Tema cerita: Fantasi, Petualangan, Pedang dan Sihir
Update 1-2 Bab/hari, setiap jam 20:00 WIB.
Caelum Aurelius adalah seorang penyihir dan peneliti dari sebuah organisasi bernama Arcana, sebuah organisasi sihir yang telah berdiri sejak abad pertengahan di bumi dan merupakan salah satu organisasi sihir tertua.
Pada suatu malam Caelum mencoba melakukan penelitian untuk "melintasi dinding realitas". Namun percobaan tersebut mengalami kegagalan yang mengakibatkan Caelum terlempar dalam dimensi hampa.
Saat Caelum tersadar dia melihat pemandangan asing disekitarnya.
"Berdasarkan pengamatan awal, lokasi ini tidak identik dengan satupun wilayah yang ada di bumi, terutama bulannya" sambil menatap ke arah langit, Caelum melihat 2 Bulan yang bersinar berdampingan.
Dan semuanya dimulai dari sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ilhamkn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24: Keraguan dan Ujian
Lembaran demi lembaran perlahan terisi oleh berbagai macam simbol, dari yang paling sederhana hingga yang sangat rumit, ujung pena Caelum dengan cekatan menggambar pola-pola tersebut tanpa hambatan sama sekali. Ketika ujung pena itu di angkat, Caelum tanpa sadar melihat ke arah jendela.
"Sudah sore, Lira pasti akan segera pulang" Caelum kemudian menutup bukunya dan berdiri untuk meregangkan otot-ototnya yang kaku karena duduk dan menulis dalam waktu yang lama.
Suara langkah kaki yang terdengar tergesa-gesa terdengar melewati lorong di depan kamarnya, menurut arah yang di tuju, itu pasti Lira.
"Apakah Lira sudah kembali" Caelum segera merapikan pakaian yang dia kenakan dan menyisir rambutnya sebelum berjalan ke arah pintu dan membukanya dengan satu putaran pada knop.
Melihat ke arah lorong yang kosong, Caelum memutuskan untuk menunggu di depan pintu kamarnya, jika dia memutuskan untuk langsung menemui Lira dan menanyakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan putra keluarga Eryndale, tentu saja hal itu tidak akan membuatnya nyaman ini berdasarkan kesimpulan yang dia buat setelah mendengar pendapat buruk dari Lin dan Syla.
Suara langkah kaki yang sama, terdengar terburu-buru perlahan mulai mendekat ke arah Caelum berdiri, dia memutuskan untuk bertanya senatural mungkin agar tidak membuat Lira merasa tidak nyaman.
Di ujung koridor, Lira yang nampaknya telah mengganti pakaiannya menjadi pakaian formal yang dia lihat digunakan oleh Tetua Xavier saat dia pertama kali datang ke balai tetua.
Hal yang paling mencolok dari pakaian yang Lira kenakan adalah sebuah lencana yang melambangkan keluarganya yang di padang dengan rapih di dada kirinya.
Melihat Caelum berdiri di depan kamarnya, Lira mempercepat langkahnya.
"Ikut aku, para tetua memintaku datang dan mereka menyuruhku untuk membawamu" Caelum ingin melemparkan beberapa candaan namun menilai dari ekspresi Lira yang serius dia mengurungkan niatnya dan hanya mengangguk.
Kemudian Lira membawanya dengan langkah yang sedikit lebih santai, Caelum merasa canggung melihat Lira bahkan tidak melepas tangannya hingga mereka tiba di ruang utama, di ruangan tersebut Nina telah mengganti pakaian pelayannya menjadi pakaian mirip dengan yang dikenakan oleh Lira, namun ada tambahan mantel, entah kenapa penampilan Nina tampak sangat menawan sekarang, dikombinasikan dengan wajahnya yang tanpa ekspresi memberikan kesan dingin namun tetap memikat.
Seolah menyadari tatapan Caelum, Nina melirik sekilas dan senyum tipis tersungging di bibirnya sebelum dia mengalihkan pandangannya ke arah Lira.
"Tuan Putri, saya sudah menyiapkan barang yang anda minta" benda yang dimaksud sepertinya yang berada dalam tas yang di pegang oleh Nina.
