NovelToon NovelToon
MENGEJAR CINTA CEO TUA

MENGEJAR CINTA CEO TUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Beda Usia / Pelakor jahat
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: akos

Kania, gadis yang hidupnya berubah seketika di hari pernikahannya.
Ayah dan ibu tirinya secara tiba-tiba membatalkan pernikahan yang telah lama direncanakan, menggantikan posisi Kania dengan adik tiri yang licik. Namun, penderitaan belum berhenti di situ. Herman, ayah kandungnya, terhasut oleh Leni—adik Elizabet, ibu tirinya—dan dengan tega mengusir Kania dari rumah.

Terlunta di jalanan, dihujani cobaan yang tak berkesudahan, Kania bertemu dengan seorang pria tua kaya raya yang dingin dan penuh luka karena pengkhianatan wanita di masa lalu.

Meski disakiti dan diperlakukan kejam, Kania tak menyerah. Dengan segala upaya, ia berjuang untuk mendapatkan hati pria itu—meski harus menanggung luka dan sakit hati berkali-kali.

Akankah Kania berhasil menembus dinding hati pria dingin itu? Atau akankah penderitaannya bertambah dalam?

Ikuti kisah penuh emosi, duka, dan romansa yang menguras air mata—hanya di Novel Toon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11. PEREMPUAN DALAM POTO

Pesta perlahan berakhir. Para pelayan kembali bekerja, mengangkat piring kotor dan membersihkan sampah yang berserakan.

Nyonya Marlin dan Bi Ana berjalan di sisi kania, mengantarnya menuju pintu kamar Tuan Bram. Denting sepatu di lantai marmer terasa begitu nyaring mengiringi degup jantung Kania yang kian tak beraturan.

Nyonya Marlin melirik sekilas pada Kania, membaca jelas kegelisahan dan ketakutan di sorot kedua mata gadis itu.

"Masuklah. Bram sudah menunggumu," ucapnya pelan.

Nyonya Marlin berhenti sejenak, lalu menambahkan dengan senyum

"Oh iya, satu lagi… semua pakaianmu sudah di pindahkan ke dalam lemari."

Tangannya terulur, menggenggam jemari Kania.

Kania memutar gagang pintu, tersenyum singkat pada mereka, lalu menutup pintu.

Nyonya Marlin dan Bi Ana saling berpandangan, lalu pergi setelah yakin semuanya aman.

Kamar kosong. Tak ada tanda-tanda Tuan Bram ada disana seolah pria itu lenyap begitu saja. Bagi Kania, itu sebuah kelegaan, setidaknya untuk saat ini, ia tak perlu melihat pria mengerikan itu.

Kania melangkah menuju sofa, lalu duduk kaku bak patung. Gaun pengantin masih melekat di tubuhnya, lengkap dengan riasan mencolok yang mulai terasa berat di wajah.

Kreeek.....

Dari arah kamar mandi terdengar pintu terbuka. Rupanya, Tuan Bram baru saja menyelesaikan ritual mandinya.

Pria itu berjalan santai di depan Kania, hanya mengenakan handuk tipis yang melilit sebatas pinggulnya. Dadanya bidang dengan sedikit bulu halus, sementara perutnya yang berotot sixpack menambah kesan macho yang sulit diabaikan.

Ada daya tarik tersendiri yang membuat siapapun yang memandangnya tak bisa berpaling.

Kania menutup mata. Wajahnya yang putih berubah memerah, berusaha menahan rasa malu yang tiba-tiba datang.

Tuan Bram melangkah menuju lemari, membukanya perlahan, lalu mengambil beberapa pakaian dan mengenakan.

Tanpa bicara sepata kata tuan Bram langsung pergi

Kania menarik napas sesak. Perempuan mana yang tak sakit hati, jika pria yang baru mengucap janji suci justru bersikap seolah dirinya tak pernah ada.

Kania bangkit dari duduknya, lalu mengeluarkan beberapa pakaian dari dalam lemari, pakaian baru yang telah disiapkan Nyonya Marlina sebelum hari pernikahan mereka.

Kania melangkah masuk ke kamar mandi. mengguyur kepalanya dengan air dingin, membiarkan tiap tetesnya mengalir membasahi tubuhnya.

ukup lama kania di dalam kamar mandi lalu keluar dengan berpakaian sudah lengkap. Ia kembali duduk di sofa, karena hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang.

Kania meraih ponsel di punggung sofa dan menghubungi Melli, sahabatnya. Mungkin, cara itu bisa membuatnya lupa sejenak pada kesedihannya mendengar ocehan Melli.

Tut......tut....tut....

Lama Kania menunggu, namun tak juga ada balasan dari Melli. Dengan menghela napas panjang, Kania berdiri dan melangkah menuju balkon.

Dari sana, matanya menyapu pemandangan seisi mansion, taman luas terbentang, dikelilingi hutan kecil yang memagari bangunan megah itu.

Udara yang bertiup cukup kencang membuat tubuh Kania merasa menggigil, Kania kembali masuk dan tidak lupa menutup pintu.

Tanpa sengaja, langkah Kania terhenti di depan meja kerja Tuan Bram. Salah satu laci terbuka, menyingkap sebuah foto di dalamnya. Gambar di foto itu terlihat samar, tersapu silau cahaya yang menyelinap dari jendela.

foto menampilkan sosok pria yang Kania yakini sebagai Tuan Bram, berdIri bersama seorang perempuan.

