NovelToon NovelToon
Bulan & Angkasanya

Bulan & Angkasanya

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Cintapertama
Popularitas:444
Nilai: 5
Nama Author: Keirina

Sejak bersama dengan Kenneth hidup Bulan semakin dipenuhi dengan warna.

Sejak bersama dengan Bulan hidup Kenneth kembali dihiasi dengan kebahagiaan.

Kenneth selalu berhasil mengukir senyum di wajah Bulan bahkan hanya dengan melihatnya.

Bulan berhasil membuat Kenneth ingin hidup lebih lama.

Seperti tawa yang berdampingan dengan air mata, juga hal baik yang berdampingan dengan hal buruk. Kisah cinta pertama mereka juga begitu.

Bulan berharap mereka selamanya.
Kenneth juga berharap yang sama dalam ketakutannya.

Semua ingin akhir yang bahagia, tapi tidak ada yang benar-benar tau pada akhirnya akan seperti apa.

Kenneth yang selalu membuat Bulan tersenyum kini juga berhasil membuat Bulan sering menangis dalam keheningan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Keirina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CUCI DARAH

Kenneth berbaring di atas ranjang rumah sakit dengan dua selang dialyzer yang dipasang melalui pembuluh darah dilengannya. Seperti yang dikatakan oleh Revina kemarin kalau hari ini adalah jadwal Kenneth menjalani cuci darah. Kenneth yang berbaring sendirian di ruangan HD (Hemodialisa) tempat dilakukannya hemodialisis (Cuci Darah) memejamkan matanya sambil menunggu proses cuci darahnya selesai.

Sama seperti sebelum-sebelumnya Kenneth tidak mengizinkan Revina untuk menunggu di dalam ruangan bersamanya selama Kenneth menjalani proses cuci darah. Karena, Kenneth tidak suka melihat Revina yang akan terus memandanginya dengan sorot mata penuh rasa bersalah dan penyesalan.

Proses cuci darah berlangsung selama kurang lebih 4 jam. Ini entah sudah keberapa kalinya bagi Kenneth menjalani cuci darah dia juga tidak ingat. Kenneth tidak pernah menghitungnya karena, Kenneth menjalaninya bukan karena mau tapi, karena keharusan. Jika, bisa memilihpun Kenneth tidak mau menjalani proses cuci darah ini kalau bukan Revina yang memintanya. Kenneth mengubah posisinya menjadi duduk, melihat lengannya yang terdapat bekas dari jarum cuci darah yang nantinya akan selalu mengingatkannya akan penyakitnya.

Kenneth mengambil jaketnya yang tadi disampirkannya di kursi dan memakainya. Dia masih duduk di tepi ranjang sambil mengecek handphonenya.

"Udah selesai?" Tanya Revina yang baru saja masuk menghampiri Kenneth. Kenneth menyimpan handphonenya mengangguk menatap Revina.

Tidak lama kemudian dokter Rama mendatangi Kenneth dan Revina.

"Dokter" Sapa Revina tersenyum ramah

"Bagaimana cuci darah hari ini?" Tanya dokter Rama

"Sama seperti sebelum-sebelumnya dok"

Dokter itu tersenyum ramah pada Kenneth, "Kamu aktif main basket ya sekarang?

Kenneth langsung menatap Revina yang menghindari kontak mata dengannya.

"Sebenarnya gakpapa, saya tidak akan menyuruh kamu untuk berhenti"

"Tapi, kamu harus tetap ingat kalau kamu penderita gagal ginjal kronis. Kondisi tubuh kamu tidak akan sama seperti sebelumnya, kamu pasti akan lebih mudah capek yang nantinya bisa membahayakan diri kamu sendiri apalagi dengan ginjal kamu yang hanya tersisa satu. Jadi saya cuma ingin mengingatkan lagi jangan terlalu memaksakan diri kamu" Kata dokter itu dengan penuh perhatian

"Baik dok" Kata Kenneth yang mengerti maksud dari perkataan dokter Rama

"Dan jangan lupa rutin minum obat dan juga yang terpenting menjalani cuci darah dan pola makan juga harus dijaga"

Kenneth mengangguk, "Iya, baik dok"

Dokter Rama menaikkan kacamatanya yang sedikit turun.

