Naurah harus terpaksa ikut pindah ke rumah neneknya karena sang ayah menjual rumah mereka untuk pengobatan nenek dan juga biaya kuliah tantenya, Kehidupannya yang dulu sangat bahagia kini perlahan menyisahkan kesedihan apalagi setelah di tinggal oleh ayahnya menghadap Ilahi, namun kehidupannya kembali membaik setelah naurah dan ibunya serta adiknya Hasan di minta pergi dari rumah oleh nenek dan tantenya, apalagi sang nenek tidak menyukai Hasan yang merupakan anak angkat
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aliyah Ramahdani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24.
Hasan pun melajukan motornya dan segera ke depan untuk menemui debi yang mungkin masih menunggu
Biip.. Biip..
Hasan membunyikan suara klakson begitu melihat debi berdiri seorang diri dengan parsel buah di tangannya
" Hasaaaan..!!! " panggil debi melihat hasan menghampiri nya
" Astaga.. Ngapain kamu di sini? "
" Aku nungguin kamu, aku menghubungimu tapi ponsel kamu gak aktif, lalu sekarang kamu mau kemana? "
" Ya jemput kamu"
" Jemput aku? Kamu tau aku di sini? "
"Iya, tadi fitri menghubungi ku melalui ponsel ibuku dan memintaku untuk menjemputmu di sini, soalnya dia melihat kamu sedang berdiri seorang diri, mana kepanasan lagi"
" Jadi fitri tadi melihat ku? "
" Iya, mau ikut ke rumah ku gak? "
" Mau dong, aku kan ke sini untuk ke rumah kamu"
" Lagian darimana kamu tau alamat rumahku?"
" Rahasia" jawabnya tersenyum dan mencoba naik ke atas motor hasan
" Kenapa masih mengenakan pakaian seperti itu? Aku kan sudah bilang aku gak nyaman melihat mu dengan pakaian seperti itu"
" Maafkan aku " ucapnya yang kini sedang mengenakan dress hingga batas paha
Tak sampai semenit mereka pun akhirnya sampai di rumah kontrakan sederhana namun memiliki halaman yang luas dan bersih
" Ayo masuk" ajak hasan
" Ini rumah kamu? "
" Iya, kenapa? Gak semewah dan sebesar rumah kamu kan? "
" Bukan gitu maksud aku"
" Iya aku tau, yuk masuk " ucap hasan lagi
Debi memasuki ruang tamu rumah itu namun sedikit takjub lantaran kondisi dalam rumah itu terlihat sangat bersih dan rapi dengan warna tembok yang cerah
" Loh, ada tamu ternyata maaf ya ibu gak tau" ucap bu tari tersenyum
" Bu, kenalin ini teman aku yang tempo hari di telepon "
" Halo tante, aku debi"
" MasyaAllah, cantik sekali kamu nak" ucap Bu tari
" Hehehe.. Makasih tante"
" Hasan " panggil ibunya
" Iya bu" jawab hasan bangkit seperti mengerti maksud ibunya untuk menyediakan minum dan cemilan untuk tamunya
" Nak debi gak apa apa kalo main ke rumah hasan? " tanya bu tari
" Iya tante gak apa apa, lagian sudah lama juga aku mau main ke sini, oiya tante ini ada sedikit oleh oleh buat tante" ucap debi memberikan parsel buah pada bu tari
" Ya Allah, kenapa mesti repot sih nak debi"
" Gak repot kok tante, kebetulan tadi saya lewat jadi sekalian saja"
" Ya sudah ibu terima ya, makasih loh nak debi "
" Iya tante sama sama
Tak lama hasan datang membawa nampan
" Silahkan di minum nak, maaf ibu sama hasan hanya bisa menyajikan seadanya "
" Iya tante gak apa apa, Terima kasih hasan"
" Ya sudah kalo gitu ibu ke dalam ya nak debi, makasih sekali lagi untuk parselnya"
" Iya tante " jawab debi sebelum bu tari masuk kembali ke dalam
" Kok diam aja? " tanya hasan setelah beberapa lama debi tak membuka suara
" Gak apa apa, ibu kamu baik banget ya"
" Iya, emang ibuku tuh baik banget"
" Aku merasa malu, pasti ibu kamu gak nyaman juga melihat penampilan ku"
" Makanya kan aku udah bilang gak usah pake kayak gitu lagi"
" Iya aku gak akan pake kayak gini lagi"
" Oiya hasan, dimana ayahmu? Kamu anak tunggal juga? "
" Gak, kakakku sedang berkuliah di jakarta, sementara ayahku sudah meninggal"
" Maafkan aku"
" Gak masalah, santai aja"
" Apa yang kamu lakukan setelah ini? Kamu tak ada janji dengan teman kamu kan? Soalnya aku ingin bersamamu di sini"
" Tidak ada, kamu kan cewek gak baik kalo main lama di rumah cowok"
" Jadi aku gak boleh berlama lama denganmu"
" Iya gak boleh"
" Jadi aku harus pulang sekarang?"
