NovelToon NovelToon
Suara Dari Bayangan

Suara Dari Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Sistem / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Keluarga / Romansa / Pembantu
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: MOM MESS

“Aku dibesarkan oleh seorang wanita yang tubuh dan jiwanya hancur oleh dunia yang tak memberinya tempat. Dan kini, aku berdiri, tak hanya untuk ibuku… tapi untuk setiap wanita yang suaranya dibungkam oleh bayangan kekuasaan.”

Mumbai, tengah malam. Di ruang pengadilan yang remang. Varsha memandangi tumpukan berkas-berkas perdagangan manusia yang melibatkan nama-nama besar. Ia tahu, ini bukan hanya soal hukum. Ini adalah medan perang.

Di sisi lain kota, Inspektur Viraj Thakur baru saja menghajar tiga penjahat yang menculik anak-anak perempuan dari desa. Di tangannya, peluru, darah, dan dendam bercampur menjadi satu.

Mereka tidak tahu… bahwa takdir mereka sedang ditulis oleh luka yang sama–dan cinta yang lahir dari pertempuran panjang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MOM MESS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Titik Kehidupan.

Matahari Dubai belum tinggi, tapi panasnya sudah menyengat kulit. Gedung-gedung kaca menjulang memantulkan cahaya pagi, menciptakan silau yang menusuk mata. Namun di dalam mobil hitam yang meluncur cepat di jalan raya bersih itu, seorang gadis kecil hanya diam, memeluk lututnya. Tubuhnya mungil, rambutnya acak-acakan, dan matanya memerah, penuh takut.

Mahi duduk di tengah kursi belakang, diapit dua pria asing. Di depan, Devraj Malhotra duduk dengan santai, seolah sedang dalam perjalanan wisata. Padahal, ini adalah perjalanan menuju neraka bagi bocah tujuh tahun itu.

Mobil berhenti di depan sebuah mall mewah. Mall yang berkilauan dengan marmer, air mancur indoor, dan aroma parfum mahal yang menyambut dari pintu masuk. Devraj melirik Mahi melalui cermin tengah.

“Bawa dia belanja,” ujarnya datar kepada anak buahnya. “Aku tidak mau anak ini menangis terus menerus. Setidaknya beri dia kenyamanan.”

Mahi hanya menunduk. Devraj mengandeng tangan Mahi layaknya seorang ayah sedang berbelanja dengan putrinya. Saat mereka memasuki mall, orang-orang tersenyum ramah, para pegawai menyambut hangat, tapi dunia Mahi telah kehilangan warna. Ia tak lagi percaya siapa pun. Hanya ada satu tujuan di benaknya. Kabur.

Mereka tiba di toko pakaian anak. Rak-rak berisi dress warna pastel, sepatu mengilap, dan boneka empuk yang tampak lucu. Salah satu pria mencoba menyodorkan boneka beruang ke Mahi.

“Kau suka ini?”

Mahi tak menjawab.

Devraj sibuk di kasir berbicara pada seseorang melalui ponsel. Dua anak buahnya tampak santai, mengira Mahi tak akan melakukan apa-apa. Tapi justru di saat seperti itulah, gadis kecil itu mulai bergerak.

Saat seorang pria membelakanginya untuk mengambil gantungan baju, Mahi berbalik. Ia berjalan cepat, lalu berlari kecil, menyusuri lorong toko, lalu keluar.

Ia menunduk, menembus kerumunan, mengikuti tanda “TOILET” berwarna biru. Kakinya kecil, tapi langkahnya cepat. Ia memasuki pintu toilet wanita, matanya bergerak cepat mencari bilik kosong. Tapi semua pintu tertutup.

Tanpa berpikir, ia membuka salah satu pintu — dan mendapati seorang gadis muda sedang berdiri di depan cermin kecil di dalamnya.

“Hei! Are you crazy?” Gadis itu berseru. Usianya sekitar delapan belas, tinggi dan langsing, dengan rambut panjang di kuncir. “Ini toilet orang, tahu?! Kamu gila?!”

Mahi mundur. Napasnya tersengal. Air mata mulai menggenang. “Didi tolong aku. Mereka menculik ku... Aku mohon selamatkan aku."

Gadis itu mengernyit. “What? Kamu bilang apa?” Ia mendekat. “Aku tidak mengerti bahasamu, okay? Speak English!”

Mahi menatapnya, tubuhnya bergetar hebat. Ia mencoba mengingat satu-satunya kata yang pernah ia dengar dalam film kartun yang sering ia tonton.

“Kidnap,” katanya lirih. “Me… kidnap…”

Mata gadis itu membelalak. “What?! Kidnapped?! You?!”

Belum sempat ia bertanya lebih jauh, suara langkah kaki berat terdengar di luar toilet. Lalu suara laki-laki berteriak: “Periksa semua bilik! Anak itu masuk ke sini!”

Mahi menjerit kecil dan langsung bersembunyi di belakang si gadis.

“Shh!” bisik gadis itu cepat. “You… go! Merangkak lah kebawah dan diam di sebelah. Fast!!"

Mahi sedikit mengerti. Dengan tubuh gemetar ia menyelinap melalui celah bawah ke bilik sebelah. Detik berikutnya, pintu bilik yang tadi ia tempati dibuka paksa oleh pria besar. Tapi hanya si gadis yang berdiri di dalam.

“Hey! What the hell is wrong with you?!” Gadis itu langsung memasang wajah marah. “You just opened my stall?! Are you sick?!”

Pria itu salah tingkah. “Sorry… I thought—”

“You thought what? Membuka pintu toilet para gadis? You creep!” bentaknya.