"Ya sudah kalau begitu saya permisi dulu" Pamit dokter itu lalu pergi keluar dari ruangan.

Kenneth menatap Revina yang berdiri dihadapannya begitu sepeninggalan dokter Rama.

"Mamah gak punya maksud apa-apa. Cuma mau ngasih tau dokter Rama aja" Ucap Revina yang mengerti arti dari tatapan anaknya itu, "Ya udah ayo pulang" Ajak Revina. Kenneth berjalan mengikuti Revina.

***

"Kamu benaran gakpapa nih mamah tinggal?"

"Iya Mah, Ken juga mau tidur paling nanti malam keluar bareng yang lain ke cafe" Ujar Kenneth yang sudah duduk disofa rumahnya.

Revina dan Kenneth baru saja sampai di rumah sekitar 10 menitan lalu. Dan sekarang Revina ingin pergi ke rumah Tari karena, sebelumnya mereka sudah janjian ingin membuat kue bersama hari ini.

Revina masih diam berdiri memandangi Kenneth yang menatapnya lembut melihatnya yang enggan pergi.

"Benaran gakpapa Mah" Kata Kenneth yang memang sudah merasa lebih sehat dari sebelumnya hanya masih merasa sedikit pusing saja. Setelah dia istirahat juga pusingnya pasti hilang.

Revina menghela nafasnya, "Ya udah kalau gitu mamah pergi nih" Kata Revina masih berdiri ditempatnya. Kenneth mengangguk.

"Jangan lupa diminum obatnya!Mamah juga udah masak jangan lupa makan nanti sebelum pergi!Jangan malam-malam juga pulangnya!kalau ngerasa badannya masih gak enak gak usah pergi!" Bawel Revina yang membuat Kenneth tidak bisa menahan senyumnya

"Iya mahh"

Revina masih menatap Kenneth, "Ya udah mamah benaran pergi nih. Kabarin mamah nanti kalau mau jalan" Kata Revina lalu beranjak dari tempatnya meninggalkan Kenneth.

"Hati-hati mah" Kata Kenneth sebelum Revina keluar dari pintu rumahnya. Lalu, Kenneth memilih membaringkan tubuhnya di sofa dan tidur. Karena, nanti malam dia akan pergi ke cafe dengan Fahri, Bulan dan yang lain.

***

Tari dan Revina sedari tadi sibuk bereksperimen dengan bahan-bahan kue yang sudah dibeli oleh Tari sebelumnya dari supermarket. Dengan mengandalkan bakat dari hobi memasak mereka. Tari dan Revina sesekali mengobrol di dapur sambil mengaduk adonan kue dan menyiapkan isian untuk kuenya.

"Kamu pernah ikut kelas masak atau kelas bakery gitu?" Tanya Tari yang sedang menyiapkan isian kuenya.

Revina yang sedang memecahkan telur ke dalam wadah menggelengkan kepalanya, "Gak pernah. Aku belajar-belajar sendiri aja di rumah semenjak menikah. Modal lihat tutor-tutor di youtube" Kata Revina

"Ih sama, aku juga. Aku mulai belajar masak juga waktu sudah nikah eh terus malah jadi hobi sekarang" Kata Tari tertawa. Revina ikut tertawa.

***

Sekitar pukul 7 malam Bulan keluar dari kamar dan berjalan menghampiri Tari dan Revina yang sedang mengobrol di meja makan. Setelah selesai membuat 2 loyang kue yang sudah tersaji di meja makan.

"Mau kemana kamu?" Tanya Tari menghentikan obrolannya dengan Revina melihat Bulan yang memakai celana cargo hitam dan kaos hitam polos yang dilapisin jaket jeans.

"Halo tante" Bulan menyapa Revina yang tersenyum padanya. "Mau keluar bareng Sari, Fahri sama yang lain bu" Kata Bulan sambil mencomot sepotong kue coklat yang sudah disajikan di atas meja.