"Baiklah, ayo kita berangkat" Lira memimpin jalan dan segera menuju ke balai tetua.
Saat mereka meninggalkan rumah Lira berbicara tanpa berbalik ke arah Caelum.
"Cael, aku tahu ini mungkin mendadak tapi aku bisa menebak bahwa alasan tetua memanggilmu adalah untuk memastikan apakah kamu tidak datang ke kota ini untuk reruntuhan itu sebelumnya, karena mereka melihatmu mengunjungi daerah sungai yang jauh dari orang lain, meskipun aku sudah menjelaskan garis besarnya mereka tetap memintaku untuk membawamu agar menjelaskan sendiri , tapi jangan khawatir aku akan memberikan kesaksian dan mendukungmu"
"Baiklah, terimakasih Lira" Mereka terus berjalan menuju ke balai tetua, Caelum memikirkan sesuatu yang kurang, seketika dia sadar
Bukankah para bangsawan dalam cerita fantasi biasanya menggunakan kereta saat mereka sedang menuju pertemuan penting, dia baru menyadarinya saat melihat Sullivan yang datang sambil menggunakan kereta.
Namun Caelum tahu, menanyakan hal yang tidak dia ketahui itu bukanlah sesuatu yang baik, terlebih dia bisa saja menyinggung perasaan Lira.
Ketika mereka tiba di Balai tetua, dia langsung dipersilahkan masuk oleh dua penjaga yang sama yang pernah menjaga bangunan itu saat Caelum pertama kali tiba di kota ini.
Saat berada di depan pintu pertemuan, Lira menyampaikan kedatangannya segera sebuah suara dari dalam ruangan terdengar dan pintu terbuka.
Tidak ada yang berubah dengan ruangan tersebut selain beberapa wajah yang sudah dikenalnya dan beberapa wajah asing, seperti biasa Xavier mempersilahkan mereka masuk, si sebelahnya ada Nyonya Lianna dan Tuan Elarion, bahkan ada Tuan Elvarin serta satu wajah baru, wanita yang nampak cantik dengan rambut putih dan mata biru yang seakan memantulkan dalamnya lautan. Di sisi lain, Sullivan dan Florence duduk, melihat hal itu Xavier meminta Lira untuk duduk di salah satu kursi.
Lira memberi isyarat kepada Caelum dan Nina untuk berdiri di belakangnya.
Sejak Caelum masuk ke dalam ruangan, Sullivan telah menatapnya, begitu pula Florence. Melihat bagaimana Sullivan menatapnya Caelum merasa ingin meninju wajah menyebalkan itu, namun dia menjaga ekspresinya karena saat ini dia datang bersama Lira dan tidak mau menimbulkan masalah untuknya.
"Baikan karena semua sudah ada di ruangan, sebelum aku memulai pokok pembahasan ada hal yang harus aku konfirmasi terlebih dahulu" Xavier segera menatap Caelum, dari tatapan itu Caelum bisa menebak bahwa ini berkaitan dengan dirinya.
"Sebagaimana yang kita tahu, beberapa bulan setelah kita menemukan sebuah reruntuhan di dekat kota, Caelum yang merupakan seorang manusia tiba-tiba di temukan oleh Nona Lira di hutan pinggiran kota, hal ini tentunya membuat kami merasa curiga, namun karena keberaniannya dalam menyelamatkan Nona dengan mempertaruhkan nyawanya kami sepakat untuk mengizinkannya tinggal namun tetap berada dalam pengawasan kami" Saat berbicara Xavier melihat ke arah kalung yang dikenakan oleh Caelum.
"Namun beberapa waktu yang lalu kami mengetahui bahwa Caelum pergi ke sungai sebelah timur dan menuju ke tempat yang lumayan jauh dari para elf untuk melakukan sebuah percobaan" Xavier menambahkan dengan nada tenang meskipun demikian, tatapannya sangat serius.
"Tuan, saya sudah menjelaskan sebelumnya bahwa Caelum telah meminta izin kepadaku dan yang dia lakukan hanyalah belajar dan bukan sesuatu yang berbahaya" Xavier hanya memberikan isyarat kepada Lira untuk tenang lalu kembali menatap Caelum.
