Seraphina di culik dari keluarganya karena suatu alasan. Lucunya ... Penculik Seraphina malah kehilangan Seraphina.
Seraphina di temukan oleh seorang perempuan yang sedang histeris sedih karena suaminya selingkuh, sampai mempunyai anak dari hasil selingkuhan. Perempuan yang menemukan Seraphina tidak mempunyai anak. Karena itulah dia memungut Seraphina. Jika suaminya punya anak tanpa sepengetahuannya jadi ... Mengapa tidak untuknya?
Kehidupan Seraphina nyaman meski dia tahu dia bukan anak kandung dari keluarganya saat ini. Kenyamanan kehidupannya berubah saat orang tuanya mati karena ledakkan.
Saat dirinya sedang terkapar tak berdaya dalam kobaran api. adiknya Ken, berbisik kepada dirinya untuk lari sejauh mungkin. Dengan sekuat tenaga ia melarikan diri dari seorang yang memburunya, karena ia penyintas yang sangat tak diharapkan.
Inilah perjalanannya. Perjalan yang penuh suka dan duka. Perjalanan kehidupannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon miao moi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pohon aneh bernama omon
"seharusnya aku memberi mu nama apa?" Ia berpikir, "tohon? Ohon? Pohon? " Ia cekikinkan sendiri. "Mengapa selalu berakhir on? emm ... omon?! yep omon saja. Mulai sekarang namamu omon."
Seraphina menatap pohon omon dengan senyum geli, senyumannya lenyap saat melihat pohon itu tiba-tiba berkedut. mulanya ia kira karena tertiup angin, tapi mana mungkin angin menggerakkan pohon seperti itu. karena ini berkedut bukan tergerak. Ia menatap dengan bingung.
Ia mendekatkan wajahnya ke omon untuk melihat apakah dia tidak salah melihat. Bulatan merah itu makin berkedut, irama kedut semakin cepat. kedutannya di pohon itu makin banyak. bukan hanya di bulatan merah, batang yang seperti garpu itu juga mulai berkedut.
Dap. Dap. Dap seperti akan meledak. Tiba-tiba batang pohong yang kurus berputar menggeliat. Ia dengan takut menjauh dari pohon itu. Ia menelan saliva nya dengan gugup, "ada apa ini?"
ia takut pohon itu akan meledakkan dirinya. Ia menatap pintu sekilas ia ingin berteriak tapi mulut tak mau bergerak bersuara. Pohon itu makin bergetar, bukan hanya berkedut tapi mengejang bagaikan manusia yang sakit kejang. Ia melihat dengan horor. Pohon itu makin bergetar mengejang dengan cepat, sangat amat cepat sampai melayang sedikit dari tempat.
Dan GLAP. Pohon itu terjatuh kembali ke meja dengan suara yang keras. Sesaat yang mengkhawatirkan, dengan suasana sunyi yang panjang pohon itu tak lagi bergetar aneh. Ia menunduk menatap dirinya yang kini telah naik ke atas lemari. tak sadar dirinya telah naik.
Dengan hati-hati ia turun dari atas lemari. Sejenak ia heran dengan dirinya sendiri yang tanpa sadar telah berada di atas lemari. "Waww kukira akan meledak tadi, apa-apa itu?"
Ia kembali menghampiri pohon itu dengan penasaran, meriksa sebenarnya ada apa? Apa yang terjadi dengan situasi aneh tadi? Ia menjulurkan tangannya dengan hati-hati lalu—
Brakk. Suara keras kembali terdengar membuatnya terlonjak kaget. Ia terjatuh terjengkang. Kali ini bukan karena pohon omon melainkan dari arah pintu kamarnya. Pelakunya adalah ibunya yang sedang berjalan kepadanya dengan fokus memperbaiki tatanan rambut yang sedang diberi topi kecil.
Ia menatap kecut kearah ibunya, sambil memegang dadanya, "ibu mengagetkan aku!"
"Maaf sayang, ibu sedang terburu-buru!"
Terlihat jelas dari pakaian ibunya akan pergi, "mau kemana?"
"Oh, kami akan menjenguk salah satu keluarga borgke yang sedang sakit, di rumah sakit." Jawabnya sambil men jongkok menatap Seraphina tepat kearah matanya. Lalu mengernyit melihat kondisi Seraphina yang mengkhawatirkan. "Kamu baik-baik saja sayang?"
"Siapa yang sakit?"
"Kakeknya Andy. Kamu disin be—"
"Andy teman ken?" Potongannya. Ia mengerutkan keningnya.
"Iya, teman ken. Semua keluarga borgke sedang di rumah sakit sekarang. Sungguh! kamu baik-baik saja?" Desak ibunya.
"Emm ... Aku baik-baik saja. kasihan Andy sekarang dirumah sendirian!"
"Apa maksudmu? Semua keluarga borgke berada di rumah sakit tentu saja Andy sudah pasti ikut kesana!"
Ia menatap dengan bingung kepada ibunya, "bukankah Ken berkata akan bertemu dengan Andy?"
"Sekarang Ken berada dimana?"