"Kamu seharian cuma di kamar keluar-keluar mau pergi aja!" Bawel Tari

"Bulan kan gak mau ganggu Ibu sama tante Revina yang lagi main masak-masakan"

Revina tertawa.

"Ada aja jawaban kamu!"

Bulan menyengir menatap Tari.

"Naik apa kamu perginya?"

"Biasa Bu ada sopir Bulan yang jemput, Ibu tenang aja" Kata Bulan tengil. Dia berjalan mengambil gelas dan membuka kulkas mengambil sebotol air dingin dan menuangkannya ke dalam gelas dan memasukkan botolnya lagi. Bulan ikut duduk di depan Tari dan Revina.

"Kok malah duduk?gak jadi pergi?" Tanya Tari melihat Bulan yang sedang minum duduk di depannya.

"Belum datang supir yang jemput Bulan" Revina yang mendengar jawaban Bulan senyum-senyum di tempatnya akibat jawaban asal Bulan.

"Emang gitu Rev, sesuka hatinya kalau bicara"

"Gakpapa, kamu mau tante kenalin sama anak tante gak?" Tanya Revina tiba-tiba

Bulan tersenyum dengan mata berbinar.

"Jangan Rev kasian anak kamu"

"Ih memang Bulan kenapa?" Bulan menatap Tari sebal

"Ya kamu intropeksi diri aja" Kata Tari asal

Revina yang mendengar obrolan Ibu dan anak itu tidak bisa berhenti tersenyum merasa lucu.

"Anak tante ganteng tau" Kata Revina mempromosikan anaknya

"Boleh tante" Bulan tersenyum penuh arti, "Kalau nanti dia suka sama Bulan jangan salahin Bulan ya tante soalnya Bulan kan cantik" Katanya dengan kepercayaan diri penuh.

Tari menggelengkan kepalanya melihat anaknya geli, "Kamu gaya-gayaan, anak tante Revina yang ada malas nanti lihat kamu yang kelakuannya aneh terus hobinya tidur"

"Ih Ibu!Ibu gak tau aja di sekolah banyak yang ngejar-ngejar Bulan" Sombong Bulan. Suara handphone Bulan berbunyi. "Udah Bulan pergi dulu ya jemputan Bulan udah datang" Katanya bangkit dari duduknya dan menaruh gelas kotornya di wastafel. Tari melihat anaknya itu sambil mengingat dia mengidam apa dulu waktu hamil Bulan sampai jadinya seperti Bulan. Revina mengecek handphonenya yang terdapat pesan masuk dari Kenneth yang memberitahunya kalau dia jadi pergi, lalu kembali mematikan layar handphonenya setelah mengirimkan balasan 'Hati-hati'.

Bulan saliman dengan Tari dan juga Revina.

"Bye bu, bye tante" Pamitnya

"Jangan malam-malam pulangnya"

Bulan yang berjalan ke arah pintu berhenti kembali melihat ke arah Tari dan Revina yang duduk di meja makan. "Ini kan udah malam bu, masa jangan pulang malam-malam. Ya udah Bulan pulang pagi kalau gitu Ibu tenang aja" Katanya yang berhasil membuat Revina tertawa dan Tari yang membelalakan matanya menatap Bulan lelah. Bulan langsung pergi secepat kilat keluar dari rumah sebelum mendapat amukan dan Tari.

"Lucu ya Bulan" Revina tertawa melihat Tari

Tari menatap Revina menghela nafasnya, "Lucu apanya Rev yang ada tiap hari aku nahan emosi kalau sama dia" Kata Tari tidak habis pikir dengan sifat anaknya.

1
Protocetus
jika berkenan mampir ya ke novelku Frontier
Blackrose
Daebak!
Ritsu-4
Bravo thor, teruslah berkarya sampai sukses!
Joko Castro
Aku suka banget tokoh utamanya, terasa sangat hidup. ❤️
foxy_gamer156
Bikin ketagihan deh.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!