"Caelum, jelaskan kepada kami tujuanmu, dari jawabanmu kami akan menentukan apa yang harus kami lakukan"
"Tuan Xavier, dan para tetua sekalian... saya masih akan mengatakan hal yang sama seperti yang saya lakukan saat pertama kali datang ke tempat ini, saya tidak mengingat satu hal pun saat saya tersadar di hutan sebelumnya" Caelum menatap semua orang yang ada di ruangan tersebut, Lira yang mendengarkan hanya mengangguk tanda persetujuan.
"Mengenai hal yang saya lakukan di sekitar sungai sebelumnya adalah, saya mencoba mempelajari rune karena saya merasa sangat kagum dengan Artefak yang saya lihat di lapangan latihan sebelumnya, jadi saya meminjam buku yang berisi berbagai rune dari Velwen" Mendengar penjelasan Caelum, tidak ada satupun dari para tetua yang menyanggah.
"Saya tidak ada sedikitpun niat buruk saat belajar, dan para tetua sekalian telah mengujiku sebelumnya bahwa saya tidak memiliki inti sihir, jadi saya hanya mencoba belajar rune untuk menjadi perlindungan, karena saya tahu saya tidak bisa tinggal di kota ini lebih lama" Caelum menyelesaikan penjelasannya, dia mengatakan sebagian kebenaran dan menyimpan sebagian yang lainnya.
"Dia berkata jujur" Jawab Lianna singkat. mendengar itu Xavier mengangguk.
"Namun itu tidak menjelaskan mengapa kamu melakukannya di tempat yang jauh dari kota" Caelum sudah mempersiapkan alasan karna menduga penjelasan awalnya tidak akan cukup untuk meyakinkan mereka.
"Saya memilih daerah tepi sungai adalah agar tidak menimbulkan kecelakaan, sebelumnya saya pernah mencoba hasil percobaan saya dan itu hampir merusak kamar tidur saya, jadi saya memutuskan untuk mencobanya di tempat yang jauh dari orang lain" setelah dia mengatakan hal itu, dia bisa merasakan tatapan tajam dari sebelahnya dan pura-pura tidak memperhatikan.
"Kita tidak dapat menilai apa yang kau katakan berbahaya atau tidak jika kami tidak melihatnya secara langsung" Sullivan yang dari tadi hanya duduk dengan tenang tiba-tiba memberikan komentar.
"Tuan Sullivan, apakah anda bermaksud mengatakan bahwa saya tidak bisa mengurus orang saya dengan baik?" Lira berbicara dengan santai namun perkataannya terdengar begitu berat
"Aku hanya mengatakan bahwa kita tidak bisa menilai hanya dari penjelasan, bukankah dia mengatakan bahwa dia hampir merusak kamarnya, itu bisa saja merupakan sesuatu yang berbahaya" Sullivan tidak terpengaruh oleh kata-kata Lira.
"Saya bisa menuliskan hasil percobaan saya jika masih ada keraguan" Caelum mencoba untuk menenangkan suasana, bagaimanapun percobaan yang dia lakukan belum sempurna dan tidak perlu di rahasiakan.
"Baiklah, Nyonya Maerin yang akan menilai apakah itu adalah sesuatu yang berbahaya atau tidak" Elf cantik dengan mata biru itu hanya mengangguk.
Jadi dia Nyonya Maerin, gumam Caelum.
Maerin mengeluarkan sebuah perkamen yang nampak berbeda dari yang dimiliki oleh Caelum.
"Gunakan ini" Maerin menggunakan sihir untuk menerbangkan perkamen itu ke arah Caelum.
Setelah menerima perkamen itu, meskipun dia penasaran dengan kualitas dari perkamen tersebut Caelum tetap fokus untuk menggambarkan rune sesuai dengan ingatan dan hasil perbaikannya. Maerin hanya melirik sekilas ke arah Caelum karna penasaran dengan pekerjaanya sementara para tetua dan yang lainnya juga hanya menunggu dalam diam.