Kisah Klasik Pernihakan

Mereka sampai di sebuah hotel mewah di bandung. Simon segera membawa Maria menuju rooftop hotel tersebut.

Maria hanya mengikutinya dengan tangan saling bertautan.

Ketika sampai di tempat yang dimaksud, mata Maria melebar melihat pemandangan di hadapannya.

Jalan yang dipenuhi lilin menuju sebuah meja yang di belakangnya ada rangkaian bunga berbentuk hati.

Sebuah makan malam romantis yang disiapkan oleh Simon.

“Kak..?” Maria menatap Simon tak percaya

Simon mengangguk, matanya kembali berkaca kaca.

Dia lalu meraih tangan Maria dan menggengamnya.

“Aku tau, ini bahkan ga akan bisa menghapus semua kesalahan aku yang kemarin maupun di masa lalu. bahkan sebelum kita menikah, aku sudah sering membuat kamu menangis dan menarik diri dari dunia luar..” ucapnya memberi jeda

“Tapi percayalah, aku menyesali semuanya. Aku…” Simon menghela nafasnya menahan tangis

“Aku minta maaf, maaf untuk semua luka yang sudah aku torehkan kedalam hati kamu. Tak akan ada pembelaan untuk semua itu, semuanya murni karena ke khilafan aku sebagai manusia..” dia menarik nafasnya panjang

“Aku.. aku ga bisa jika harus seperti kemarin, semuanya menyiksa aku,”

“Walaupun aku tau semua itu adalah bentuk kekecewaan kamu kepada aku. Tapi.. semuanya terasa sakit, perih dan hancur.. Dan itu Cukup untuk membuat aku kapok agar tidak melakukan hal itu lagi sama kamu..” Simon mengangkat kedua tangan Maria dan mengecupnya.

“Kedepannya aku ga bisa janji untuk ga nyakitin hati kamu, tapi aku akan selalu berusaha agar setidaknya rasa sakit itu tak terlalu mengganggu kamu.. Maria istriku, bidadari surgaku.. Maafkan aku suami kamu yang telah banyak menyakiti hati kamu..”

Maria tersenyum lembut, matanya berkaca kaca sebelum akhirnya membalas tatapan suaminya.

“Aku sudah maafin kakak, maaf aku terkesan menghukum kakak. Semua itu aku lakukan hanya untuk meyakinkan hati aku kalau aku bisa melewati semua itu tanpa harus berpura pura baik baik saja. Aku hanya tak mau membohongi diri ku sendiri. Dan kedua orang tuaku selalu mengajarkan hal itu pada ku dari dulu. Maaf seharusnya aku tak menolak kakak seharusnya aku..” ucapan Maria terhenti

“Ssttt.. Tak apa, ini adalah pertama kalinya untuk kita. Yang terpenting bukan saling menyalahkan,, tapi saling memperbaiki diri agar kedepannya kita lebih baik lagi dan kejadian ini jangan sampai terulang lagi.”

Maria mengangguk.

Mereka berpelukan beberapa saat sebelum akhirnya memanggil pelayan agar makan malam mereka disajikan.

Simon mengenggam erat sebelah tangan Maria, dia tersenyum bahagia melihat Maria selalu tersenyum lembut padanya.

“Sayang..”

“Hmm?” jawab Maria

“Aku udah pesan kamar disini, malam ini boleh kan?” tanyanya

“Kenapa ga bilang dari tadi kalau mau nginep terus rumah kita gimana?”

“Ada Raffi yang akan nginep” jawab Simon.

Maria akhirnya mengangguk.

“Aku ga bawa baju ganti”

“Kata siapa?" Ucap Simon Maria mengernyit

“Aku udah siapin di mobil, nanti aku ambil..”

Lagi Maria mengangguk dan kembali makan dengan lahap.

Simon melirik handphone Maria yang sedari tadi menunjukan banyak notifikasi.

“Siapa sih? “ tanya nya risih

Dia lalu meraih handphone Maria dan melihatnya, ternyata dari para fans nya.

“Mulai besok kau udah punya jadwal live sosmed.” ucap Maria

Simon mengangguk

“Hanya 2x dalam 1 hari dengan durasi minimal 1,5 jam. Harus dilakukan konsisten untuk mendongkrak followers.” jelasnya

“Kamu yakin mau biarin orang lain yang handle? Ga mau mempelajari sendiri?”

Maria menggeleng,

“Untuk sekarang mungkin engga dulu kak. Soalnya aku harus mematangkan sistem apalagi kantor kakak sudah mulai berjalan kan?”

Simon mengangguk

“Besok aku ke perusahaan papa Ron untuk mengajarkan mas Fiko agar kedepannya yang mengambil alih adalah perusahaan papa Ron walaupun pada kenyataannya aku yang akan turun tangan langsung, namun tetap saja sebagai kambing hitam, mas Fiko harus bisa menguasai server aplikasi. Apalagi papa Ron juga menginginkan sistem ini di perjual belikan nantinya.” jelas Maria

“Iya papa juga sudah bilang..”

Setelah makan malam romantis itu, mereka menuju kamar hotel yang sudah dipesan oleh Raffi.

Simon menempelkan kartu akses ya dan bunyi bip terdengar.

“Welcome to our honeymoon…” ucapnya sambil tersenyum

Maria tertawa kecil.

Simon merentangkan tangannya yang langsung disambut oleh pelukan erat dari Maria.

“Mis you so muchh” ucap Simon menciumi wajah sang istri.

“Shalat dulu ya kak?” ucap Maria mengingatkan karena mereka belum shalat isya.

Simon mengangguk.

