Valentine Lee mengalami malam terburuk dalam hidupnya. Ia diperkos4 oleh pria yang mencintainya selama ini, lalu mendapati tunangannya berselingkuh. Dalam kepedihan itu, ia mengalami kecelakaan dan kehilangan ingatannya.
Saat sadar, seorang pria tampan dan berkuasa bernama Vincent Zhao mengaku sebagai tunangannya dan membawanya pulang untuk tinggal bersamanya.
Namun ketika ingatannya pulih, Valentine akhirnya mengetahui siapa Vincent Zhao sebenarnya. Akankah ia memilih Vincent yang selalu melindunginya, atau kembali pada tunangan lamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab24
Samantha mendekati cucunya dengan mata berkaca-kaca, lalu melayangkan sebuah tamparan keras ke wajahnya.
Plak!
Suara tamparan itu menggema di seluruh ruangan, membuat semua orang terdiam.
“Ma!” seru Anita kaget, langsung menarik lengan ibunya.
Namun Samantha tidak goyah, tatapannya menusuk ke arah Jacky. “Jacky, kau benar-benar sudah tidak bisa dimaafkan. Demi posisi direktur, kau rela mengorbankan pamanmu sendiri? Apakah kau tidak memikirkan akibat dari perbuatanmu ini?”
Jacky terhuyung ke belakang, pipinya memerah bekas tamparan. Namun, bukannya mengalah, ia malah mencoba membela diri. “Nenek, itu tidak benar! Yiyi hanya tidak bisa mendapatkan paman, lalu menuduhku. Aku mana mungkin melakukan itu padanya.”
Anita buru-buru menengahi, suaranya bergetar. “Ma… Vincent, mungkin saja ini kesalahpahaman. Jacky tidak mungkin menjebak pamannya sendiri.”
Wajah Vincent yang sejak tadi dingin kini semakin tajam. Ia mengeluarkan selembar cek dari saku jubah tidurnya, lalu menaruhnya di hadapan Anita. Suaranya dalam dan penuh tekanan.
“Kalau bukan dia, kenapa di atas cek ini ada tanda tangannya? Ini bayaran Jacky untuk Yiyi. Asalkan dia berhasil menjebakku, maka dia akan membayar sisanya lagi. Nominalnya tidak sedikit. Sepertinya aku begitu bernilai di mata keponakanku.”
Anita gemetar saat meraih cek itu, matanya membesar begitu melihat tanda tangan putranya sendiri. Ia menoleh ke Jacky dengan wajah murka. “Jacky… kau benar-benar melakukannya? Dia adalah pamanmu!”
Jacky pucat pasi, tak mampu membalas tatapan ibunya.
Vincent maju selangkah, suaranya tegas dan menusuk. “Mengenai Yiyi, aku sudah mengurusnya dengan caraku sendiri. Besok, aku akan mengurusmu juga.” Tatapannya yang tajam membuat Jacky menunduk ketakutan.
Kemudian ia menoleh pada Anita tanpa basa-basi. “Minta pelayan buang kasur, bantal, dan selimutku. Semua sudah kotor.” Nada suaranya dingin, seolah tidak ada ruang untuk bantahan.
Tanpa menunggu reaksi siapa pun, Vincent merangkul pinggang Valentine dengan kuat lalu membawanya pergi menuju kamar gadis itu.
Begitu pintu kamar tertutup, Vincent langsung memeluk Valentine erat-erat, kemudian mencium bibirnya dengan brutal. Gadis itu terkejut, matanya melebar, tubuhnya meronta berusaha melepaskan diri.
“Vincent!” Valentine bersuara panik, tangannya menahan dada pria itu. Ia merasakan panas membakar dari tubuhnya. “Kenapa badanmu panas sekali?” tanyanya, tepat saat Vincent mendorongnya perlahan ke atas kasur.
Pria itu menunduk, menatapnya dengan mata yang diliputi nafsu bercampur kesakitan. “Aku sedang melawan efek obat. Aku menolak wanita itu karena aku hanya menginginkanmu. Bantu aku, Valentine!” ujarnya, lalu kembali mencium bibirnya dalam-dalam.
Valentine berusaha menoleh, melepaskan diri dari ciuman itu. Nafasnya terengah. “Sebaiknya kita panggil dokter untuk menghilangkan efek obatnya!” serunya cemas.
Namun Vincent menahan wajahnya dengan kedua telapak tangan, sorot matanya begitu tajam. “Valentine, aku rela menahan hasratku demi kau. Aku sudah menderita selama dua jam menahan semuanya. Apakah kau masih tidak sudi menyembuhkan aku?”
Air mata Valentine hampir jatuh, bibirnya bergetar. “Bukan… aku hanya takut.”
Vincent menunduk lebih dekat, suaranya rendah tapi penuh kuasa. “Kita akan segera menikah. Hal seperti ini akan kita lakukan setiap saat aku mau.”
Ia lalu kembali mencium bibir Valentine dengan brutal, kali ini tangannya mulai meraih dan melepaskan pakaian gadis itu, membuat Valentine semakin panik dan bergetar di bawah tubuhnya.
Setelah melepaskan semua pakaian Valentine, Vincent bangkit dan melepaskan jubahnya. Kini keduanya telah tanpa sehelai benang. Tanpa menunggu Vincent melebarkan kedua kaki wanita itu dan melakukan penyatuan.
Valentine memejamkan matanya dan merasa cemas, ia merasakan sesuatu.yang keras memasuki dirinya.
Vincent bergerak maju mundur di atas tubuh wanita itu, gerakannya perlahan dan kemudian semakin cepat.
"Vincent, sakit!" ucap Valentine.
"Bertahan! Bantu aku hilangkan efek obatnya, aku hanya menginginkanmu," bisik Vincent sambil bergerak di bawah sana.
Tiba-tiba bayangan kejadian dulu muncul dalam ingatan Valentine, pada saat ia dipaksa melayani pria itu. Suara tangisan dan teriakan mengema di telinganya. Beserta wajah Vincent yang begitu jelas.
"Apa yang terjadi? Kenapa bayangan ini seperti Vincent sedang memaksaku?" batin Valentine.