Dengan memberanikan diri, Kania mendekat. Dugaannya benar, foto itu memang poto Tuan Bram bersama seorang perempuan cantik, namun jelas itu bukan Arin. Keduanya tampak begitu mesra, sang perempuan menggelayut manja di pundak Tuan Bram.

Sesak, namun inilah kenyataannya. Kania sadar hati Tuan Bram bukan untuknya. Dibanding dirinya, perempuan dalam foto itu jauh lebih serasi dengan Tuan Bram, baik dari segi usia maupun paras.

Kania kembali ke sofa, membaringkan tubuhnya. Semua beban dan pikiran bercampur menjadi satu. Perlahan matanya terpejam, hingga ia terlelap dalam mimpi.

Tanpa terasa malam menjemput. Dari balik lelapnya, Kania perlahan membuka mata tak kala mendengar ketukan dari arah pintu.

Kania buru-buru bangun dan melangkah. Begitu pintu terbuka, tampak bi Ana berdiri bersama seorang pelayan. Di depan mereka, sebuah troli kecil penuh hidangan tersusun rapi dengan aromanya menggugah selera.

"Selamat malam nyonya, maaf jikalau kami mengganggu istirahat anda, kami datang kemari membawa makan malam untuk tuan dan nyonya."

Ucapan bi Ana sedikit asing di telinga Kania hingga gadis itu mengerutkan keningnya.

"Tidak usah memanggilku nyonya. Disini posisi kita semua sama. Ayo masuk." Kania ingin mendorong troli tapi di cegah bi Ana.

Bi Ana bersama temannya masuk dan langsung menata hidangan di atas meja.

Setelah di anggap cukup,

Bi Ana dan temannya berpamitan.

Namun, belum sempat Bi Ana melangkah pergi, Kania telah menghentikan langkahnya. Menangkap isyarat bahwa ada hal penting yang ingin dibicarakan, Bi Ana pun meminta temannya untuk meninggalkan ruangan lebih dulu.

Kania mempersilakan bi Ana duduk, sementara ia sendiri melangkah menuju meja kerja tuan Bram dan mengambil foto yang sempat dilihatnya.

"Apa bibi mengenal perempuan yang ada dalam Poto ini?

Kania menyodorkan bingkai foto kepada Bi Ana. Perlahan, Bi Ana meraihnya, menatap lekat sosok perempuan dalam bingkai. Beberapa saat bi Ana terdiam, seolah meyakini bahwa perempuan yang berdiri di sisi Tuan Bram itu memang ia dikenal.

“Dia Nona Sindy, putri tunggal Tuan Albert sekaligus sepupu Tuan Bram. Ada gerangan nona menanyakan beliau?” tanya Bi Ana sambil menatap Kania dengan raut wajah heran.

“Tidak ada apa-apa, Bi. Kania hanya penasaran, apakah Tuan Bram dan Nona Sindy memiliki hubungan spesial selama ini?”

Bi Ana menarik napas dalam, lalu mulai menceritakan apa yang terjadi antara Nona Sindy dan Tuan Bram. Awalnya, mereka saling menyukai dan bahkan berencana untuk menikah. Namun, hubungan Tuan Aldo (ayah Tuan Bram) dengan Tuan Albert (Ayah nona Sindy) mengalami keretakan akibat perebutan harta warisan serta persaingan bisnis. Kedua keluarga pun menentang hubungan itu.

Nona Sindy dikirim ke luar negeri melanjutkan study dengan penjagaan ketat dari Tuan Albert, sementara Tuan Bram dipaksa fokus bekerja untuk mengembangkan perusahaan.

Seiring berjalannya waktu, ditambah dengan kesibukan yang sengaja diciptakan Tuan Aldo, Tuan Bram perlahan mulai melupakan Nona Sindy. Hingga akhirnya, ia menjalin hubungan dengan Arin, seorang model ternama pada masa itu.

Informasi Bi Ana sedikit menenangkan Kania, meski masih ada hal yang mengganjal di pikirannya.

Kembali Bi Ana mohon diri, dan Kania mengantarnya hingga depan pintu. Begitu pintu tertutup, Kania berjalan menuju meja dimana makan sudah tertata rapi di atasnya, menanti Tuan Bram makan bersama untuk pertama kalinya.

Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam, tapi tanda-tanda kedatangan Tuan Bram belum juga ada. Lapar dan mengantuk, akhirnya Kania tertidur sambil duduk.

Tidak lama Kania terbawa mimpi. Pintu terbuka, Tuan Bram muncul.

Karena ruangan remang, ia menyalakan lampu. Pandangannya berkeliling hingga menemukan Kania tertidur dengan kepala berbantal lengan di atas meja.

Langkah kaki Tuan Bram, membuat kania sekali lagi terbangun. Kania buru-buru merapikan rambut dan mengusap wajahnya.

"Tuan sudah pulang, pasti anda lapar, mari duduk biar saya sajikan untuk anda."

Bukanya peduli, tuan Bram malah masuk ke kamar mandi mengacuhkan semua perkataan Kania.

Kania menghela nafas panjang dan melepaskan dengan kasar.

1
Trivenalaila
suka jln ceritanya, klu bisa dilanjutkan yaaa🙏🙏
Akos: akan lanjut terus KK sabar ya
total 1 replies
Ahn Mo Ne
apakah ini lagi hiatus.??
Akos: setiap hari update kk,
total 1 replies
Muna Junaidi
Hadir thor
Ayu Sasih
next ditunggu kelanjutannya kak ❤️❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!