Pria itu gugup dan menutup pintu cepat-cepat. Tapi belum menyerah. Ia beralih ke bilik sebelah dan hendak membuka pintunya. Mahi, yang menyadari bahaya, segera kembali merayap ke bilik semula. Gadis itu membantunya cepat.

Namun pria lain mulai menunduk dan mengintip ke bawah setiap bilik.

“Damn it!” bisik si gadis. Ia segera mengangkat tubuh Mahi ke atas dudukan toilet, menyembunyikan kakinya.

Lalu ia membuka pintu dan keluar, mendekati pria yang mengintip tadi.

“Lagi-lagi kamu?! Kamu ngintip para wanita melalui celah bawah sekarang?! Apa kau orang mesum?!”

Beberapa pengunjung mall mulai memperhatikan. Gadis itu tak membiarkan kesempatan lewat.

“Everyone! Orang ini telah mencoba mengintip toilet wanita! He's a pervert!”

Kerumunan mendekat. Orang-orang mulai merekam dengan ponsel. Anak buah Devraj terdesak dan kebingungan. Dalam kekacauan itu, si gadis kembali ke dalam toilet, menarik Mahi keluar dari bilik, dan menggandeng tangannya.

“Come with me,” katanya pelan tapi tegas. “You’ll be safe. Ayah ku merupakan inspektur kepolisian tertinggi di kota ini. You’ll be okay.”

Mahi mengangguk, matanya masih penuh air mata. Mereka berlari melewati lorong kecil menuju pintu darurat, keluar melalui tangga belakang dan menuju parkiran basement.

Mobil gadis itu sudah terlihat. Kunci sudah siap di tangan. “Cepat masuk—”

Tapi suara berat memotong langkah mereka.

“Well played, darling,” ucap Devraj dari belakang. Wajahnya gelap, senyumannya dingin seperti salju musim dingin.

Gadis itu berbalik. Matanya membulat. Dua pria lain sudah berdiri di dekat mereka, memblokir arah mobil.

“Mahi! Lari!” seru gadis itu, mencoba mendorong tubuh kecil itu ke arah sebaliknya.

Tapi terlalu lambat.

Salah satu pria menyuntikkan jarum bius ke leher gadis itu. Dia sempat menjerit pelan sebelum tubuhnya melemas dan terjatuh.

Mahi menjerit, tapi tak sempat bergerak. Jarum kedua menembus lengan mungilnya.

Dunia di sekelilingnya mulai buram. Langit-langit parkiran seperti berputar. Suara Devraj terdengar samar.

“Kadang, orang baik terlalu mencolok untuk hidup lama.”

Tubuh Mahi ambruk. Dunia menggelap.

Devraj membuka pintu mobil. “Masukkan mereka. Kita pindah lokasi.”

Mobil hitam itu melaju meninggalkan parkiran, membawa dua tubuh tak berdaya, satu rahasia besar, dan satu langkah lebih dekat menuju neraka.

...----------------...

Malam baru saja menyapa kota Dubai dengan angin gurun yang berembus pelan dan aroma pasir kering yang samar memenuhi udara. Di balik deretan gedung pencakar langit dan lalu lintas yang tak pernah tidur, berdiri sebuah rumah mewah bernuansa klasik Spanyol, dengan dinding batu pasir dan halaman yang luas. Rumah itu adalah kediaman Dicto Hernandes, kepala terakhir dari klan tua Hernandes — nama yang masih menggema dalam dunia intelijen internasional, meskipun kini lebih banyak dibisikkan daripada diteriakkan.

Di ruang kerjanya yang remang, hanya diterangi lampu meja antik dan perapian kecil, Dicto duduk tenang di kursi roda elektriknya. Tubuhnya sudah renta, kulit tangannya keriput, dan jalur uratnya mencuat di bawah kulit pucat. Tapi sorot matanya tetap hidup. Penuh tanya dan tajam seperti elang tua yang tak bisa diremehkan meski sayapnya tak lagi kuat terbang.

Matanya menatap layar datar kecil di mejanya. Sebuah radar tua, warisan sistem pengawasan keluarga mereka yang hanya aktif saat ada ancaman atau sinyal khusus dari jaringan lama.

Malam ini, layar itu berkedip.

Titik merah.

Satu garis kurva muncul perlahan dari arah barat daya India menuju garis pantai Uni Emirat Arab. Sinyal itu membawa kode yang hanya bisa dikenali oleh teknologi tua yang dirawat keluarga itu sejak masa keluarganya utuh.

Kode itu: Hernandes-4.

1
sknrts
heh??? daddy??😭🙏🏻
angradarma
Dek. lu masih ingat gua gak?
angradarma
KEJUTAN ANJAY
Yeonjun’s wife
HERNANDES IS BACK
Yeonjun’s wife
WHAT— ini serius atau borongan?!??
Yeonjun’s wife
Langsung ingat karakter Arjun Sarkar😭🙏
Yeonjun’s wife
Ceritanya seru, aku suka banget terutama untuk karakter Varsha😍👍keren abizzzzz, btw semangat buat author udh buat karya sekeren ini. Tetap jaga kesehatan tor, wi lop yu 😘🔥
angradarma
Sejauh ini ceritanya seru banget. Penulisan rapi, dan mudah di mengerti. Tinggal typonya aja yang di perbaiki lagi ya tor😁btw suka juga sama alur ceritanya yang menceritakan tentang wanita2 hebat♥️semangat terus tor.
angradarma
makin seru aja nih. lanjut dong tor🙏
angradarma
LANJUT PLEASE. MANA BOLEH LAGI SALTING GINI DI POTONG!🙄
satya
Good job👍🔥
Doni Nanang
keren lanjutkan..
jangan lupa mampir ya kak...
Yeonjun’s wife
LANJUT PLEASE
Yeonjun’s wife
KETEN BANGET🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!