang haus tidak mungkin tidak menerima tawaran itu, satu tangannya terulur untuk menggapai gelas yang sedang disodorkan oleh Dimas di depannya. “Makasih.” Perempuan itu berucap sebelum kemudian mulai meneguk air dingin yang ada fi dalam kelas itu.

Setelah meneguk habis air dingin yang ada di dalam gelas, Velove meletakan gelas kosong tadi di atas meja yang ada di dekat sofa. Perempuan itu kemudian menyenderkan tubuhnya pada senderan sofa seraya memejamkan matanya sejenak, membiarkan Dimas yang kini sudah ikut duduk di sebelahnya.

“Kamu mau makan malem pake apa?” Tanya Dimas seraya menatap ke arah Velove yang terlihat sedang bersandar di sebelahnya.

Dengan mata yang terpejam, perempuan itu menjawab pertanyaan Dimas dengan asal. “Pake nasi.”

Mendengar jawaban asal dari sang sekretaris membuat lelaki itu jengah. “Maksud saya lauknya mau pake apa?” Tanya Dimas seraya meletakan gelas kosongnya di atas meja yang sama seperti Velove tadi meletakan gelas kosongnya.

Perempuan itu terdiam sejenak, Velove tidak langsung menjawab pertanyaan dari Dimas barusan. “Makan nasi padang kayaknya enak sih Pak, saya udah lama nggak makan itu.” Velove mulai membuka kembali matanya yang terpejam dan kemudian menatap ke arah Dimas.

“Ya udah, kamu pesen. Saya mau mandi dulu.” Balas Dimas seraya beranjak dari sana menuju ke dalam kamar, meninggalkan Velove sendirian di sofa.

Sesuai dengan permintaan Dimas, Velove kemudian mengambil ponsel miliknya yang ada di dalam tas kerja lalu memesan nasi pandang untuk makan malam mereka berdua di aplikasi online.

Seraya menunggu Dimas selesai mandi dan juga pesanannya datang, perempuan itu kembali memejamkan matanya sesaat. Velove sama sekali tidak berniat untuk tidur, dia hanya sekedar ingin mengurangi rasa lelahnya dengan memejamkan matanya.

Kurang lebih dua puluh menit berlalu, Velove merasakan sentuhan tangan yang dingin di lengannya yang lembuat perempuan itu membuka matanya yang terpejam dan mendapati Dimas yang kini sudah ada di depannya dengan hanya menggunakan celana pendek rumahan dan bagian tubuh atasnya yang dibiarkan terbuka.

“Saya kira kamu tidur lagi.” Ucap Dimas seraya meraih remote televisi dan mulai menyalakan televisi yang ada di depannya itu. “Nasi padangnya udah kamu pesen?” Lelaki itu bertanya seraya duduk di sofa seperti tadi.

Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Dimas lantas membuat perempuan itu menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

“Ya udah sana kamu mandi, nanti biar saya yang terima pesenannya kalo udah dateng.”

Tidak banyak protes, Velove langsung beranjak dari sana untuk membawa langkah kakinya masuk ke dalam kamar, tapi kemudian perempuan itu menghentikan langkah kakinya untuk mengatakan sesuatu.

“Oh iya, makanannya udah saya bayar lewat aplikasi.” Ucap Velove.

“Iya.”

Balasan singkat dari Dimas itu membuat Velove kembali melanjutkan langkah kakinya untuk masuk ke dalam kamar, meninggalkan lelaki itu sendirian di ruang tengah yang saat ini sedang menonton televisinya yang menyala.

_____________________________________________

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!