"Dia bilang akan bertemu dengan Andy!"
"Tapi, dia bilang kepada ibu akan latihan saja dirumah akan fokus latihan saja dirumah." Kata ibunya.
Ia mengangkat bahunya melihat ibunya yang kebingungan, "mungkin aku salah dengar! Mungkin dia bilang akan bertemu dengan gurunya." Ia mencoba menyelamatkan ken.
"Ibu akan menyuruh kepala pelayan untuk mencarinya. Ibu sudah sangat terburu-buru tapi kalian malah membuat masalah!" Katanya sambil pergi berjalan keluar.
Sontak dahinya mengernyit dalam, bibirnya mengerucut. "Kok aku juga?" Keluhannya, ia melirik kearah omon. "Ibu! Tadi pohonnya—" terlambat, ibu ya sudah pergi. Ia menghela nafasnya pasrah. Mungkin nanti ia akan memberi tahu ibunya.
Ia cemberut, "Ken berbohong padaku? Kenapa?" Ia bertanya sendiri. Ia tak mungkin tadi salah dengar. Ia bahkan tadi minta ikut tapi dilarang oleh ken.
"Beraninya bocah kecil itu!" Gumamnya.
••••••••
"Kau sebenarnya darimana tadi?" Tanyanya menghampiri ken yang berada dalam kamarnya, sedang duduk di ranjangnya. Ken pulang setelah berapa jam kemudian, dengan kepala pelayan yang mencarinya.
Ken menatap cemberut kepada kepadanya. Ia juga tak kalah cemberut menatap ken, matanya pun melotot menatap ken, "kau bahkan berbohong kepadaku dan juga kepada ibu, sekarang kau selamat, ibu sedang pergi. Katakan kau tadi pergi kemana?" Seru Seraphina.
Ken membuang muka, tak mau menatapnya, "aku tak tahu jika Andy sedang pergi. Aku sedang ingin pergi ... ingin bermain."
"Kau bisa bermain denganku!" Jawabnya.
"Kau lain kak ... kau cewek!" Suara Ken mengeras.
"Memang apa bedanya?" Tanyanya dengan tangan dilipat di dada, ia tersinggung.
"Kami bermain tak takut lumpur sedangkan cewek takut dengan lumpur!"
Ia lantas melongo dengan ucapan ken, "aku setiap hari bermain di kebun dengan pohon maupun bunga, otomatis aku akan terkena dengan lumpur. Kau bercanda ya?"
"Maafkan aku kak, kurasa aku sedang lelah sekarang. Omongan ku kacau. Bisakah kau pergi?" Pinta ken.
"Apa?" Ia melongo tak percaya melihat ken. Ia melihat Ken menunduk kepalanya. Membuatnya bertanya-tanya. "Baiklah, terserah kau saja."
Ia menderap pergi keluar dari kamar Ken. ia membanting pintu kamar Ken dengan kesal. Kentara sekali jika Ken sedang bohong. Ken berbicara dengan bodoh dan linglung, tak seperti biasanya. Mengapa dia harus bohong? Ia berhenti berjalan. menoleh kearah kamar Ken, memandangi pintu ken. Sebenarnya pergi darimana dia tadi? Ia kembali berjalan kearah kamarnya.
Ia masuk ke kamarnya langsung mendekati jendela, ia menangkup pipinya di tangannya bersandar di pinggiran jendela, menatap luasnya pemandangan langit. Kekesalannya menguap saat melihat indahnya langit di sore hari. Tangannya terulur keatas seolah sedang menyentuh langit.
Ia melirik tangannya, "bagaimana bisa? aku yang sangat menyukai tanaman mempunyai kekuatan mengerikan seperti ini?" Gumamnya, badannya ia biarkan merosot kelantai, ia terduduk.
"Daripada menyerap," ia mengambil pot tanaman kaktus kecil yang ada di pinggiran jendela, tangannya ia paparkan ke kaktus, "energi tanaman sampai mati, tidak bisakah aku menyuburkan tanaman?"
Perasaan gelitik dan merinding dari leher itu kembali, sejenak ia bingung dan panik, khawatir ia akan membuat tanaman kaktus akan layu dan mati. Tapi bukan cahaya abu yang keluar dari telapak tangannya melainkan cahaya hijau.
Se hijau warna matanya. ia menatap cahaya itu antara kagum, penasaran dan khawatir. Ia biarkan cahaya itu menyelimuti pohon kaktus kecil itu. Lalu sesaat kemudian dengan kesunyian yang mengkhawatirkan, kaktus itu bukannya layu dan mengering, kaktus itu malah menumbuh bunga kecil di atasnya.
"Wuahh," serunya sambil terkagum-kagum tak menyangka. Ia menatap tangannya, menjauhi tangannya dari pohon kaktus. Ia berpikir untuk menghentikan cahaya itu, lalu cahaya ditangannya itu langsung lenyap.
Ia bangkit dari duduknya dengan perasaan takjub, "oh ya ampun! Ini keren!" Ia berlari kecil di tempat, sambil mengangkat pohon kaktus tinggi-tinggi.