" Gak juga, bukan gitu maksudnya"
" Kamu tak menyukaiku hasan? "
" Astagaaa... Pertanyaan itu lagi, maaf debi kita baru saja kenal dan kamu pun belum tau tentang aku, kalo soal suka jujur saja aku suka kamu karena kepribadian kamu yang baik meskipun kamu tau kita sangat berbeda"
" Tapi aku menyukaimu"
" Aku tau kamu menyukaiku, tapi untuk saat ini biar kita saling mengenal dulu dan aku yakin perasaanmu padaku sedikit akan hilang karena rasa yang kamu rasakan sekarang itu hanya perasaan suka sesaat"
" Jadi aku ditolak? "
" Gak, kamu gak di tolak debi, hanya saja aku ingin kita berteman saja saat ini, gak apa apa kan?"
" Baiklah" ucapnya tertunduk
" Maafkan aku debi, dan ingat jangan menjaga jarak denganku hanya karena hal ini, aku akan menjadi teman yang baik untukmu"
" Iya aku gak akan menjaga jarak kok"
Tak lama bu tari kembali keluar menemui mereka
" Hasan, ayo ajak nak debi ke dalam, kita makan bersama" ucap bu tari
" Tuh kan dengar kata ibuku, ayo kita makan"
" Tapi aku-"
" Udah yuk nak debi, kamu gak usah malu anggap saja rumah sendiri" ucap bu tari membantu debi bangkit dan mengajaknya masuk
Mereka bertiga masuk ke dalam menuju ruang makan
" Ayo nak debi silakan duduk, maaf kita hanya bisa makan seperti ini"
"Gak apa apa bu" jawab debi tersenyum
Hasan berinisiatif menuangkan nasi dan lauk ke piring debi, lantaran hasan memperhatikan debi sepertinya dia bingung karena tak biasa makan seperti itu
" Ayo di makan debi, tambahin ini biar makin enak" ucap hasan memberi sepotong ikan asin pada debi
" Terima kasih hasan "
Debi merasa sangat heran lantaran makanan yang baru saja dia masukkan ke dalam mulutnya terasa sangat nikmat dan baru pertama kali dia merasakan seperti itu hingga dia tak sadar telah menghabiskan sepiring nasi
" Gimana? Enak kan? " tanya hasan
" Iya enak banget" jawab debi tersenyum
" Ayo nambah lagi nak debi"
" Udah tante makasih, oiya ini namanya sayur apa ya tante? Kok enak banget sih? "
" Itu namanya sayur asem, kalo di makan pake ikan asin dan tempe kayak gini tuh emang enak banget " jawab hasan
" Kamu belum pernah makan seperti ini nak debi? "
" Belum pernah tante "
" Mulai sekarang kali kamu pengen makan kayak gini datang aja ke sini, nanti ibu akan buatin kamu"
" Hehehe.. Iya tante makasih"
Hasan hanya tersenyum dan mengerti jika debi memang belum pernah makan seperti itu, lantaran tau jika debi adalah putri seorang pengusaha textil terbesar di kotanya dan beberapa cabang di kota lainnya
Setelah beberapa lama hasan menawarkan diri untuk mengantarkan debi pulang dengan motornya hingga ke depan pagar rumah debi
*******
" Darimana saja kamu? " tanya pak lukman
" Dari rumah teman pa"
" Dimana mobilmu? Kenapa kamu pulang dengan menggunaka ojek online? Seperti orang tidak mampu saja"
" Pa, itu bukan ojek online tapi itu teman aku yang berbaik hati mengantarkan aku pulang, lagian kenapa jika misalkan aku naik ojek online? Gak boleh pa? "
" Teman kamu? Dasar bodoh...!!! Papa sudah bilang jangan berteman dengan orang seperti dia, kamu harus melihat status teman kamu juga dong debi"
" Pa, dia itu anak baik dan aku juga sudah besar pa, jadi aku tau mana teman yang baik dan mana teman yang hanya ingin memanfaatkan aku"
" Pokoknya papa gak mau tau, kamu tidak boleh lagi bergaul sama teman kamu yang seperti tukang ojek itu, papa gak setuju, kamu hanya boleh bergaul dengan orang yang papa kenal"
" Tapi pa aku gak mau-"
" Sekali papa bilang tidak berarti tidak, ngerti kamu..!! " ucap pak lukman meninggalkan debi
" Papa jahat, aku benci sama papa, papa gak berhak mengatur siapa yang akan menjadi temanku, aku akan memilih temanku sendiri"
" Sayang, ada apa lagi sama papamu? Kenapa papa sampai marah padamu? " ucap bu selvi yang baru saja keluar dari kamar
" Aku benci sama papa, papa selalu saja ikut campur soal pertemanan aku, apa aku gak boleh memilih teman sendiri? "
" Bukan nya papa ikut campur hanya saja papa sangat selektif mencari teman untukmu, papa takut kamu salah pergaulan makanya papa hanya ingin kamu berteman dengan orang yang papa tau asal usul dan keluarga nya"
" Tapi aku bukan anak kecil lagi mah, ngomong sama mama sama aja" ucap debi kesal dan segera masuk ke dalan kamarnya