Hidup ini bukan tentang bagaimana caranya kita bahagia,tapi tentang.
Bagaimana cara nya kita menerima luka ini.
ikhlas bukan berarti tak terluka.kehadiran nya membawa keramaian di ruang yang kosong.
Raga ini untuk suami ku,tetapi hati dan pikiran untuk dirinya.
aku...memang bersalah di sini,telah membuka hati untuk yang lain tetapi luka yang di guriskan suami ku, sungguh sangat amat menyakitkan.
Dari dia ku belajar artinya tenang dan ikhlas.
Di kekosongan ini dia memberikan banyak cinta untuk ku yang tak ku dapatkan dari sosok suami ku.
Oh, Yan...begitu ku memanggilnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dedek Iting, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
Vania yang melihat mami terbatuk-batuk lalu menyodorkan air putih ke pada mamihnya.
"Mamih,minum duyu"ujarnya
tak ada bicara sepatah kata pun Tami lalu meminum air yang di berikan anaknya sampai kandas.
setelah meminum habis air itu,Tami lalu menarik nafas dalam-dalam,lalu mendengus sedikit kasar.
"Vania tadi bilang apa sayang?"tanyanya kepada anaknya
"Tadi adek idupin hp mih,telus ada yang nepon banyak tali.telus adek antat,hehe"ujar anaknya
"..." aku terdiam membisu
"Adek Kila papih mih,lupana om pacal"ujar anaknya lagi
"Adek tidak boleh bicara gitu,pacar.pacar,emang adek tau pacar itu apa?!"ucap ku kesal
"tau kata om itu,temen mih"
"om itu,om itu.ingat jangan lagi angkat telpon mami,tak sopan."aku memperingati Vania
"adek talah ya mih"ujar anaknya
"iya itu salah sayang,gak baik seperti itu.dan jangan bicara pacar,pacar.nanti papi dengar kamu bicara begitu, nanti mami di marah"ujar ku lembut
"Iya mih maap"ujar Vania lalu memakan sarapannya sampai habis
Tami tak selera untuk memakan sarapannya lagi karna teringat ucapan anaknya.
Kesal yang ada di dalam fikiran Tami,pingin sekali memakai Yan.
-------
Setelah kejadian pagi tadi Tami masih tak enak hati,masih terasa kesal didada.di tambah lagi dengan suaminya tak pulang-pulang dari kemarin malam samapai siang begini juga belum pulang.tami coba menghubungi suaminya tetapi tidak aktif.
"Semoga Abang baik-baik saja ya"ujarnya kawatir
Tami melihat Vania di teras rumah bermain dengan anak tetangganya.
"Mainya jangan berantem ya sayang"ucapan ku
"iya mih"ujar Vania
"iya Tante"ujar anak tetangga
Tami berjalan beberapa langkah kedalam rumah,ia lalu mendengar suara ponselnya berbunyi.
karena pikirannya itu pasti suaminya, aku lalu berlari kecil ke arah ponsel ku.
ternyata benar itu dari nomor bang Rizal,lalu ku angkat panggilan itu
"Hallo"ujar ku
"Hallo!.ini ibuk,Rizal di rumah ibuk"ujar ibuk mertua ku
"Iya buk,bang Rizal mana buk?"
"Kau jadi istri tak becus sekali,suami lagi sakit malah kamu biarkan,jangan tau kau mintak uang saja.nyesal aku membiarkan Rizal menikah dengan mu"ujar ibuk dengan nada keras
"Maaf buk,sebentar lagi Tami kesana buk"ucap ku sedikit bergetar
"Tak usah,biar anak ku disini."itu ucapan terakir ibuk mertua ku lalu mematikan panggilan itu.
Tami merosok kelantai,ia terduduk dan menangis, sedih itu lah yang ku rasa.apa salah ku?. selalu itu yang ku ucap di dalam hati.
'Kenapa kamu tak pulang bang?,kenapa kamu kerumah ibuk,kenapa kamu tak bilang kalau sakit!kenapa kamu berubah begitu bang?apa salah ku bang?'ujar ku sembari menangis terisak-isak.
ponsel Tami berdering kembali,fikiran Tami suaminya yang menelepon lagi,Tami tak melihat siapa yang menelepon kali ini.
"hallo"ujar ku masih dengan sisa tangisan ku
"Kamu nangis?"
Tami terkejut suara siapa dari balik telpon itu.
"Apa!,ngapain nelpon kemari hah!"ujar Tami kesal
"Kamu nangis?"ujarnya dengan pertanyaan yang sama
"Jangan telpon aku lagi!"ujar Tami lalu mematikan panggilan itu.
Yan tak bisa berkata apa-apa,ia hanya merasa sakit mendengar isak tangis Tami.
"Kamu kenapa?,apa dia menyakiti mu?"Yan bertanya dengan bayangan seorang Tami.
-------
Apa kah Yan akan melulukan hati Tami,tunggu bab selanjutnya ya besti...
udah muncul bibit² pembinor😆