“Aku ke bawah dulu ambil alat shalat sama baju ganti kita.. Kamu tunggu disini ya”

Cup

Simon mengecup kening Maria dengan sayang.

Maria hanya mengangguk lalu merebahkan dirinya di kasur.

Nyaman sekali rasanya, sampai sampai tak sadar dia tertidur. Yaiyalah sudah 2 hari dia tidak tidur sama sekali, jadi wajar kan kalau mengantuk?

Sementara Simon sudah kembali dari bawah sambil membawa satu koper kecil berisi pakaian ganti mereka. Dia masuk dan mengucap salam.

“Assalamualaikum..” ucapnya pelan dan melihat sang istrii ternyata sudah tertidur.

Simon menghampirinya lalu mengecup pipi Maria,

“Sayang.. Katanya shalat dulu eh?” ucapnya

Maria hanya melengguh, dia membuka matanya

“Hm… udah dateng?” Maria terbangun

“mau Mandi dulu?” tanyanya dengan nada sensual Maria mengangguk

“Bareng?” tanyanya yang langsung diangguki semangat oleh suaminya.

Dan tentu saja mereka tak hanya sekedar mandi.

Untuk pertama kalinya setelah hampir sebulan mereka betrengkar, mereka kembali melakukan shalat berjamaah dan tilawah bersama.

Beberapa kali Maria menguap karena sudah sangat lelah dan mengantuk, Simon akhirnya menyudahi tilawah mereka karena kasihan melihat sang istri terkantuk kantuk.

“Shadaqallahul adzim” ucap nya sambil menutup mushaf nya yang juga diikuti oleh Maria.

“Tidur lah,, nanti aku bangunin buat tahajud..” ucapnya, Maria mengangguk dan menuju kasur mereka.

Sementara Simon mengambil laptopnya dan mulai mengerjakan pekerjaannya.

Sampai pada pukul 11 malam dia baru beranjak untuk tidur sambil memeluk sang istri.

***

“Hari ini meeting sama klien dari Australia. Nick!” ucap Raffi membacakan jadwal.

Simon mengangguk.

“Siapkan ruangannya, panggil kak Farrel buat ikut meeting dan suruh bawa salah satu staf nya” perintahnya,

Raffi mengangguk dan merogoh sakunya.

“Kita perlu bikin tim sekretaris” ucap Raffi

“Lo keteteran?” tanya Simon dan Raffi mengangguk

“Iya,”

“Oke.. kita buka recuitment! 3 orang cukup?”

Raffi mengangguk,

“Cari cowo!”

“Eh?” tanya Raffi tak mengerti

“Cari yang cowok..”

“Yakin?”

Simon mengangguk

“Ya, untuk jangka panjang juga.. Cari yang sudah berkeluarga kalau perlu..”

Raffi kembali mengangguk mengerti.

“Betewe, pagi ini lo cerah banget. Semalem sukses ya?” tanya Raffi jahil,

Simon tertawa pelan

“Yaa lo bisa simpulkan dari wajah gue kan?” ucap Simon sumringah

“Syukurlah, ,” ucap Raffi perlahan.

“Thanks Raff, thanks untuk semuanya..”

“Urwell, naikin gaji gue kalau bisa”

“Hmm.. gue kasih bonus nanti”

Deringan handphpne mengalihkan perhatian Simon dari Raffi.

“Ya pa?” tanyanya pelan

“..........”

“Yaa, nanti aku kesana, Maria udah disana?”

“........”

“Ah iya, sebentar aku cek jadwal ku dulu”

“........”

“Sepertinya aku meeting dulu pa, sampai jam 11 kok. Nanti aku langsung kesana ya..”

“......................”

“Oke waalaikumsalam..”

Simon menaruh lagi HP nya ke meja.

“Kenapa?”

“Papa minta ke kantornya, masalah Maria..”

“Kenapa dia?”

“Dia bikin sitem dan.. Rumit”

“Ohahaha, lo konsul ke Mas Aldo gih,, siapa tau dia punya solusi. Biar gimana pun dia yang tau sedalam apa kemampuan Maria di bidang IT”

“Yaa.. rencanakan pertemuannya!” perintah Simon.

“Malam ini?” tanya Raffi

“Oke, jangan sama Maria nya tapi”

“Hmm” Raffi mengangguk, mereka lalu sama sama melirik jam dan menganggukkan kepala lalu menuju ruang meeting.

Selama 2 jam meeting dengan klien yang juga merupakan temannya ketika di Melbrone dulu, Simon dan Raffi akhirnya mengakhiri pertemuan mereka.

“Sorry, I still have some business. Let's meet again next time, I'm curious about your wife..” ujar Nick ketika mereka sama sama keluar dari ruang meeting

“sure, nice to meet you Nick!” sahut Simon singkat.

“Yeah me too.. Bye Simon, bye Raffi”

Nick pun berlalu bersama asistennya.

“Temen kuliah lu Mon?” tanya Farrel non formal

Simon hanya mengangguk.

“Kak, gue ada urusan dulu ke Mcyber. Titip kantor ya. Kalau ada apa apa tolong handle dulu” jelas Simon yang langsung diangguki oleh Farrel. Dia memang yang harus bertanggungjawab jika Simon tak ada di kantor.

Simon menepuk pundak Farrel sejenak, lalu sama sama melangkah menuju lantai bawah.

Kebanyakan pegawai yang Simon rekrut memang hanya terpaut usia 2-3 tahun di atasnya. Ia juga hanya merekrut pegawai wanita yang berhijab.

hal itu karena dia benar benar ingin memiliki teman kerja yang sefrekuensi.